6. Dia Tidak Seburuk Itu

60 1 0
                                    

Sesampainya di tempat makan pinggir jalan langganan Senandika. Arunika melepas helmnya, dan meletakkan di motor Senandika.

"Rame ya?"tanya Arunika.

Senandika mengangguk, "Banget, ini masih mending sore. Kalau malam, lebih rame lagi, Nik."

Merekapun berjalan menuju tempat duduk yang disediakan, Senandika menaruh tasnya, sedangkan Arunika duduk sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Lo nasi gorengnya mau pedes apa ngga?"tanya Senandika.

Arunika menggeleng dengan cepat, "Jangan pedes, gak tahan gue."

Senandika mengangguk dan beranjak menuju abang penjual nasi gorengnya, Arunika membuka handphone-nya dan ada beberapa chat dari Arsen.

Arsen galak

Nik

Nik

Lo masih disekolah?

Kalo iya, gue jemput sekarang nih

Gak usah

Gue lagi makan sama temen gue

Moza?

Dika.

Anak osis

Bukan Genta kan?

Bukanlah gila

Yakali gue mau makan sama dia

Yauda iya gak usah ngegas

Hati-hati.

Pulang jangan kesorean.

Senandika yang melihat Arunika sibuk mengetikkan balasan dihandphone-nya pun berdehem, "Dicariin Nik?"

Arunika menggeleng dan menyimpan handphone-nya, "Gak, ini Arsen nge-chat nanya lagi dimana."

Senandika terkekeh geli mendengar jawaban Arunika, "Yakan itu dicariin Nik."

Arunika terlihat berpikir dan menyengirkan giginya, "Lah iya yak? Ogeb emang."

Dalam sekejab Senandika sedikit demi sedikit mulai membuka dunia Arunika. Perempuan itupun mulai senang bercakap-cakap dengan Senandika.

Ada hati yang mulai terbuka seiring berjalannya waktu. Ada hati yang mulai merasakan jatuh cinta. Bahkan hanya tawa kecilnya saja bisa membuatnya luluh. Iya, sesederhana itu.

***

Di sela-sela mereka memakan nasi goreng yang diiringi dengan lagu dibawakan oleh pengamen jalanan, Arunika menatap lawan bicaranya yaitu Senandika.

"Lo tahu?"

"Tahu apa?"

"Lo gak sejutek yang orang-orang bilang."

Arunika tersenyum tipis dan menyedot minumannya, ia lalu kembali menatap Senandika, "Orang bilang gitu karena mereka gak kenal gue lebih dalam."

"Kenapa?"tanya Senandika.

"Kenapa apanya, Dik?"

"Lo. Kenapa lo nunjukin sikap yang judes, cuek. Sedangkan aslinya, ya lo sekarang ini."

"Entahlah, gue pun gak tahu jawabannya. Mungkin karena dimasa lalu gue terlalu membuka diri sampai-sampai lupa menutup untuk orang-orang yang berniat nyakitin gue. Padahal orang-orang yang bilang gue jutek dan lain-lain itu mau masuk ke dalam hidup gue dan mengenal gue, gue gak sejutek itu."jelas Arunika sambil tersenyum.

EunoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang