SI PONI GOYANG

62 5 0
                                    

Yupi sedang sibuk menggunakan pensil alis di depan cermin yang terletak di backstage theater. Kaca yang sudah retak sedikit itu menampilkan dirinya. Seorang member JKT48 yang memiliki image kawaaii alias imut. Bisa juga dibilang loli. Kesan itu sangat kuat muncul dari awal dia masuk sampai sekarang. Walaupun dia seorang mahasiswi tingkat akhir, wajahnya malah mirip dengan anak sekolahan yang masih berusia belasan tahun. Sangat imut. Sama sekali tidak terlihat tua, dan waktu seolah berhenti hanya untuk Yupi.

Di awal kemunculannya, Yupi sering dipanggil fans nya Si Poni Goyang. Tak lain dan tak bukan hanya karena alasan bahwa Yupi memang berponi dan suka menggoyang-goyangkan poninya. Namanya Cindy Yuvia, panggilannya Yupi, dan anaknya... sedikit anti-sosial. Atau mungkin lebih tepatnya dia tidak pandai bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang. Tidak ada yang bisa tahu siapa yang sebenarnya dekat dengannya. Dia pun tidak peduli dengan itu. Meski dia juga tidak bermasalah dengan siapa pun, mendekati Yupi adalah sesuatu yang mustahil bagi member lain. Tapi berbeda dengan Viny, Viny bisa dekat dengan Yupi. Dan Yupi juga setuju, bahwa di antara member lain, hanya Viny yang dianggapnya paling dekat, meski tak pernah sekalipun Yupi bilang bahwa Viny adalah sahabatnya. Mungkin Yupi mempunyai sahabat di luar JKT48, dan hanya di sana. Selebihnya di dunia idoling ini, fokus dia hanya satu. Menjadi idola. Titik.

Selang beberapa menit kemudian, Yupi menyudahi menggambar alisnya.

"Lapar." gumamnya.

Yupi beranjak dari kursi. Dia berdiri dan berbalik badan ke sebuah meja panjang yang di atasnya banyak terdapat tumpukan makanan kotakan. Yupi mengambil satu dan kemudian sudah fokus untuk menghabiskan apa yang kini ada di hadapannya. Tak lama kemudian ada seseorang yang menghampiri. Teman yang dulu bareng di Tim K, dan sekarang pun setim di Tim J.

"Heh! Makan mulu!" teman itu dengan sedikit kasar menghardiknya.

"Saktia! Orang lagi makan. Ganggu aja." Yupi pun tidak kalah keras membalasnya.

"Hahaha. Maaf Yupi cantik. Setengah jam lagi lho perform. Bisa ga?" Saktia kini menempel Yupi, sambil sedikit menggodanya.

"Iyaaa, bisa. Tenang aja."

"Ya udah, jangan lupa ngaca lagi kalo udah selesai. Takut belepotan."

"Iyaaa." Yupi menjawab sekenanya. Dia sangat tidak ingin makannya terganggu. Tiba-tiba Saktia yang tadi sudah menjauh kini mendekatinya lagi. Dia kini berbisik kepada Yupi.

"Sousenkyo. Serahkan ke kita."

Yupi sekejap terdiam. Apa maksud kata-kata Saktia kepadanya. Saktia melanjutkan.

"Iya, kamu ingin menang, kan? Kita semua juga sepakat kalau generasi dua, kamu yang harus menang. Cuma kamulah yang punya kesempatan."

Yupi meletakkan makanannya. Dia menatap Saktia.

"Terus maksudnya serahkan ke kita apa?" Yupi memandang Saktia tajam.

"Yaaa, kita ada beberapa cara gitu."

"Caranya?" Yupi seketika terasa risih.

"Kamu tau kan, ada beberapa member generasi dua yang sudah pasrah bahwa mereka tidak akan masuk. Dan... ya. Mereka memutuskan agar suara fans mereka dialihkan ke kamu aja."

"Terus, bilang ke fans nya gimana? Ngetweet gitu? Nulis terang-terangan, 'hei, vote Yupi ya jangan aku. Biar Yupi menang'. Gitu? Ada-ada aja ah kalian." Nada Yupi sekarang agak meninggi.

"Ssst. Pelan-pelaaan. Jangan kenceng-kenceng. Ya ga secara terbuka dong bilangnyaaa. Bisa jadi tubir ntar. Ya diem-diem lah. Langsung bilang ke fans nya aja. Biasa. Jalur khusus."

"Japri?" Yupi kembali bertanya.

"Iya dong." Saktia tersenyum penuh arti.

Yupi kemudian berpikir. Beberapa saat kemudian Yupi tegas berkata.

"Ga. Ga usah. Aku ga butuh bantuan kalian."

Saktia kaget. Dan kemudian menghela napasnya.

"Yupiii, Yupi. Mungkin kamu harus belajar cara menghargai bantuan orang, dan juga cara ngomong dengan orang. Nada bicaramu ga enak banget didengerin. Untung ya kita semua sabar ngadepin kamu. Kalau bukan sama-sama generasi dua, ga mau juga kita kaya gini. Bye."

Saktia kesal, dan berbalik badan menuju persis belakang panggung karena teman-teman setimnya sudah membentuk lingkaran di situ untuk berdoa sebelum pentas theater dimulai. Yupi menyusul, dan kemudian mengambil posisi di sampingnya. Saktia menatap Yupi dengan sinis. Yupi tiba-tiba mengarahkan mulutnya ke telinga Saktia dan berbisik.

"Tenang aja, aku yakin menang."

GLORY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang