1. Sebuah Kebetulan atau Sebuah Takdir?

134 2 0
                                    

Senyumannya membuatku tak bisa

berhenti menatap dirinya.

~~~

Hari ini matahari bersinar cukup terang. Di sebuah rumah yang cukup mewah, ada satu keluarga yang sangat harmonis. Anak perempuan di keluarga tersebut hari ini menjalani hari pertamanya sebagai anak kelas 11. Perempuan itu bernama Arunika Salsabilla Putri. Setelah menjalani libur yang cukup panjang Arunika harus kembali bersekolah. Arunika yang sedang memoleskan sedikit liptint ke bibirnya menolehkan wajahnya melirik ke arah handphone-nya yang menyala menampilkan notifikasi chat.

Mozarella

Nik, mau bareng gue gak? Mumpung gue deket komplek lo nih

Arunika terlihat berpikir sebentar untuk membalas chat dari Moza. Moza adalah sahabat dekat Arunika. Mereka bersahabat dari awal MOS, pertemuan keduanya cukup unik, yaitu disaat mienya Arunika tumpah gara-gara Arunika melihat kakak kelasnya yang ganteng, saat itu Moza tertawa paling keras menertawakan Arunika, tetapi sesaat kemudian Moza mentraktir Arunika dengan batagor. Moza memang tipikal perempuan yang sulit ditebak.

Gak deng

Gue sama arsen

Arsen lagi baik soalnya

See u Mozarella

MOZA AJA. GAK PAKE RELLA!

Arunika terkekeh membaca balasan dari Moza. Arunika kemudian memasukkan handphone-nya ke dalam tas hitamnya, ia lalu keluar kamar dengan rambutnya yang terurai, walaupun ia pergi ke kampus memakai motor ninja, ia tak peduli jika rambutnya akan hancur karena angin. Tapi tenang, Arunika selalu sedia jeday di dalam tasnya.

"Wih adek abang jadi kakak kelas nih, cie."celetuk Fajar, abangnya Arunika. Fajar Arisandi yang sebentar lagi akan menikah, dan Arunika merasa akan ditinggalkan abangnya, karena perempuan itu sangat akrab dengan abangnya, daripada kembarannya sendiri.

Arunika menahan senyumnya, "Apaan sih bang. Biasa aja kali. Oh iya bang, pelajaran kelas 11 susah gak ya?"

Fajar mengusap pelan rambut adik perempuannya, "Susah kalau kamu gak belajar, dek."

Arunika menghela nafasnya, ia lalu berjalan menuruni tangga. Di meja makan sudah ada bundanya yang sedang menata nasi goreng untuk sarapan.

"Cie, ada yang jadi kakak kelas nih."celetuk bundanya yang bernama Senjawati.

Arunika tertawa kecil, "Apaan sih bun?"

"Jadi ingat deh waktu masa SMA dulu, bunda dideketin sama kakak kelas bunda yang terkenal gitu."kenang bundanya pada saat masa putih abu-abu.

Tiba-tiba ayahnya Arunika, Deon namanya, mendaratkan pantatnya di kursi, "Tapi tetap aja ujung-ujungnya sama ayah, Nik."

Fajar terkekeh geli mendengar kalimat dari ayahnya, "Jodoh mah gak kemana kan yah?"

Arunika celingak-celinguk sambil melihat ke bawah meja makan, ia mencari kucingnya yang bernama Embul, biasanya Embul setiap pagi menunggu di bawah meja makan, "Bunda, Embul mana?"

"Bunda kurung, tadi nakal narik-narik daster bunda."cetus bundanya.

Arunika lalu menghampiri kandang kucingnya yang terletak di taman samping rumahnya, ia lalu menuangkan makanan kucing ke dalam wadah yang disediakan untuk Embul. Perempuan itu kemudian membuka kandang tersebut dan memasukan wadah yang sudah berisi makanan.

EunoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang