zemblanity - 04

56 15 2
                                    

Harapanku adalah ingin menjadi bunga.
Namun, aku tahu bahwa aku hanya sebuah debu. Ada, tapi tidak di inginkan orang-orang
~~~~~~~~~~~~~

03.00 am.

" Praang "

Bunyi benturan yang sangat keras, membuat salah satu penghuni rumah ini terbangun.  Ia tahu bahwa apa yang terjadi di rumahnya itu. Sambil mengucek matanya, ia pun bangkit dari tempat tidurnya. Ia pun mengikuti suara-suara bising itu berasal, ia pun menuruni tangga menuju ruang tengahnya.

Ia pun begitu terkejut, begitu melihat keadaan rumahnya yang sangat berantakan, beling-beling kaca dimana-mana, serta guci kesayangan mamanya itu pun ikut menjadi korban. Ia pun mengintip di balik gorden agar ia bisa melihat kejadian apa sebenarnya yang terjadi.

" sampai kapan kau sanggup menyembunyikan aib mu hah!! "

Aku sangat terkejut melihat mamaku yang berbicara lantang kepada papaku, setahuku mamaku selalu nurut sama papa. Aku melihat mamaku yang menangis hingga seluruh wajah basah karena air matanya.

" aku tidak perduli, itu bukan urusanmu "

Ucap papa dengan rasa marah hingga mengeraskan rahangnya ketika ia berbicara.

" kau benar-benar egois, dia pantas untuk mengetahuinya karena yang selama ini yang ia tahu ia tak memiliki kakak kandungnya "

Aku pun dengan spontan menegangkan tubuhku mendengar ucapan mamaku, apakah benar apa yang dikatakan mama? Dan siapakah kakakku itu? Mengapa selama ini orang tuaku menyembunyikan rahasia sebesar ini.
Timbul beberapa pertanyaan di dalam benaknya.

" percuma aku memberi tahu, toh dia sudah meninggal "

Dengan perasaan marah mama saat itu juga melayangkan tangannya ke arah pipi papa.

Plakk

" kau memang orang yang tidak punya hati bisa-bisanya kau berbicara seperti itu hah!!  "

Aku yang melihat  papa yang setelah di tampar mama pun langsung terdiam, begitu juga dengan papa yang saat itu terdiam.

" sudah banyak cacian yang diterimanya, apa kau masih bisa merahasiakan aib ini? "

" aku akan membantunya untuk melawan omongan miring mereka "

" tapi apakah kau bisa menyembuhkan traumanya hah!! Apakah kau bisa memberitahu kepada semua orang bahwa ia tidak bersalah, tapi kau lah tersangka utamanya. Apakah bisa kau melakukannya? "

Ujar mama sambil memegang bahu papa dan mengguncangkannya.

" dari dulu kita memang salah, seharusnya gilsha lah yang dari dulu kita berikan padanya, bukan kakaknya jika kita tahu akhirnya akan seperti ini "

Aku mendengarnya langsung saja seperti ada cairan bening yang ingin keluar dari mataku, aku memang menyadarinya dari dulu kalau papa memang tidak suka padaku, tapi bisakah papa untuk tidak berkata seperti itu? Aku tidak tahu, saat ini aku merasa beribu hujaman yang teramat pedih saat aku tahu bahwa papa memang tidak menginginkan aku untuk hadir di keluarga kecil mereka. Aku pun langsung menangis saat itu juga.

" bisa-bisanya kau kembali menyalahkannya, dimana otakmu hah!! "

Plakkk... Praanggg..

" mamaaa.. "

Ucapku langsung saat melihat mama yang sudah tersungkur di lantai dengan beberapa beling kaca dari gelas itu. Aku memang tahu, bahwa papa memang suka main tangan dengan mama, itulah yang aku tidak suka dari papa. Tapi ini sudah keterlaluan, bahkan papa seperti ingin membunuh mama saat ini juga. Aku langsung menggotong mama ke kamar sebelum kesadaran mama hilang.

Zemblanity (Past Sadness) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang