{11}

344 41 2
                                    

"Hei, kau!" Loey menyapa tanpa minat pada Serin yang kebetulan berpapasan dengannya, Ray dan Max.

Serin diam saja. Minatnya untuk menjawab sapaan Loey sudah lenyap sejak sebulan yang lalu ketika tahu sifat asli Loey yang tak ubahnya begitu sombong dan angkuh. Meskipun masuk kategori tampan menurut Serin, dia tak lagi menaruh minat pada lelaki dengan kesombongan luar biasa seperti Loey.

"Kau masih punya lidah, kan?" Loey mendesis karena Serin tak menjawabnya, gadis itu malah melayangkan tatapan benci padanya.

"Lidahku tak berfungsi untuk menjawab sapaan lelaki arogan sepertimu!" Serin melangkah pergi, namun tertahan oleh tongkat Loey yang entah sejak kapan lelaki itu tak lagi membutuhkan tongkat.

"Jaga bicaramu!" Loey berbicara ketus. "Aku bisa saja minta Ayahku memberimu hukuman mati!"

"Loey!!" Ray menegur. "Kau tak bisa berbicara seperti itu padanya!"

"Kau bilang pada temanmu ini!" Serin mencebik, lalu pandangannya beralih pada Ray. "Menggunakan nama Ayahnya di sini takkan berguna. Meski pun Ayahnya punya kekuasaan seperti Raja, namanya takkan berguna di dunia kegelapan ini!"

"APA KATAMU!!" Loey tersulut emosi. Hampir saja dia membangkitkan tenaga dalamnya kalau saja Max tak segera berbisik dan menenangkannya.

Akhir-akhir ini, Loey mudah sekali emosi. Dia terlalu sensitif dan mudah marah, bahkan dengan kesalahan kecil sekali pun. Tadi pagi, seorang anak kecil tak sengaja menabraknya hingga membuat tongkat yang dibawa Loey terjatuh. Meski pun tak lagi membutuhkan tongkat, entah kenapa Loey masih membawanya.

Entah perasaan Loey sedang kacau entah kondisi tubuhnya sedang tidak prima, Loey marah dan langsung membentak anak kecil itu hingga membuatnya gemetar ketakutan. Jika tak ada Ray, mungkin saja Loey sudah menggunakan energi dalamnya untuk melukai anak kecil itu.

Kemaren saat berlatih dengan Guru Lewis menggunakan pengendalian air, Loey malah menciptakan ombak besar hingga mengguyur tanaman dan menghanyutkannya. Padahal tanaman tomat yang diseret ombak itu sedang berbuah lebat, tinggal menunggu matang untuk dipanen.

"KAU MENANTANGKU, ANAK AYAH!!" Serin menantang, kedua bahunya terangkat bersamaan dagu yang menengadah menatap mata Loey dengan tatapan tajam. "Kuingatkan padamu! Ayahmu tak selamanya bisa menolongmu, terutama dari maut!"

Ray tak tahu harus berkata apa jika keadaannya sudah seperti sekarang. Selama ini, Serin adalah gadis lemah lembut yang jarang sekali menampakkan emosinya. Jauh berbeda dengan Tania dan Allin. Namun kali ini Serin pun juga terbawa emosi ketika berbicara dengan Loey. Sepertinya selama dua minggu ini Loey sudah berubah menjadi orang yang sangat menyebalkan.

"Ada apa denganmu!!" Loey menjawab tantangan Serin.

"Justru aku dan semua orang yang harus bertanya, ada apa denganmu?!" Serin menjauhkan sedikit tubuhnya. "Dua minggu yang lalu kau menyerang Tania dengan kekuatan aneh. Sampai sekarang lukanya masih belum sembuh. Tiga hari kemudian kau membentakku hanya karena aku memakai pakaian yang sering digunakan Allin. Allin saja tak pernah marah setiap kali aku memakai pakaiannya. Dua hari yang lalu kau merusak bola anak-anak dengan menusukkannya menggunakan pisau. Dan sekarang, kau malah marah padaku!!"

"Aku...Cuma..."

"Selama dua minggu ini kau selalu menggangguku dan menyapaku dengan kasar. Aku sering mendengar dari para gadis kalau kau sering mencariku di asrama perempuan. Biar kusimpulkan...." Serin menatap Loey tepat menusuk manik mata lelaki itu. "Kau.... menyukaiku, bukan?"

Max menahan tawa, Ray hanya diam tak percaya dengan kepedean Serin yang jauh di atas normal. Sementara Loey hanya bisa mendesah kasar. "Sudahlah! Di mana Allin? Apa dia sudah kembali?"

FATED DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang