Assalamualaikum. Alhamdulillah bisa kembali lagi di part pertama. Maaf ya sedikit lama updatenya dan semoga suka cerita baruku ini. Amiinn yarabbal alamin. Selamat membaca ^^
****
Kehilangan seseorang yang kita sayangi bukanlah hal yang mudah untuk dilupa begitu saja. Apalagi kalau bukan hanya satu orang melainkan beberapa orang.
Hanya sekedar mengatakan atau membayangkan ditinggal pergi oleh orang kita cintai tidaklah sama dengan ketika hal itu benar-benar terjadi. Setiap detik akan mengingat semua kenangan bersama mereka.
Rasanya sangat menyakitkan dan Cantik sedang berusaha bertahan melawan sakit itu.
*****
Tampan Al Zabran. Sudah sepuluh hari pria berparas menawan itu menginjakkan kakinya di SMA Pelita. Dan, sepuluh hari sangat cukup bagi Tampan mendapatkan teman-teman baru. Tampan yang memiliki sifat ramah, suka tertawa dan petakilan membuat siapapun suka bergaul dengannya.
Tampan memakan kripik singkong yang di bawakan oleh neneknya tadi pagi. Ia duduk di ujung meja kantin bersama teman-teman kelasnya.
"Wuihh... Pan, noh pacar lo lewat," seru Sema seenaknya sembari menyenggol lengan Tampan pelan membuat Tampan menoleh, mengarahkan kepalanya ke arahan yang ditunjuk oleh Sema.
Tampan melihat sosok gadis berwajah putih pucat, rambut sebahu tanpa ekspresi berjalan dengan membawa beberapa komik di tangannya. Gadis itu duduk di salah satu meja kosong yang lumayan jauh dari meja-meja lainnya, seolah menghindari keramaian.
Tampan tersenyum kecil.
"Cantik?" tanyanya memperjelas maksud dari Sema.
Sema mengangguk semangat. Nyatanya, Tampan sudah tak asing lagi dengan nama itu. Hari pertama kedatangannya di SMA ini, nama itu langsung menjadi nama yang sering di sebutkan orang-orang kepadannya. Nama yang di ramalkan teman-temannya akan menjadi jodohnya.
Sangat lucu dan sedikit memaksa! Hanya karena nama mereka saling berkaitan. Hmm.
Tampan jadi flashback di hari pertamanya. "Tampan dan Cantik. Cocok tuh. Jadian sana. Pacaran sana. Nikah sana. Pasti jodoh nih. Waahh Mantul daah."
"Si Cantik nggak punya pacar lo Pan, deketin sana," suruh Sema seenak jidat.
Sebuah tepukan pelan mendarat di pundak Sema yang berasal dari tangan Abdul. Salah satu teman dekat Sema dan sekarang menjabat sebagai teman dekat Tampan juga.
"Cantik susah bro di di deketin. Dia pendiam, penyendiri, cuek banget dan yang gue denger semua cowok yang deketin dia di tolak mentah-mentah dengan kejam," ucap Abdul memberikan informasi akuratnya.
Sema tersenyum picik menunjuk Abdul.
"Pasti anda salah satu korban penolakan Cantik kan?" tuding Sema cepat.
"Anda kalau ngomong selalu benar. Abdul bangga dengan Kakak Sema," seru Abdul memberikan senyum merekahnya dengan bangga.
"Kakak Sema juga bangga dengan Abdul." sahut Sema makin ngaco.
Abdul, Sema dan Tampan sontak tertawa bersama merasa geli juga dengan perbincangan tak faedah mereka barusan.
Tampan menggerakan kepalanya, melihat ke arah Cantik sekali lagi. Tampan memperhatikan gadis itu lekat, wajahnya sangat tenang dan sulit untuk dibaca.
"Si Cantik nggak punya teman?" tanya Tampan kepada siapapun yang mau menjawabnya.
"Nggak," serempak Sema dan Abdul bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA
Teen FictionSelamat tinggal. Dua kata yang sangat dibenci oleh seorang Cantik. Selamat datang. Dua kata yang ingin diucapkan Tampan untuk Cantik. Cantik yang menutup hati untuk dekat dengan siapapun dan Tampan yang berusaha membuka hati Cantik kembali untuk m...