5# Khitbah

14.6K 1.3K 469
                                    

Assalamualaikum, saya datang kembali. Semoga masih sabar nunggunya.
Jangan lupa dukung dengan vote dan koment ya.
Warning++
:No Edit, typo bikin sesak dada!

Nb: sudah diteliti kalau masih ada yang tertinggal harap maklum, nanti direvisi ulang.
*********************************

Bakda isya usai pulang dari pertemuan dengan Shaqila, Ammar langsung mengumpulkan seisi rumah. Abi Ghaly dan ummi Illyana sempat dibuat penasaran dengan maksud putranya tersebut.

Ammar menghela napas. Memang tidak akan gampang. Ibarat meneguk secangkir kopi panas, perlahan, tapi masih menyisakan rasa yang melekat. Seperti itu juga perasaan Ammar kini. Berusaha semampunya untuk tidak menekan perasaan yang kadung tumbuh mengakar dalam hati.

"Ada apa, Bang, kok tumben Abi sama Ummi dikumpulin?" Abi Ghaly menodong Ammar dengan pertanyaan. Ketiganya menduduki sofa di ruang tengah yang biasanya digunakan untuk menonton televisi atau bersantai.

"Nanti ya, Bi, nunggu Azra dulu, baru Ammar jelaskan."

"Ada apa sih, Bang, Ummi jadi kepo." ummi Illyana ikut hiperbolis. "Oh, jangan-jangan Ammar mau minta dilamarin, Bi. Makanya kita semua dikumpulin begini, siapa Bang? Anak mana? Kok nggak pernah diajak silaturahmi ke sini? Ummi jadi penasaran, namanya siapa Bang, cantik, nggak?" sambung ummi dengan rentetan pertanyaan.

Ammar menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Bingung harus menjawab tanya bertubi dari sang ummi. Tidak sepenuhnya salah. Memang benar Ammar akan minta dilamarkan gadis, tetapi bukan untuk dirinya, melainkan untuk Azra saudara kembarnya.

"Ummi, satu-satu ya kalau nanya, lihat tuh, Ammar bingung mau jawabnya." Abi Ghaly menginterupsi.

"Bener kok, Bi, apa yang Ummi tebak. Ammar memang mau minta dilamarkan gadis."

"Nah, kan, bener tebakan Ummi. Alhamdulillah, ayok Bang, kapan mau silaturahmi ke rumah calon kamu."

"Lebih cepat, lebih baik, Ummi. Tetapi dia bukan calonnya Ammar."

Ummi Illyana mengkerut bingung dengan pernyataan Ammar.

"Maksudnya Abang Ammar gimana? mau minta dilamarin, tapi bukan calon kamu?"

"Iya Ummi, Abi, memang bukan calonnya Ammar, tapi ngelamar buat Azra!" cetus Ammar.

"Assalamualaikum Abi, Ummi, Bang Ammar." Azra yang baru keluar dari kamar usai salat isya, langsung menyongsong ke ruang tengah.

"Wa'alaikumussalam, duduk Zra, jelasin sama Abi dan Ummi," titah Ammar.

Azra mengambil tempat di sebelah Ammar. Ummi Illyana menatap gantian pada kedua putranya, seolah ingin menebar pertanyaan tapi masih tertahan.

"Jelaskan Azra, benar itu yang dibilang sama Ammar, kalau kamu mau mengkhitbah seseorang?" Abi Ghaly akhirnya yang duluan mengeluarkan kata-kata.

Azra mengangguk sebagai jawaban. Selama ini dia dikenal dengan pribadi yang agak tertutup untuk urusan hati. Berbeda dengan Ammar yang meskipun menutupi perasaannya dari semua orang, tetapi Ammar lebih ekspresif.

"Siapa Zra, kok curang kamu, nggak cerita duluan sama Ummi."

"Maaf Ummi Sayang, Azra juga masih nggak nyangka kalau mau melamar dia."

"Padahal Ummi itu maunya kalian berdua nikahnya barengan gitu. Lahiran barengan, nikahnya juga harus barengan."

"Ummi Sayang, jangan yang nggak-nggak ya. Jodoh mana ada yang tahu."

"Kalau gitu yang iya-iya aja, ya, Abang Ustazd!"

"Kalau mau yang 'iya-iya' nanti malam saja, sekarang kita fokus dulu ke anak-anak."

Tahajjud Cinta (TAMAT/TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang