Part 5

2.8K 236 36
                                    

Waktu seolah berhenti beberapa saat. Pesona Andin memang berbeda. Pantas saja jika Gyo tertarik padanya. Adit mengepalkan kedua tangannya, lalu dengan cepat dia berdiri, melepas jaket yang dia kenakan. Tak lama, Andin sudah ada di depan Adit, jaket itu pun sudah berganti pemilik.

"Ngapain pake baju ini? Ke tempat seperti ini pula. Ayo balik ke salon." Adit berlalu, pergi mendahului mereka berdua.

Jenny dan Andin saling berpandangan, tak percaya akan mendapat sikap seperti itu. Namun, tak lama kemudian mengikuti langkah Adit meninggalkan kedai. Jenny berjalan dengan gemulai sambil memainkan sisirnya, sementara Andin di belakangnya.

Adit mengeluarkan kaus dan celana kain yang dibelikannya untuk Andin, lalu melempar ke kursi. "Kamu pakai itu sekarang. Kita langsung ke villa, cuaca gak jelas."

Andin langsung mengambil kaus dan celana di atas kursi, lalu pergi ke ruang ganti dengan wajah dongkol. Bukan pujian yang didapatkan, malah tidak diperhatikan sama sekali.

"Ya ampyun Cyin, jutek banget jadi cowok. Si Mak Lampir kan udah jadi putri? Masih aja dicacat. Dasar cowok gak punya ati," ucap Jenny sambil menuding Adit dengan sisir yang selalu dibawanya.

"Emang kamu gak tau kalo semua lelaki di sana melotot liat Andin? Matanya tuh seperti pada mau keluar." Adit meletakan kedua tangannya di depan mata, memperagakan bagaimana mata para lelaki yang melihat Andin.

"Cembukur? Cembukur nih?"

"Amit-amit!"

"Ngaku aja deh, Cyin. Tuh Mak Lampir emang udah cantik dari sononya, cuma emang gak ada duit buat perawatan."

Jenny mulai memilih, lalu memasukkan beberapa kosmetik ke dalam pouch sedang. "Ini kosmetik buat dia, udah ekye ajarin dandan tadi."

"Gratis?"

"Gratis dari Hongkong? Bayar duong ah. Kayak cowok kere aja minta gratisan!" Jenny melirik ke arah Adit sambil memajukan bibirnya dan memutar bola mata.

Adit tertawa melihat reaksi temannya itu, selalu perhitungan. Dia suka melihat Jenny manyun seperti itu. Tak banyak kata, lelaki itu mengeluarkan kartu debitnya. Dengan langkah gemulai dan kemayu, Jenny langsung mengambil kartu itu.

"Udah, yuk berangkat!" Andin keluar dari ruang ganti.

"Gitu keliatan lebih cantik." Adit langsung memasukkan kartu yang sudah digesek Jenny.

"Jadi, yang tadi gak cantik?" Andin kecewa dengan ucapan Adit.

Tanpa menjawab, Adit langsung membawa barang belanjaan, lalu berpamitan pada Jenny, "Aku pulang dulu, ya?"

Andin ikut berpamitan, lalu mengikuti Adit.

#####

Sebuah villa sudah di depan mata. Memiliki dua lantai dengan cat tembok didominasi warna hijau muda. Sangat cocok dengan pemandangan di Batu yang serba hijau. Sekali lihat, ada chemistry tersendiri yang membuat betah. Adit turun dari motornya, diikuti oleh Andin. Pintu villa terbuka, menandakan ada seseorang di dalamnya.

"Bajuku kamu tinggal di sini, kamarmu di lantai atas. Langsung aja ke atas! Aku mau nyari Mbak Erni dulu."

Andin mengikuti instruksi Adit, langsung menuju atas dan memang hanya ada satu kamar di sana. Ada sebuah ruang santai dengan sofa dan  televisi. Balkon yang menghadap barat, sangat cocok untuk melihat matahari tenggelam. 

Mata Andin menyipit saat melihat seorang lelaki di antara bias cahaya matahari mengarahkan kamera padanya. Memastikan bahwa dia tak salah melihat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Demi Cinta (Repost Ulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang