Maa Syaa Allah, Bulat.

37 3 2
                                    

Beberapa waktu sebelum tempat tidur nenek ditambah kasur busa yang tingginya 20cm, Bulat tetap belum bisa naik kesana. Kecuali dia menaiki papan ukiran dibagian lebarnya ranjang atau membawa kursi kecil kesayangannya ke bagian panjang ranjang sebagai alat bantu naik ke atas tempat tidur nenek.

Entah darimana dia mendapatkan ide itu. Tak ada yang mengajarinya dan tak ada yang melakukan hal serupa sehingga bisa dia contoh.

Berbeda ketika sudah ditambah kasur yang tebalnya 20cm. Bulat tidak bisa seenaknya naik turun tanpa bantuan orang yang lebih tua. Seperti pada suatu siang, Bulat ribut minta naik ke atas. Nenek mengangkatnya. Tapi kemudian dia rewel minta turun ke bawah. Sudah turun, dia minta kembali lagi. Berulang kali sampai nenek lelah dan takut dia jatuh karena tak bisa diam.

Walhasil, bulat merengek. Hampir menangis. Aku dari kamar mandi menuju ke kamarku melewati mereka. Aku berpikir mau mengusili Bulat dengan bertingkah sedikit garang.

"BU-LA-T!!" Hardikku. Bulat yang menghadap ke arah kasur, serta merta kaget dan sedikit terperanjat. Aku melangkah mendekat. Bulat sesekali pelan-pelan menoleh ke arahku sambil takut dan seolah tak jadi melihatku yang disebelah kanan.

"Naik turun, naik turun. Jatoh nanti gimana? Ooooo.."

Bulat mangap. Sedikit bergidik aku omeli.

"Jatoh itu nanti sakit. Mau sakit?" Aku terus mengomeli Bulat beberapa kali sambil pelan-pelan pindah ke sebelah kiri. Bulat tidak tau itu. Dia sedikit menelisik ke arah kanan. Lalu ke arah kiri dengan takut dan jadi tak jadi seperti awal tadi.

Ibu ada dibelakangku. Ibu diam saja melihat anak-anaknya. Setelah dirasa aku sudah diam, Si Bulat membalikkan badan melangkah mencari mainannya yang lain sambil sesekali melirik ke arahku.

Aku tertawa tanpa sepengetahuan Bulat. Walau akhirnya aku lumayan sedih juga sebab hari itu Bulat seperti jaga jarak dariku. Dia yang biasanya nyaring memanggil namaku, mendadak tak menghampiriku sama sekali di kamar.

Hari kedua, Bulat sedikit mau denganku meski masih sedikit ada jarak diantara kami.

Hari ketiga, Bulat mulai pelan-pelan memanggilku 2x di tempat persemedianku.

Hari keempat, Bulat bisa biasa kembali dan kami tertawa bersama lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Bulat, Adikku..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang