3. Bulgat?!

53 5 0
                                    


Daunnya hijau, sehijau rasaku menikmati. Dan ketahuilah Seluruh bagiannya bermanfaat.
-Khai-

Hari ini cukup melelahkan. Sedari tadi dimarahin kakak senior disekolah yang berpredikat 'Panitia OSIS' memakai jas Almamater merah. Setelah penyampaian materi, tak hentinya diri ini mengumpat. Sungguh, masa tadi aku udah jelas-jelas bilang namaku Tafura, Tafura, Tafura! Masih ngeyel sok ga dengar gitu. Udah dikasih Rahmat pendengaran bukannya dijaga malah diperolok, nanti beneran budeg tau rasa.

"Ha? Takpura?" Katanya mengulangi, tapi melenceng

"Tafura, kak"

"Ga butuh pura-pura disini jelaslah, namamu siapa?"

"Tafura, kak!" Ulangku dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya

"Pura?, Pura-pura? Kura-kura?"Katanya
Uh, jengkel aku dikerjain. Setelahnya aku hanya mendengar tawa-tawa murid dan panitia lainnya.  Malu banget. Mana muka tu kakak sanger, untung ganteng. Bisalah buatku bersabar.

Padahal baru pertama sekolah udah aneh-aneh.

"Sekarang kamu tanya siapa nama kakak itu"  Tunjuknya ke arah kiri paling depan. Dalam hati aku sudah membatin pasti dikerjain lagi biarinlah!

Aku mengangguk lalu menghampirinya kira-kira tubuhnya dua kali tubuhku? tiga kali tubuhku? Empat kali? Ntahlah dipenglihatanku dia sebesar drom minyak.

"Kakak siapa namanya?

"Siapa ya? Ntahlah"  Jawabnya sambil menggaruk-garuk kukunya

"Nama kakak aja" kataku lagi

"Pokoknya calon suami Nissa sabyan"

"Iya, nama kakak siapa?"

" Kenapa? Jangan suka ke kakak Nissa sabyan ga suka orang ketiga" katanya santai dengan pipi gembul nya naik turun.

Ah, tauk lah. PD-nya calon suami Nissa sabyan.
Aku hanya mendengus kesal saat semua yang diaula tertawa. Bukan hanya aku saja rata-rata barisan paling tengah dari belakang ke depan itu dikerjain abis-abisan.

Aku hanya berdoa semoga cengeng ku ga kambuh disini, bisa-bisa makin malu. Dan syukurnya kulewati tanpa mewek.

"Bu, Semua berapa?"

"15.000 dek" jawab ibu-ibu penjual  sayuran. Hari ini sebelum pulang kerumah, aku mampir dulu ke warung sayur untuk membeli bahan-bahan bawaan buat menu MOS besok.
Masih ga jauh, lauknya pun ikut aneh-aneh.

***

"Jangan sampai ada yang sisa! Kalian tau kan mubazir?" Teriaknya sambil mondar mandir memakai Jas Almamater merah.

Ya, disinilah kami di ruang Pramuka. Setelah diaula mendengar materi yang super panjang kali lebar. Ditambah badan serasa mau remuk terus duduk, Ya Allah, semoga pinggang ku tidak encok.

Semua membuka plastik hitam, membuka Bungkusan nasi dan lauk pauknya. Yakni; sambal terasi, rimbang rebus, ikan asin goreng, dan daun ubi rebus.

Bulgat.

Ya, Bulung gadong.   Salah  satu sayur kesukaanku saat dikampung. Tapi, tidak dengan sambal terasi. Sambal si belacan ini membuatku eneg dengan baunya, aku tidak suka.

ZEPHYR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang