Duasembilan

6.3K 732 15
                                    

Iqbaal berkali kali mengusap wajahnya kasar, rasa khawatir menggerogoti dirinya saat ini. Tangannya yang dingin dan gemetaran itu mengangkat helai rambut indah milik kekasihnya. Sial! Rahang Iqbaal terketup rapat mengingat hal yang sialannya membuat Iqbaal ingin membunuh Adara saat ini juga. Cewek itu bukan saja menyiksa fisik (Namakamu) tapi juga batin perempuan itu dan helaian rambut itu adalah rambut (Namakamu) yang dipotong paksa menggunakan gunting oleh Adara. Kurang ajar memang, namun setidaknya Iqbaal bisa bernafas lega karena cewek itu sudah berada didalam jeruji besi dengan kasus penculikan dan penganiayaan.

"Semuanya udah aku beresin sayang, cepetan kamu sadar (Nam)." gumam Iqbaal seraya memejamkan matanya, panik.

Saat ini Iqbaal sedang berada didepan ruang rawat (Namakamu), cewek itu pingsan di gudang--tempat Adara menyekapnya-- dan langsung dilarikan kerumah sakit oleh Iqbaal, sementara Adara dibawa oleh pihak kepolisian bersama anak buahnya.

Terdengar suara ketukan langkah kaki orang yang tergesa gesa, Iqbaal mengalihkan pandangan kesumber asal itu datang. Ternyata kedua orang tua dan juga Abang (Namakamu). Astaga apa yang harus Iqbaal katakan sekarang!? Dasar Adara sialan!

"Hiks.. Iqbaal, gi-gimana keadaan (Namakamu), Baal?" tanya Linda dengan tangisannya yang masih kentara. Ia sangat syok mendengar kabar ini, bagaimana mungkin anaknya itu bisa sampai mengalami kasus seperti ini. Ia sungguh tak percaya hal ini.

Bram terus mengusap bahu istrinya, memang sedari tadi Bram terus menenangkan istrinya yang terus terusan menangis setelah menerima telpon dari Iqbaal yang memberitahukan keadaan (Namakamu).

"Maaf tante Iqbaal--"

Bugh!

Satu pukulan Iqbaal dapatkan dari Kiki yang sedari tadi menahan letupan amarahnya pada Iqbaal, Kiki berpikir Iqbaal lah yang salah disini karena tak becus menjaga adiknya.

"Lo bener bener gak becus jagain adek gue! Lo taukan dia itu lemah Iqbaal, tapi lo dengan begonya malah biarin dia gitu aja?! Gak guna lo!" bentak Kiki mencengkram kerah baju Iqbaal penuh emosi.

Linda bertambah menangis melihat Kiki, Bram langsung memisahkan Kiki dari Iqbaal.

"Udah Bang, jangan pake kekerasan kayak gini. Gak akan menyelesaikan masalah. sabar aja. kita omongin baik baik." tegas Bram pada anaknya.

"Tapi Pa dia--"

"Dengerin Papa, Kiki!"

Kiki membungkam mulutnya dan memilih untuk duduk dikursi samping Mamanya, ia memilih untuk menenangkan Mamanya.

Bram tersenyum teduh kearah Iqbaal, "Maafin anak om ya Baal, dia emang tempramen kalo soal adeknya." ucap Bram dengan suara beratnya.

"Harusnya saya yang minta maaf sama om dan tante, Karena saya (Namakamu) jadi kayak gini. Maaf om ini semua diluar perkiraan saya. Adara memang cewek nekat." sesal Iqbaal.

Bram mengangguk mengerti, "Iya. Gak papa Baal, udah jangan merasa bersalah gitu lah." kekeh Bram mencoba mencairkan keadaan.

Cklek

Keempatnya menoleh serentak saat pintu ruangan (Namakamu) terbuka, menampak kan seorang dokter paruh baya yang terlihat rapih dengan jas putihnya.

"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" tanya Linda cepat.

Dokter itu tersenyum, "Pasien tidak papa Bu, hanya saja dia mengalami syok karena kejadian yang dialaminya." jelas dokter itu lembut.

"Apa kami boleh melihatnya, dok?" tanya Kiki.

"Boleh, silakan."

"Terimakasih dokter,"

"Sama sama, saya permisi."

My Possesive Boyfriend (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang