9 - Don't Afraid

93.1K 8.1K 3.7K
                                        


Assalamualaikum, selamat malam Para GARDS-duel ^^ hihihi

Akhirnya saya kembali lagi dengan GARDENIA part 9.

Semoga kalian tidak pernah bosan dan selalu baca GARDENIA yaa Aminnnn ^^

Oh ya sebelum kalian baca part ini, aku ada revisi nih. 

Maaf ya di part kemarin Nama Pak Heru salah jadi Pak Heri.  Jadi jangan bingung ya hehe ^^ 

Dan, selamat membaca GARDS. Semoga suka dengan part ini Amin ^^

*****

Cantik akhirnya sampai dirumah. Setelah membersihkan tubuhnya, ia berbaring diatas kasur, ia terlihat kelelahan. Cantik menatap langit-langit dinding dengan hampa, tatapanya kosong.

"Mama lagi apa?" lirih Cantik, mulai berbicara sendiri.

Cantik tersenyum getir. "Cantik kangen."

Cantik merasakan hatinya sakit, ia tiba-tiba merindukan keluarganya. Di dalam sana Cantik merasa sudah raput dan hancur, tapi raga Cantik selalu menguatkannya, meminta Cantik untuk selalu kuat dan bangkit dari keterpurukan.

Namun, manusia tidak selamanya bisa kuat bukan? Dia akan punya masa-masa ingin menyerah. Seperti yang dialami Cantik sekarang.

Cantik sama sekali tak bisa mengeluarkan air matanya, padahal ingin sekali ia menangis sekencang mungkin. Entahlah, air matanya sudah kering mungkin. Bahkan, air mata pun sepertinya sudah lelah dengan Cantik, tak ingin menemani Cantik, menjauh dari Cantik.

"Papa juga lagi apa? Jangan lupa terus awasi Cantik ya."

Cantik menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.

"Nenek juga gimana kabarnya? Cantik mulai nggak baik Nek."

Cantik mengigit bibirnya, dadanya terasa mulai sakit. Sangat perih sekali disana.

"Cantik tidak mau mengeluh, tapi Cantik mulai lelah. Cantik harus gimana?"

Kedua mata Cantik mulai memberat, perlahan rasa kantuk menyerangnya.

"Tuhan pasti adilkan Ma sama Cantik? Tuhan sayang kan sama Cantik?"

Cantik memaksakan senyumnya. Matanya semakin memberat.

"Bilang ke Tuhan ya Ma. Jangan biarin Cantik terpuruk lagi. Kasih kebahagiaan ke Cantik lagi. Cantik mulai nggak kuat. Cantik takut. Sangat takut."

Kedua mata Cantik pun tertutup, gadis itu terlelap begitu saja. Rasa lelah ditubuhnya membuat ia meracau tidak jelas. Mungkin, ungkapan-ungkapan tersebut memang jujur dari hati Cantik paling dalam.

Kesenderian setiap malamnya, mulai terasa benar-benar hampa bagi Cantik.

Hidup sendiri selama bertahun-tahun, berjuang sendiri selama bertahun-tahun membuat gadis itu mulai lelah dan hampir ingin menyerah.

Tuhan sangat adil, setiap harinya sangat adil. Manusia belagak seolah tau segalanya, tau apa yang diinginkannya. Nyatanya? Tuhan lebih tau segalanya. Tidak perlu takut.

****

Tampan memasukkan motornya di garasi, ia terkejut melihat mobil Papanya ada disana. Tampan tersenyum senang, kedua orang tuannya pulang hari ini. Mereka cukup sibuk membuat Tampan dari kecil sedikit susah berjumpa dengan Mama dan Papanya. Makanya, Eyang Sri lah yang selama ini selalu merawat ketiga cucunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GARDENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang