"Aduh! Pelan-pelan!"
"Maafkan aku!" Serin mencelupkan handuk kecil ke dalam wadah berisi air panas yang dipanaskan berkat kekuatannya. "Makanya, lain kali jangan menyerang seseorang secara brutal."
Ray terdiam menerima pengobatan amatir dari Serin. Sebelum berakhir dengan lebam di wajah dan lengannya, serta tungkai yang retak, Ray secara mendadak menerima serangan balik dari Allin dan Serin setelah dirinya dengan refleks menyerang Serin demi melindungi diri.
Wajar saja Ray melakukan hal demikian, karena sebelum berakhir di ruangan ini, Ray dan Max berusaha menempuh perjalanan menuju tembok besar yang dikelilingi awan hitam. Mereka berusaha mencari jalan keluar sekaligus berusaha menemukan Loey yang terjatuh dari sana. Namun sayangnya, bukan Loey yang mereka temui, melainkan gadis berambut merah yang menyeramkan.
"Kau takut?" tanya Serin setelah menyaksikan raut wajah Ray yang begitu pucat.
Ray dengan ekspresi dinginnya menatap Serin, "Aku tak pernah takut!"
Serin tertawa terpingkal-pingkal hingga membuat handuk basah yang dijadikan untuk membersihkan lebam di wajah Ray terjatuh seketika. "Kau lucu ternyata!"
"Jangan tertawa!" Ray mengalihkan wajahnya. Keangkuhan yang selama ini dipeliharanya serasa menghilang ketika berhadapan dengan Serin. Oh! Ada apa dengan gadis ini?
"Kau tidak perlu takut! Allin memang seperti itu. Dia tak pernah menyukai pendatang baru seperti kalian." Serin memberi sedikit penjelasan. Lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Ray seraya berbisik, "Makanya lain kali jangan membuatnya kesal. Dia bisa saja mengamuk lebih hebat dari yang kau lihat tadi!"
Serin tersenyum tipis. Mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu membuatnya teringat pada kejadian dahulu ketika mereka pertama kali belajar di kediaman Guru Lewis.
Di perguruan yang dibangun guru Lewis, tak ada yang berani mengusik mereka bertiga. Berani mengusik mereka bertiga sama saja mencari mengantar diri menuju ajal. Allin yang dikenal dengan julukan devil fire, Tania yang diberi julukan angry fire, dan Serin yang dijuluki sweet fire, mendapatkan gelar itu karena suatu kejadian.
Kejadian itu terjadi ketika seorang penyusup yang berusaha menghancurkan perguruan Guru Lewis dengan menyeludupkan binatang buas. Kala itu Allin benar-benar tersulut emosi, dengan amarah yang menggebu dia menghabisi binatang buas itu dengan tangannya sendiri. Allin seperti kerasukan setan. Dia tak sadar dan bahkan tak mengenali dirinya sendiri.
Siapapun yang menyaksikannya bergidik ngeri lantaran adanya aura gelap yang menyelimuti Allin. Matanya berubah warna menjadi hitam menyala, persis seperti nyala api. Sejak saat itu siapapun takkan berani mengusik mereka bertiga.
Mengingat kejadian itu membuat Serin sedikit banyaknya beruntung menjadi pelindung Allin, namun sekaligus menyesal karena seharusnya dialah yang melindungi Allin, bukan sebaliknya. Serin ingat kejadian itu membuat dirinya mengalami patah tulang. Saat itu Allin melindunginya dan bersusah payah membawanya keluar dari reruntuhan dengan menggendongnya. Jika bukan karena Allin yang tak ingin meninggalkannya saat itu mungkin saja Serin takkan pernah bisa berdiri seperti sekarang.
"Kau melamun?"
Lamunan Serin terbuyarkan ketika Ray dengan tidak sopannya mengibaskan telapak tangan di wajah Serin. Serin mendelik, memasang tampang masam ketika Ray mengulurkan gelas kosong padanya.
"Ah! Kau bisa ambil sendiri!" Serin benar-benar merasa menjadi seorang pelayan jika Ray terus memperlakukannya seperti sekarang. Namun dia juga tak kuasa membiarkan Ray mengambilnya sendiri, sebab tungkai lelaki itu retak juga karena dirinya yang tak sengaja membanting Ray begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED DESTINY
Fantasy"Tak ada satupun makhluk di bumi ini yang mampu melawan takdir, kecuali aku. Takdirku...aku dan kamu, meskipun dunia menentang, aku akan melawan dunia demi dirimu." -Loey Fawn Oargio "Walaupun takdir memisahkan kita bahkan ribuan tahun lamanya, kupa...