Hanya sebuah usaha yang kuberikan padamu, selebihnya aku tidak perduli kau mau menerimanya atau tidak.
Bukankah itu tak pernah membuatmu cukup?
~~~~~~~~~~~~
Help meHanya sebuah harapan yang bisa aku ucapkan pada sebuah kisah hidupku, harapan akan kembalinya rasa percaya kalian pada ku.
Aku tidak meminta lebih dari apa yang ku inginkan dari kalian, cukup sebuah kenangan kita dulu agar selalu kau kenang dalam hidupmu, mungkin itu bisa mengurangi rasa bencimu padaku? BatinnyaIt's like a walls are caving in..
Aku merasa bahwa dunia seolah membatasiku dengan dinding-dinding pertahananku, yang mungkin akan roboh.
Kau membuatku selalu merasa bahwa aku adalah orang yang membuat mu merasa tidak beruntung. Itu kan kemauanmu? Batinnya.Sometimes i feel like giving up
Terkadang kata menyerah selalu menjadi kata yang biasa aku ucapkan, namun entah mengapa aku tak ingin bahwa kata menyerah bukanlah jawaban atas rentetan pertanyaanmu?
Kau selalu membuatku ingin menyerah, tapi aku yakin semua akan terjawab kebenarannya. Batinnya.But i just can't
It is in my blood..
Inilah aku, di tubuhku mengalir deras darah ini. Aku bukanlah pengecut, sehingga aku tidak lari dari segala permasalahan ini, namun apa? Kau tidak juga menghargai akan usaha ku kan? Batinnya.
Looking through my phone again feeling anxious
Afraid to be alone again, I hate this
I'm trying to find a way to chill, can't breathe, oh
Is there somebody who could...Help me, it's like the walls are caving in
Sometimes I feel like giving up
No medicine is strong enough
Someone help me
I'm crawling in my skin
Sometimes I feel like giving up
But I just can't
It isn't in my bloodI need somebody now
I need somebody now
Someone to help me out
I need somebody nowHelp me, it's like the walls are caving in
Sometimes I feel like giving up
But I just can't
It isn't in my blood." prok prok prok "
Gilsha pun langsung menoleh arah sumber suara tepuk tangan itu, ia terkejut saat ternyata karin melihatnya bernyanyi.
" gila lo sha, cantik bener suara lo "
" apaan gaje lo "
" apaan sih sha, gue nih ya malah pengen banget punya suara kayak gitu "
" banyak drama hidup lo "
" suka lo deh "
Keduanya terdiam sesaat, namun karin kembali bersuara.
" sha gue mau ngomong "
" ngomong aja kali rin kayak baru kenal kemarin aja".
Karin kembali mengelus dada, sifat sahabatnya itu memang selalu berbicara ketus, seadanya, dan blak-blakan. Ia pun kembali bersuara.
" gue nginep di rumah lo bukan tanpa alasan sha "
" terus, alasannya apa? "
" Ish bentar dong sha, gue juga belum selesai ngomong " ujarnya sambil memonyongkan bibirnya.
" itu bibir apa corong bensin maju bener ".
" tuh kan lo ngomongnya jujur banget "
" udah deh cepat mau cerita apa sih karin yang cantik "
" gak usah lebay "
" Serah dah, cepetan apa "
" gue nggak tahu apa lagi sha yang bisa gue lakuin buat keluarga gue, semakin lama kayaknya keluarga gue makin berantakan sha. Yang paling gak bisa gue terima sha, kenapa saat papa lagi kena musibah, di saat itu lah mama berulah. "
Saat karin memulai cerita, saat itu juga keadaan saat itu mulai sendu. Karin juga terlihat langsung menguraikan air matanya.
" gue gak mengerti, kenapa saat papa lagi butuh mama saat itu juga mama pergi dari papa, apa memang gitu ya sha? "
Sontak aku langsung terperanjat dengan perkataannya barusan. Bibir ku kelu untuk menjawab pertanyaannya, karena orang tuaku juga sudah lama pisah sejak aku smp.
" sebenarnya nggak kok sha, itu tergantung pribadinya masing-masing sih, gue juga dulu berharap agar orang tua gue juga tetap nyatu, tapi apa daya kita rin, jamannya sekarang ini cuma satu. MATERI. Cuma itu sha gak ada yang lain, sama-sama egois satu sama lain "
Ucap gilsha dengan nafas yang berderu cepat, sontak karin pun menyadari bahwa ia membawa topik pembahasan yang salah, sehingga ia telah membawa kenangan buruk bagi gilsha.
" sha, maafin gue ya sha. Gue gak inget kalo orangtua kita sama-sama ingin berpisah. Maafin gue ya sha, gue udah mengulang memori kelam lo "
" gak papa rin, rasanya air mata gue udah kering tau, jangankan untuk nangis. Lo tahu rin?, Rasanya hambar, gue nggak ngerasain apa-apa lagi walaupun orang-orang di masa lalu gue datang hanya untuk mencaci gue.
Gue ngerasa hati gue itu udah mati "Selesai gilsha mengatakan itu,aku pun sontak terdiam.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
" salah gue apa sha? "
Ucap gadis itu, ia tampak pucat, rambutnya berantakan, barang-barang di sekitarnya juga tampak berantakan.
Beling-beling kaca pun bertebaran di seluruh lantai milik gadis itu." lo gak salah tania!! Lo gak salah!! ".
Ucap gilsha sambil berusaha menjauhkan pisau dari tangan gadis itu, ia takut akan terjadi hal yang tidak-tidak akan dilakukan gadis itu." gue benci sama diri gue sendiri, gue benci kalian, termasuk lo!! "
" lo bicara apa sih tania "
" gue selalu iri ngeliat lo, lo selalu mendapat kasih sayang dari orang sekitar lo. Gue benci lihat lo, benci banget. "
Ucapnya sambil mengangkat pisaunya ke udara kemudian mengarahkan pisau tersebut ke pergelengan tangannya.
" tania berhenti bersikap bodoh, jauhkan pisau itu nia!! "
" gue bahagia saat mengetahui bahwa orang yang mencintai lo berubah menjadi orang yang paling membenci lo "
" apa maksud lo? "
" lo nanti bakalan tahu sendiri "
Setelah ia mengatakan kalimat itu kepada gilsha, lantas ia pun langsung menggoreskan pisau itu ke pergelangan tangannya sendiri. Pada saat itu juga, darah segar itu pun keluar begitu deras dari pergelangan tangan tania.
Tania, saat itu juga langsung tersungkur akibat ia mulai tidak menyadarkan dirinya.
" taniaaa!! "
Sontak saat itu juga gilsha terbangun dari mimpi anehnya itu. Keringatnya bercucuran di seluruh wajahnya, keningnya pun berkerut untuk memikirkan rentetan kejadian yang ada di mimpinya.
Ia berharap mimpi ini tidak membawa dampak buruk untuk dirinya.
~~~~~~~~~~~~~~~
Bagaimana?
Apa perasaan kalian membaca part ini...Jangan lupa vote dan comment nya ya
👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Zemblanity (Past Sadness)
Подростковая литератураZemblanity adalah suatu hal yang membuat kita tidak bahagia, tidak beruntung, namun datang pada saat tak terduga. ini hanya sebuah kisah pertemanan, keluarga, juga tentang cinta. " entah bagaimana, seolah dunia kembali menertawaiku dengan segala l...