Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Kenan.
"Kamu pikir saya cewek apaan, hah?! Nggak ada angin, nggak ada hujan ngajak nikah. Dasar laki-laki sinting!"
Kanaya beringsut dari duduknya, hingga menimbulkan suara gaduh dari lantai dan kursi yang berdecit. Ia langsung mengambil tas dan meninggalkan Kenan yang masih terpaku dengan telinga yang berdenging serta pipi yang panas.
"Dasar sinting!" Sampai di depan kasir pun Kanaya masih mengumpat atas sikap Kenan. Bahkan ia sudah tidak peduli saat beberapa pasang mata melihat ke arahnya, kemudian berpindah ke Kenan. Mereka mengira keduanya sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Mbak Nay tadi ada laki-laki yang datang cari Mbak," ucap Gita saat Kanaya sudah berada di butiknya. "Udah ketemu belum, Mbak?"
"Gue dosa apa sih, Git. Bisa-bisanya ketemu laki-laki sinting macam dia!"
"Hah?" Gita masih tidak paham arah pembicaraan Kanaya. "Dia itu GGS ya, Mbak? Ganteng-Ganteng Sinting."
"Gue mau balik dulu, lo handle semuanya," tukas Kanaya. Dan selanjutnya langsung pergi ke apartementnya.
Kepalanya terasa berdenyut nyeri,seperti ada puluhan ton besi yang menimpa. Ia masih tidak habis pikir dengan sikap Kenan. Baru saja semalam keduanya baikan. Sekarang sudah cari masalah lagi.
Memang ia ingin menikah. Usianya saat ini sudah 26 tahun. Bahkan sahabatnya di Bandung rata-rata sudah memiliki anak. Namun orang yang ia inginkan bersanding dengannya bukanlah Kenan, yang baru saja dikenalnya.
Kanaya sudah punya satu nama yang pantas untuk menjadi nakhoda impiannya. Ia yakin, nakhoda itu akan membawa bahtera cintanya ke pelabuhan impian. Tinggal menunggu harinya saja, mereka berdua akan berlayar di atas bahtera mengarungi samudera kehidupan yang luas.
Satu nama terbesit dalam otaknya. Ia butuh seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahnya saat ini juga. Untung saja jalanan ibukota sedang bersahabat padanya, kalau tidak, mungkin kepalanya bisa pecah memikirkan kenyataan ini.
Setelah membayar taksi, ia memasuki apartementnya. Kanaya langsung mendial nomor Devina. Cukup lama sahabatnya itu tidak mengangkat panggilannya. Sambungan ke tiga barulah terdengar suara dari seberang sana.
"Ada apa, Say?"
"Ke mana aja, Dev? Kok baru diangkat?"
"Sorry, suami gue lagi nggak terbang."
Kanaya menghela napas panjang, untuk menyiapkan hatinya berbicara dengan Devina. "Gue mau curhat. Ganggu lo, nggak?"
"Nggak kok. Curhat aja."
"Tes pilot pake IQ nggak sih? Kenapa ada pilot sinting kayak dia?" cecar Kanaya langsung. Dadanya sudah panas kala mengingat lagi kelakuan Kenan di cafe tadi.
"Tunggu dulu, nih. Lo lagi ngomongin siapa sih? Kok nggak nyantai gitu?"
"Kenan lah, siapa lagi."
"Kenapa sama Captain Ken? Semalem lo WA katanya udah baikan."
"Dia ngelamar gue," lirih Kanaya.
"WHAT? YANG BENER LO? CAPTAIN KEN NGELAMAR LO?"
Kanaya menjauhkan handphonenya dari telinga. Ia tidak mau gendang telinganya pecah karena ulah sahabatnya ini.
"Iya," ucap Kanaya frustasi.
"Terus lo jawab apa?"
"Nggak gue jawab. Gue gampar dia. Biar dia bisa bangun dari kenyataan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahtera Surgaku [Slow Update]
RomanceIni adalah kisah: Orang yang setia, namun dikhianati Orang yang masih terjebak masa lalu Orang yang menyesal pernah meninggalkan Dan orang yang saling jatuh cinta, namun kalah oleh takdir Selamat membaca, Dari kisah di atas, yang manakah kisahmu da...