Tiga ; First Surgery

4.2K 590 13
                                    

Seminggu tanpa kehadirannya. Membuat Seulgi terus menempel di atas meja. Dia enggak ada semangat mengikuti pelajaran.

Irene pindah. Pindah tempat. Pindah sekolah.

Sejak kejadian itu. Seulgi jarang keluar. Jarang bergaul bersama teman-temannya. Menjadikan dia anak dari Ayah yang punya sekolah ini, tidak setara dengan kehilangan seseorang yang selalu menuruti omongannya.

Irene lebih baik daripada Jisoo. Seulgi selalu memikirkan hal itu. Dan, itu memang kebenarannya. Tapi, Jisoo masih berani mengobrol dengan Seulgi, canda tawa, kesal marah, nangis segalanya. Mereka memang sudah terbiasa. Satu hal yang menusuk dadanya, satu hal yang menusuk segala tubuh jiwa raganya...

Seulgi tidak pernah membuat Irene tertawa, sebagaimana Seulgi membuat Jisoo tertawa.
Seulgi tidak pernah membuat Irene tersenyum juga. Dan, yang lebih menyakitkan. Seulgi tau, dia tidak punya kesempatan untuk mewujudkan itu.

>> <<

Hari ini hari pertama Seulgi menghadapi Ujian Akhir Semesternya. Tidak ada bedanya Seulgi hari ini dengan Seulgi yang kemarin.

"Oit!" Sapa Jisoo.

"Hai." Balas Seulgi, lemah.

"Tumben lemes? Eh, kamu pucet banget?"

"Oh? Iya kah?"

Jisoo mengangguk. "Kelihatannya kamu gak sehat sekarang. Yakin bisa ngerjain semua soal Ujian?"

"Bisa lah! Kamu meremehkanku?!"

Jisoo tertawa. "Enggak lah. Khawatir aja."

Setelah menunggu akhirnya mereka memulai Ujian mereka. Seulgi sedang melawan rasa pusing yang hebat di kepalanya. Benar-benar menusuknya, jadi, bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan kalau begini?

Seulgi memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Sesekali dia mengerang dan sempat ditegur oleh temannya karena mengganggu. Tapi, tidak lama, akhirnya Seulgi jatuh dari kursi. Dalam keadaan tidak sadar dan kulit sudah sangat pucat.

Semua orang yang ada di dalam ruangan langsung panik, tidak ada satu dari mereka yang mempedulikan Ujian mereka. Mereka langsung membantu Seulgi untuk bangun dari pingsan.

>> <<

Seulgi sudah diantarkan ke rumah sakit. Ayahnya sudah bersama dokter yang mengecek kesehatan Seulgi. Ditemani Jisoo, atas kemauannya sendiri, Jisoo rela meninggalkan Ujian itu. Tidak setara dengan kesehatan temannya.

Jisoo cuman bisa mengintip kamar Seulgi dari luar jendela. Jisoo melihat ada selang infus di tangan kanannya. Juga, ada selang besar di mulutnya. Begitu mengerikan sampai Jisoo merinding. Tapi, Jisoo juga mengkhawatirkan keadaan Seulgi.

Penyakit apa yang Seulgi punya sampai dia harus diperlakukan seperti itu?

Ayah Seulgi keluar dari ruang dokter disusul dokter yang akan mengurus Seulgi. Wajah Ayah Seulgi benar-benar berantakan. Dia berkeringat sedikit, dan jari-jarinya gemetaran. Jisoo menatap Ayah Seulgi. Yang biasa dia lihat adalah kepala sekolah tampan bermarga Kang, tapi, sekarang dia hanya melihat sosok 'Ayah' di dalam dirinya. Tidak ada lagi yang namanya kepala sekolah.

"Aku akan memanggil orang tuamu dan mengantarkanmu pulang." Kata Ayah Seulgi.

"Tapi, kenapa? Aku tidak boleh menemani Seulgi?"

"Kamu tidak bisa. Kamu harus mengikut Ujian, aku akan mengurus untuk Ujian hari ini, tapi untuk besok tolong kamu hadir saat Ujian." Mohonnya.

"Seulgi sakit apa? Kapan dia bisa ikut Ujian juga? Kapan dia keluar dari rumah sakit?"

Ayah Seulgi memijat pelipisnya. Dia tau kalau Jisoo satu-satunya orang yang berani mendekati kesangarannya Seulgi. Ayah Seulgi menyamakan tingginya dengan Jisoo. Sebenarnya dia tidak yakin kalau Jisoo akan mengerti.

"Nak, sahabatmu, dalam masalah serius." Ayah Seulgi menarik napasnya. "Aku gak mau kamu gak fokus untuk Ujian—"

"Tolong, tolong katakan saja apa yang terjadi!" Mohon Jisoo.

"Seulgi... anakku, sahabatmu... mengidap astrositoma." Kata Ayah Seulgi, lembut.

"Aristoteles?" Ulang Jisoo, membuat sudut bibir Ayah Seulgi terangkat.

"Astrositoma. Kamu belum mempelajari itu."

"Itu apa? Penyakit apa? Seulgi akan sembuh kan?"

Ayah Seulgi diam. "Penyakit, yang seharusnya tidak melanda anak remaja seperti kalian. Aku sendiri dan keluargaku tidak pernah dihantui oleh penyakit ini. Aku tidak akan mengira Seulgi mendapatkannya."

"Memangnya separah itu ya?"

"Astrositoma, tumor otak. Aku sendiri kurang tau soal tumor otak ini. Aku benar-benar shock. Aku tidak mengira ini terjadi pada anakku sendiri. Seulgi sudah di stadium satu, tanpa aku sadari, ternyata tumor itu sudah tumbuh dan akan terus tumbuh kalau tidak di angkat."

"Pasti bisa di angkat kan? Dengan operasi?"

"Memang. Tapi, tidak semudah itu. Dokter bilang tumor jinak, jadi aku sangat berharap dokter itu benar. Kamu harus kembali fokus untuk Ujian." Ayah Seulgi berhenti bicara, melihat Jisoo menangis. Ayah Seulgi langsung memeluk Jisoo. "Shh.. tidak apa-apa. Seulgi pasti kembali sehat. Kalian bisa bermain lagi."

Oh Seulgi. Kamu membuat semua orang khawatir.

[]

Sun ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang