Sumpit

39 2 0
                                    

Bulat suka sekali bermain di lemari pendek yang menyatu dengan kasur di kamarku. Aku meletakkan beberapa buku dan sepasang sumpit disana. Sebenarnya sumpit itu ada tempat khususnya. Tapi karena masih basah, asal saja kutaruh disana dulu. Nanti kubereskan, begitu pikirku.

Esok hari aku tidak menemukan dimana sumpitku. Biasanya, Bulat mengerti jika ditanya dimana dia meletakkan benda yang biasa dia mainkan. Jadi kuputuskan bertanya, "Bulat tau sumpit uni, gak?"

Bulat hanya menjawab dengan isyarat mata. Seperti berkata, "uni tunggu sebentar."

Belum lama menunggu, Bulat sudah kembali lagi. Bukan sumpit yang dia bawa. Melainkan sedotan. Aku tertawa melihatnya yang memberikan sedotan itu padaku.

"Bukan itu Bulat. Itu sedotan... Hahaha"

Bulat bingung. Dia kembali meninggalkanku. Aku mengikutinya dari belakang. Kulihat, dia sibuk mengobrak-abrik isi rak piring di ruang makan. Dia menoleh kearahku. Kembali memberikan sedotan berbeda warna. Aku tertawa lagi. Bukan itu, kataku.

Bulat kembali berbalik lagi. Sibuk mencari sekali lagi. Dia mengeluarkan barang-barang dari etalase rak piring. Seperti baskom dan beberapa peralatan plastik. Hal itu membuat sedikit gaduh. Ibu yang sedang di dapur bertanya, "itu apa, ya?"

Bulat berjalan ke arah pintu yang menyambung antara ruang makan dan dapur. Dia berdiri tepat didepan pintu. Seperti mentelepati ibu, Si Bulat memegang sedotan dan terus melihat mata ibu. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata. Belum lama dari itu, dia membalikkan badan dan kembali berkutat dengan perkakas yang tadi.

Aku melongo melihatnya. Ibu sepertinya belum mengerti apa yang diisyaratkan Si Bulat. Aku bilang, "maksudnya dia mau cari sumpitku yang dia mainin.."

"Oalah.. Jangan diberantakin semua, ya.. Nanti dibereskan lagi..."

Meski belum bisa membedakan antara sumpit dan sedotan, setidaknya adikku sudah mengerti bahwa itu adalah benda yang panjangnya sama dan berbentuk kurang lebih sama.

Aku pamit berangkat kuliah. Meninggalkan Bulat yang masih sibuk mengurus sumpit yang menjadi tanggung jawabnya.

Sepulang kuliah, kulihat Bulat seperti biasa lagi. Mungkin ada hal yang membuatnya lupa dengan sumpit itu dan sudah pasti, dia tidak menemukannya. Atau lupa dimana dia meletakkan benda panjang itu.

Si Bulat, Adikku..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang