5. Orang Seteress!

38 6 0
                                    

Kala  mendung mendominasi
Kau rengkuh sinar mentari
Saat jantung terus berlari
Senyum menawan mu selalu mengintari.
-Khai-


"Dan ketua Mading sekolah berhasil diraih dengan suara terbanyak oleh Tafura Auliya Jannah!"

Namaku, namaku berhasil keluar sebagai ketua Mading. Dari sekian banyak yang daftar mulai dari kelas satu, dua, tiga, aku jadi ketuanya? Alhamdulillah senang sekali. Kemampuan memang ga bisa ditebak ngasal liat hasil akhirnya dulu baru bisa ambil kesimpulan.

Aku berlari kecil maju ke tengah lapangan bersama ketua bidang lain yang berhasil dilantik. Tepatnya disamping Bila, yang juga telah berhasil menjadi wakil ketua Mading.

Mading bukan cabang atau bagian dari OSIS atau organisasi apapun itu. Karena perdananya tahun ini Mading umum dipisah dengan masing masing-masing organisasi. Artinya aku dan Bila adalah ketua umum dan wakil ketua umum Mading seantero sekolah.

Ini akan memudahkan pengumpulan hasil masing-masing organisasi dan diumumkan lewat majalah dinding yang akan kami seleksi dari sekian ribu banyak siswa-siswi SMA ini.

Bersama rekan seluruh organisasi yang telah menjabat menyerahkan kekuasaan yang dipimpin oleh kakak kelas dulu setelah itu barulah sumpah kepemimpinan dimulai.

Bila sekaligus teman sekelas ku itu bergetar dan gugup. Aku tau niat awal nya dia ga mau ikut daftar cuma iseng-iseng aja tapi rejekinya lah ya dia jadi wakil.

Aku hanya berharap Bila mau dan bisa berusaha mengemban tanggung jawab ini, begitu juga denganku.
Semua yang mengelilingi kami ditengah lapangan hening memperhatikan sumpah kami. Hatiku kian menggebu. Pasalnya aku belum tahu-menahu tentang penguasaan Mading. Bahkan aku tidak menyangka bakal jadi ketuanya, pasalnya jadi wakil saja bagai mimpi. Semoga saja mereka yang memilih ku tidak salah memilih dan aku tidak mengecewakan.

Udara siang ini sangat panas. Mana kelasku paling ujung lagi. Jauh. Terik matahari menyengat berada diatas kepala. Bersama gerumulan murid lainnya aku berjalan malas-malasan menuju parkiran.

"Selamat ya, Fur. Jadi ketua Mading"

"Cieee.. jadi ketua"

"Selamat boss"

Banyak kata selamat yang kuperoleh selama perjalanan. Yang awalnya ga kenal sama sekali jadi berani ngomong selamat, aku hanya mengangguk dan mengucapakan terimakasih lalu berlalu melewati mereka.

Sengguh panas. Ditambah koar-koar mic dari kantor yang memanggil-manggil membuat dadaku kian sesak dengan bara gelisah. Ingin rasanya berendam di kutub selatan.

"Fur, selamat ya" Cut menghampiri dan menarik tanganku bersalaman

"Makasih cut" kataku tersenyum, kami beriringan berjalan

"Bila mana? Aku belum ucapin. Ga nyangka deh kalau kepilih"

"Sama kali, cut. Ga tau deh dimana"

Bahkan aku saja belum ucapin selamat. Di barisan sampai bubar barisan tadi kami ga ada ngucapin sepatah kata pun. Udah hampir beberapa bulan sekelas sama Bila aku belum mengetahui jiwa dirinya yang sebenarnya, kecuali receh dan sikap melawannya.

Setelah pamit dan berpisah dengan cut. Aku melihat perempuan berdiri di depan mushalla dekat gerbang mengangkat dan memaju-mundurkan tangan kanannya bermaksud memanggil ku. Dasar Ayifa, dia mana mau teriak memanggil namaku di depan banyak orang. "Sebab, suara adalah aurat wanita, Fura" begitu katanya selalu menasihati ku saat tiap kali aku memanggilnya sampai ke planet mars sangking kerasnya.

Dia memang wanita yang baik. Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat baik seperti Ayi. Aku tidak mau lepas darinya. Dia hebat dibalik menyebalkannya dirinya, sangking menyebalkan tak jarang aku dibuat menangis.

ZEPHYR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang