Aku mendongak dari balik pintu kelasku, berharap ka Fatih keluar dari kelasnya dan secara tidak sengaja bertatapan denganku yang akhirnya membuatku harus menyapanya. Tapi sudah hampir 5 menit namun tak kelihatan batang hidungnya.
Hari ini saat teman-teman mengajakku untuk ke kantin ku berdalih sedikit tidak enak badan, meski Agha bersikeras untuk tetap tinggal bersamaku namun untung saja dia mengerti dan meninggalkanku sendiri di kelas.
Akhirnya aku putuskan untuk menemui ka Fatih ke kelas, kubawa novel yang kupinjam kemarin. Sepi ternyata, hanya ada beberapa siswa. Namun sepertinya mereka asyik sendiri, semoga saja kehadiranku tak mengundang perhatian.
“Ka Fatih,” sapaku kepada ka Fatih yang asyik mengobrol dengan teman lainnya. Sepertinya membahas soal-soal UN. “Dek Zahra, ada apa?” Tanyanya ramah.
“Ka Fatih lagi sibuk ya?” Tanyaku memastikan. “Nggak kok nggak,” “Iya nyantae saja.” Bukan ka Fatih yang menjawab malah kedua temannya yang menyahut sembari menggeser bangku kosong disebelah ka Fatih.
“Sini duduk sini,” lanjut salah satunya dan kini aku dan ka Fatih duduk berdampingan dengan kedua temannya yang berada dibangku depan menghadap ke belakang.
Syukurlah aku disambut baik. “Ada apa dek?” Tanya kaka Fatih lagi.
“Nggak kok cuma mau tanya-tanya aja. Novelnya kemarin bagus, jadi aku rasa kaka punya rekomendasi lainnya.” Jawabku, novel kemarin memang cukup bagus dan kuharap ka Fatih merekomendasikan Galaksi Kinanti kepadaku.
“Apa ya dek? Yang kemarin udah selesai?” Tanya ka Fatih.”Belum, tapi bentar lagi. Ini cari-cari dulu buat gantinya.” Jawabku. “Emang dek Zahra suka novel yang gimana?”
“Kalau aku suka novel yang topiknya ringan. Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari atau love story. Tapi tetap saja berbobot, banyak pembelajarannya dan bisa membuat aku pengen terus baca novel itu.” Jawabku antusias, semoga saja kak Fatih meminjami novel Galaksi Kinanti.
“Oey Fat, ini gimana caranya ya?” Tiba-tiba salah satu teman ka Fatih yang duduk bersamaku menyeletuk. “Coba tanya Edo dulu.” Ka Fatih menjawab sekenanya.
“Kaka nggak terlalu suka baca novel, apalagi tentang cinta. Kaka rasa novel cinta itu nggak menarik dan nggak banyak pembelajarannya. Kalau buku sastra kaka tahu banyak.” Aku sedikit bingung disini, kalau ka Fatih tidak suka novel lalu kenapa kemarin dia membawa novel itu.
“Buku sastra karya Seno Gumira Ajidarma judulnya Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, menceritakan tentang suka duka, pengkhianatan, keserakahan hingga cinta yang terpendam. Siapa tahu dek Zahra suka.” Lanjutnya.
“Kagak ngerti juga gue,” bisik teman ka Fatih yang bernama Edo tadi ke temannya. “Gimana Fat?”
“Atau nggak karya Chairil Anwar judulnya Aku.”
“Banyak lho kak novel tentang cinta tapi masih berbobot untuk dibaca dan banyak pembelajarannya. Misalnya Critical Elevan, Tidak ada New York hari ini, Tentang kamu, Kau aku dan sepucuk angpau merah. Yang islami juga ada, seperti Ketika Cinta bertasbih, Ayat-ayat Cinta, Bidadari Surga.”
“ Woy Fat, mentang-mentang ngobrol sama cewek lupa temen lu,” Tiba-tiba teman ka Fatih marah memotong pembicaraanku dengan ka Fatih.
“Iya gimana Ilham, mana yang kamu nggak tahu.” Gila ya! Kok bisa ka Fatih sesabar itu menanggapi, kalau aku jadi ka Fatih sudah aku bentak balik itu teman ka Fatih yang namanya Ilham. “Ini lho,” dan dengan santainya dia menjawab.
Ka Fatih sedikit mendekat, aku fikir sebaiknya aku kembali ke kelas. Aku berpamitan kepada mereka bertiga, dan terlihat ekspresi kak Ilham merasa bersalah. Baguslah dia merasa bersalah karena telah memotong pembicaraanku dengan ka Fatih. Galaksi Kinanti! Aku akan menjemputmu di XII IPA 1.
Tapi nyatanya, hari demi hari aku tidak sempat bertemu dengan ka Fatih, karena saat ini kelas XII sibuk dengan persiapan Ujian Nasional, ujian praktek dan ujian sekolah. Belum lagi sibuk sosialisasi universitas.
Sesekali aku melihat ka Fatih membawa novel tersebut, sepertinya ingin dibaca di perpus atau disuatu tempat yang nyaman. Saat itu sebenarnya mungkin bisa saja aku nekat menemui ka Fatih di waktu luangnya, tapi Agha selalu ingin bersamaku.
2 minggu ini aku dan Agha memang resmi menjalin hubungan. Dia ternyata tipe cowok yang sangat butuh perhatian dari pasangannya sehingga aku selalu bersama-sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen-XII IPA 1
Historia Corta[COMPLETE] Hari itu tersimpan baik di memori ingatanku. Hari dimana aku dinasehati dengan seorang cowok berumur 18 tahun. Sangat berwibawa, dewasa dan ramah. Seseorang yang bahkan tak terlaku kukenal. Hanya kenal sebagai kaka kelas, sebagai ketua ro...