Tujuh : Brain Disorder

3.7K 506 29
                                    

Seulgi duduk bersandar di sofa, memandangi langit-langit yang berisik dengan suara teman-temannya yang asik berpesta di ruang tengah. Ditemani Wendy juga Jisoo. Tidak, Seulgi bukan lagi ngegalau karena gak sengaja bertemu dengan Irene. Tapi, Seulgi sedang tidak menikmati pesta ini.

"Mendingan kamu pulang, daripada disini? It's useless." Saran Jisoo.

"Gak apa-apa. Cuman bau alkohol, nanti hilang lagi."

"Kamu tadi ngajak kami kesini, emang mau apa?" Tanya Wendy.

"Ada yang ingin aku ceritakan. Singkatnya saja," Seulgi menatap Jisoo dan Wendy bergantian, lalu tersenyum. "Aku tidak sengaja bertemu dengan Joohyun."

Kalau dulu Seulgi seakan seperti anak preman, sekarang Seulgi seakan seperti anak kecil dengan gampangnya blak-blakan. Jisoo tersedak dengan minuman yang ia minum, hampir menyemburnya ke wajah Wendy. Wendy menatap Seulgi sambil melotot. Oke, ini alay.

"Serius?" Kaget Jisoo. "Gimana kamu tau kalo wajah Joohyun? Kamu belum pernah melihat fotonya kan?"

"Wendy sudah memberitahuku. Aku juga gak percaya bisa bertemu secepat ini." Kata Seulgi. "Hanya sekilas, dan Joohyun menyadariku."

Jisoo menggenggam tangan Seulgi. "Kalian sempat ngobrol? Gimana reaksinya?"

"Gak sih. Rekasinya... umm... gimana ya?"

"Kamu gak apa-apa kan? Kepala kamu gak pusing kayak waktu itu?"

Seulgi terkekeh. "Enggak lah. Aku benar-benar sehat. Kenapa kalian terlalu berlebihan kepadaku sih?"

Jisoo dan Wendy saling tatap. Perlahan Jisoo menjauhkan tangannya dari Seulgi. Seulgi masih belum tau apa-apa. Seulgi meregangkan tangannya lalu melihat ke ruang tengah, sepertinya teman-temannya sudah bermain di halaman belakang. Saatnya Seulgi menyusul mereka.

"Kamu gak ada niat untuk bertemu dengannya?" Tanya Wendy.

"Joohyun? Mungkin timing tadi tidak tepat, tapi dalam hati, aku ingin bertemu dengannya. Banyak yang ingin aku katakan untuk Joohyun." Lirih Seulgi, lagi-lagi dia merasakan dadanya sakit. Kenapa setiap membahas Joohyun, dadanya akan sesak? Seulgi menekan dadanya berharap rasa sesak itu hilang.

"Aku bisa membantumu, kalau kamu ingin bertemu dengan Joohyun." Kata Wendy. "Aku sedikit tau tentang Joohyun setelah dia meninggalkan Kota Seoul, kalau kamu mau dan benar-benar ingin meluruskan semuanya. Jangan kamu mainkan hati Joohyun. Seulgi, aku mempercayaimu."

Seulgi masih memegang dadanya yang sesak. "Aku tidak tau apa yang terjadi waktu itu. Tapi, aku tidak bisa menghentikan rasa sakit ini. Begitu namanya kamu sebut, itu menusukku. Tuhan seakan menyuruhku untuk melakukan hal yang bisa aku lakukan, sebelum..." Seulgi terkekeh sebentar. "... sebelum waktuku habis."

Jisoo dan Wendy terdiam. Seulgi tersenyum tipis, matanya menggenangkan air. Seulgi meringis sambil menunduk. "Rasa sakitnya masih terasa. Tuhan, apa yang aku lakukan sampai Engkau memberiku cobaan seperti ini?"

"Seulgi—"

"Kenapa Engkau menghapus ingatanku yang berperan penting dalam kehidupanku? Aku senang kalau teman-temanku senang, tapi, kenapa Joohyun tidak? Tuhan, aku ingin Joohyun memaafkanku sebelum aku kembali ke tangan-Mu karena Astrositoma ini." Seulgi menangis, isakannya semakin menjadi, dadanya semakin sesak. Dua temannya hanya menyaksikan Seulgi bicara dengan Tuhannya. "Aku tidak mau lagi usahaku menjadi sia-sia. Aku mohon, hilangkan rasa sesak ini, aku mohon!"

Sun ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang