{6}

543 60 4
                                    

Loey berpikir keras dengan semua yang dikatakan Guru Lewis padanya sebelum dia terduduk di bawah pohon mangga rindang sembari memandang jauh awan hitam yang mengelilingi sisi tembok besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Loey berpikir keras dengan semua yang dikatakan Guru Lewis padanya sebelum dia terduduk di bawah pohon mangga rindang sembari memandang jauh awan hitam yang mengelilingi sisi tembok besar. Sial. Loey merasa semua ini adalah kesialan baginya.

Sebelum berakhir termenung di bawah pohon mangga tanpa buah, Loey terpaksa harus mengaku pada semua orang—termasuk si kera jahanam—bahwa dirinya berada di negeri dibalik tembok ini karena kesalahannya yang hendak mengakhiri eksistensinya sendiri dengan alasan ingin mengurangi beban orangtua. Loey terpaksa harus mengaku bahwa dirinya adalah salah satu dari sekian banyak anak kurang beruntung yang lahir dari kalangan rakyat jelata.

Pangeran setampan dirinya lahir dari kalangan rakyat jelata? Yang benar saja.

Loey melakukan kebohongan ini bukan tanpa alasan. Bukan karena paksaan, melainkan kehendaknya sendiri. Loey teringat percakapaannya dengan guru Lewis yang mengharuskannya memulai drama sinting ini.

"Anda yakin akan mengakui bahwa Anda adalah seorang pangeran?" tanya guru Lewis dengan nada suara tenang, tanpa beban, namun malah membuat Loey merasa terbebani.

"Untuk apa aku menyembunyikan identitasku. Aku adalah seorang pangeran, seorang pangeran dari Waterfall," ungkap Loey berbangga hati. Menjadi salah seorang dari bagian Waterfall adalah suatu kehormatan bagi semua kalangan, sebab negeri itu begitu dipuja.

"Di sini bukanlah Waterfall, Pangeran. Apa Anda berpikir rakyat di negeri ini menyukai orang luar yang memasuki wilayah mereka?" Loey menatap guru Lewis dengan dahi berkerut. "Lagi pula, keberadaan Anda di sini adalah suatu masalah besar."

"Apa masalahnya?! Aku juga tidak ingin berlama-lama di sini. Aku ingin pulang."

"Masalahnya karena Anda adalah seorang pangeran Waterfall." Guru Lewis bangkit dari duduknya setelah menegak segelas arak hingga setengah. "Apa Anda berpikir bisa keluar dari tempat ini semudah yang Anda kira?"

"Apa maksudmu?!"

"Semua yang memasuki kawasan tembok besar ini tidak akan pernah kembali. Kurasa Anda sudah mendengar rumor tentang hal ini."

"Aku tidak percaya!!"

"Anda persis seperti Yang Mulia Caesar. Ucapan memang tidak akan membuat Anda percaya. Kalau begitu bagaimana kalau Anda mencobanya sendiri!" Guru Lewis menuangkan arak ke dalam gelas kecil, lalu menegaknya hingga habis. "Banyak diantara mereka yang telah mencobanya. Dan semua yang pernah mencobanya selalu saja mengalami hal yang sama. Ada yang cacat karena terbakar, kulit melepuh, bahkan situasi gawatnya, ada yang meninggal."

Loey terdiam, dia masih belum percaya dengan apa yang dikatakan guru Lewis. "Memangnya ada apa dengan tembok itu? Kenapa tidak bisa dilewati?"

"Anda pernah mendengar negeri yang bernama Firewall?"

Loey cukup terkejut, sebab sebelumnya dia pernah menemukan kata itu terselip di antara banyaknya rangkaian kata dalam paragraf sebuah buku pelajaran dasar. Dan dia masih ingat dengan sederet kalimat yang bertuliskan, Firewall adalah kerajaan para pengendali api.

FATED DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang