Gilsha sama sekali tidak bisa memejamkan matanya saat ia ingin tidur. Selalu ada saja yang mengganjal di benaknya sampai saat ini terus dipikirkannya. Perasaannya gelisah, entah mengapa seolah surat yang diberikan gavin itu adalah surat yang mewakili perasaannya saat ini.
Padahal gilsha sudah menepis bahkan memang tak ingin untuk mengingat kejadian itu. Tapi, apa yang dilakukan oleh dia, seolah-olah dia juga ikut berada di posisi gilsha saat ini.
Karena gilsha tidak bisa tertidur, akhirnya ia pun pergi ke dapur untuk membuat coklat panas. Ya, hanya coklat panas yang selalu setia menemaninya kalau ia tidak bisa tidur.
Saat gilsha menuruni tangga, ada suara tangisan dari kamar ibunya. Gilsha sangat jelas mendengar suara tangisan dari ibunya. Dengan penasaran akhirnya gilsha pun membuka pintu kamar ibunya.
" hiks.... hiks.... "
Gilsha pun semakin mendekat ke arah ibunya yang saat ini berada di sudut kamarnya, sambil memegang buku yang gilsha baru pertama kalinya ia lihat.
" mama.. "
Ucap gilsha sambil menepuk bahu kanan ibunya yang bergetar hebat karena sudah seunggukan.
" mama kenapa nangis? Karena papa ya? "
"........."
" ma kok diam, jawab ma!!! "
Ucap gilsha yang sudah menahan amarahnya sedaritadi, gilsha masih tidak habis pikir kenapa ayahnya tega membuat wanita yang disayangi gilsha selalu menangis.
" ma... Gilsha kan sudah bilang lebih baik kita keluar dari rumah ini ma dari pada kita selalu tersiksa batin terus sama papa, tapi kenapa sih mama selalu nggak mau "
"........."
Mamanya tetap tidak bergeming untuk menjawab pertanyaan dati gilsha, malah kini mamanya makin menundukan kepalanya sambil menyembunyikan buku coklat yang tampak lusuh itu.
" ma, gilsha pengen kita kayak dulu lagi ma, saling terbuka satu sama lain. Nggak kayak sekarang ma, gilsha ngerasa orang paling asing disini "
Ucap gilsha yang langsung membuat mamanya berbalik dan melihat anak semata wayangnya. Gilsha pun sama seperti ibunya menangis namun gadis itu berusaha untuk menutupinya. Matanya memerah karena tak ingin air yang berada di pelupuk matanya tumpah begitu saja.
" kenapa kamu bilang gitu nak? Kamu bukan orang asing disini "
" mama bisa bilang seperti itu sama gilsha, tapi mama sama papa kemana waktu gilsha hampir di penjara karena kasus meninggalnya reno "
Bahu gilsha bergetar hebat setelah mengatakan kalimat yang sudah lama di pendamnya. Gilsha sebenarnya tak ingin mengatakannya pada orang yang di sayanginya, namun gilsha sudah tak tahan lagi untuk mengatakan yang selama ini ia pendam.
" tapi apa yang mama sama papa lakuin sama gilsha? "
Setelah gilsha mengatakan kalimat yang cukup menohok hati wanita paruh baya tersebut, akhirnya mama gilsha kembali menangis hebat.
" mama sama papa nggak pernah dengerin penjelasan gilsha yang sebenarnya, malah mama nampar aku padahal aku belum ngejelasin. Dan papa juga sama, kalian belum dengar penjelasan aku. Aku belum ada ngomong tapi kalian udah mengasumsikan aku kalo aku udah bunuh sahabat aku sendiri "
" kalian malah ngusir aku dari rumah, apa kalian tahu gimana rasanya sakit hati aku sama kalian? "
Ucap gilsha sambil memegang tangan ibunya yang sudah lemas karena mengis sedaritadi.
" aku bahkan hampir dibunuh sama orang itu, tapi apa kalian mau mendengar penjelasan dari gilsha? Jawabannya pasti nggak, iya kan ma? "
Mamanya tetap tidak bergeming untuk menjawab pertanyaan anaknya, hal itu membuat gilsha semakin marah.
" gilsha udah yakin kalo mama tetap nggak mau denger penjelasan gilsha, gilsha mau tidur dulu ya ma "
Ucap gilsha sambil beranjak meninggalkan kamar ibunya, saat sudah memnutup kembali pintu kamar ibunya gilsha pun kembali kekamarnya, biarlah coklat panasnya itu tidak jadi dibuat karena sudah terlanjur malas untuk membuat coklat panas.
Saat gilsha sudah berbaring di atas ranjangnya, ia kembali memikirkan kejadian di kamar ibunya.
Jadi selama ini mama belum sepenuhnya percaya sama aku?, untuk apa aku disini jika tak di inginkan oleh orang tuaku? -batinnya
******
Satu kata yang ingin gilsha inginkan hanyalah kebahagiaan.
Ya, hanya itu. Namun apa yang terjadi saat ini selalu bertolak belakang dari apa yang di inginkannya. Walaupun gilsha selalu menepis apapun memori masa lalunya, tetapi seakan akan memori itu semakin gencar menghantuinya.
Gilsha pun menatap ruangan yang saat ini penuh dengan debu. Tempat yang sudah lama terkunci rapat-rapat agar seseorang tidak boleh datang kesini. Saat gilsha berjalan mendekati sebuah benda berbentuk persegi panjang yang memiliki empat kaki sebagai tumpuannya untuk seseorang yang memainkan alat musik itu. Piano, itulah yang gilsha tatap saat ini. Namun gilsha seakan mencoba menjauhi alat musik itu, saat ia mulai terbayang masa lalunya bersama benda itu.
Walaupun gilsha berjanji untuk tidak memainkannya lagi, sekarang ia ingin mengingkarinya. Ya, semuanya berawal dari gavin.
Gilsha tidak mengerti mengapa gavin memberikan surat itu kepadanya yang semua isi suratnya dapat menyentuh hati gilsha.
Gilsha tau jika ia memegang benda ini kembali, maka ia akan kemabli menerima konsekuensinya untuk mengulang secercah memori kelam itu.
" gue gak perduli lagi apa omongan orang, gue gak peduli lagi untuk percaya sama orang yang gue sayangi, gue akan jadi gilsha yang beda, yang kemungkinan menjadi seorang gilsha yang makin dibenci banyak orang "
Gilsha pun mulai mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia pada piano tersebut, gilsha pun membuka penyangga piano tersebut. Sekumpulan debu-debu keluar dari piano tersebut. Gilsha pun membersihkan piano itu, agar ia bisa memainkan piano tersebut.
gilsha pun mulai menekan tuts-tuts piano tersebut, ia seolah menutup kuping bahwa ada seseorang yang dari dulu selalu melarangnya untuk memainkan piano tersebut, namun gilsha tidak akan seperti dulu yang selalu saja takut untuk memberontak kepada siapapun yang menentang dirinya.
aku bukanlah gilsha yang dulu.
ucap gilsha membatin dalam dirinya sambil memainkan pianonya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
hallo untuk semua, setelah sekian lama aku nggak update hehehe
maaf ya karena emang dulu itu lagi nggak semangat baget buat nulis lagi sibuk sebagai readers aja 😁😁
dan sekarang aku bakalan mulai ngembangin cerita ini lagi supaya bisa dinikmati banyak orang :)stay tune terus yaa hehehe
jangan lupa buat vote, comment, dan tambahin ceritaku di reading list kalian yaaaa 😉😉
tq udah mampir di lapakku😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Zemblanity (Past Sadness)
Teen FictionZemblanity adalah suatu hal yang membuat kita tidak bahagia, tidak beruntung, namun datang pada saat tak terduga. ini hanya sebuah kisah pertemanan, keluarga, juga tentang cinta. " entah bagaimana, seolah dunia kembali menertawaiku dengan segala l...