Bagian Sembilan Belas

164 26 5
                                    

Sehun cepat berlari ke kantor dengan nafas yang tersengal-sengal, menghampiri beberapa polisi yang mengerubung pada bilik customer service. Semua polisi yang menyadari kehadiran Sehun langsung menepi, memberikan jalan.

"Jimin, dimana lokasinya?! Kasih tau saya!" bentak Sehun panik, Jimin bangkit dari kursi dan membiarkan Sehun menatap layar monitornya.

Entah mengapa Hati Sehun terasa begitu tertusuk, remuk melihat gadis yang ia cintai tengah disiksa oleh pria bejad.

"Laporan, alamat terakhir korban pergi adalah Apartemen Jeongnam, lantai 403" salah satu walky talky dari polisi berbunyi, semua mendadak diam, sementara Sehun langsung berlari keluar menuju alamat yang dituju.

"Ah, goblok tolol, Sehun tolol!!!!" teriaknya meracau saat akan menancap gas menuju apartement. Ada dua mobil polisi yang mengekor dibelakang untuk jaga-jaga.









"Mau makan atau enggak?" tanya Wonho sambil memakan kimbab ditangannya, Seunghee yang masih terbujur kaku hanya diam dan menangis terus menerus.

"Saya cuma nawarin sekali, kalo kamu ngga mau saya ngga akan kasih kamu makan lagi.." ucap Wonho tanpa melihat Seunghee, ia sibuk menonton tv.

seunghee berusaha berpikir bagaimana caranya lolos, hanya saja tubuhnya terlalu lemas untuk melakukan sesuatu, bahkan matanya juga lelah mengeluarkan air mata.

Sehun please...
Tolong gue..

Ddrrrtttt....
Drrttt..

Ponsel Hee di coffeetable berbunyi, Wonho menatap ponsel tersebut dan melihat panggilan masuk dari Sehun.

"Suami kamu nelfon, saya matiin hapenya aja ya, ngeganggu.." Wonho memperlihatkan panggilan masuk dari Sehun dan pria itu langsung memasukan ponsel Hee kedalam gelas terisi air penuh.

Ingin sekali Hee berteriak sangat kencang, banyak dokumen dan foto foto penting didalamnya, dan bisa bisanya penculik itu melakukan selega hatinya. Sampai akhirnya, Wonho menghampiri Hee dan membopong gadis itu kesofa, Hee sudah tidak bisa meronta, ikatan ditangannya terlalu kencang hingga memerah.

Sampai pada posisi nyaman, Wonho membuka selotip dimulut Hee, menatap tajam gadis didepannya.

"Polisi bernama Sehun, menikah dengan kamu bukan karena dia mencintai kamu. Tapi dia nggak bisa lepas dari rasa bersalahnya terhadap kamu..."

seaakan ada batu yang barusaja melemparkan ke kepalanya, Hee merasakan sakit yang luar biasa dibagian kepalanya. Ia meringis kesakitan dan seakan banyak ingatan ingatan masa lalu yang terlintas dibenaknya.

"Please! Gausah ngarang cerita! Kalo lo benci Sehun ya urus urusan lo sama Sehun, nggak usah bawa-bawa gue." kesal Hee yang akhirnya membuka suara, Wonho malah menanggapi nya dengan tawaan sarkastik.

"justru itu, kamu adalah senjata saya.."

Tanpa aba-aba Wonho mendekati wajah gadis itu, mencoba meraih tengkuk nya dan sesegera mungkin mendaratkan bibirnya. Gadis itu berusaha menggelengkan kepalanya agar Wonho menjauh, namun pria itu malah mencekiknya hingga ia terpaksa diam.

Hee sangat terkejut, pria itu benar-benar mendaratkan bibirnya kebibir Hee. Gila! Pria ini benar benar gila. Ini namanya pemerkosaan, dan Hee sangat tidak menginginkan hal ini akan terjadi. Ciuman itu sangat kasar hingga melukai bibirnya. Merasa harus melakukan perlawanan, Hee langsung mengigit bibir pria itu sangat kuat, hingga akhirnya terlepas.

Kalau aja dia masih selamat besok, dia akan mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan bekas noda dosa di bibirnya, kalau bisa nggak berhenti wiridan.

LOVE ANXIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang