Apa yang kutakutkan kini berada di depanku. Melihat seseorang yang terkena gigitan dari makhluk-makhluk iblis itu yang ingin mengajak kami menjadi bagian dari mereka. Aku memaki-maki tak jelas ketika melihatnya.
Thornbill tak bisa berbuat banyak ketika dirinya dicabik-cabik. Dia mencoba membalikan diri, tetapi rahang anjing itu mulai mengarah ke leher. Gigi-gigi menancap pada kulit leher dan merobeknya. Robekan itu membuat leher Thornbill mengeluarkan banyak darah.
Tiba-tiba anjing itu menerima lima tembakan pistol dari Arhan. Membuatnya terkelapar sebelum anjing itu berbuat jauh pada Thornbill. Seekor anjing yang tersisa berlari ke arah Thornbill, tetapi tertembak jatuh oleh Earnest.
"Opsir!" Terry melangkah keluar menghampirinya, "kau baik-ba...."
Langkah Terry terhenti tatkala tahu bahwa Thornbill terbaring dengan luka parah oleh gigitan anjing. Kulit lehernya telah terobek dari rahang ke bahu kananya. Darahnya mengucur pelan membasahi seragam dan tanah aspal.
"Drake! Baw–"
"Aku tidak bisa!" Thornbill menyelanya. Suaranya begitu serak. "Aku takkan lama lagi...."
"Tidak! Kau pasti bisa bertahan!" seru Terry.
Terry menyuruh Drake yang baru datang untuk menggotong Thornbill. Meski begitu, Drake menolak. Terry yang frustrasi segera membopong tubuh Thornbill sendirian. Dia tak peduli dengan Drake yang berusaha menghentikan aksinya.
"Hentikan...." Hanya satu kata dari Thornbill sukses menghentikannya. Dia mengambil sebuah pistol dari saku Terry dan menyerahkan senjata itu ke tangannya. Kemudian aku syok dengan apa yang dia pinta, "Bunuhlah aku..."
Bodoh! Ini semua kebodohanku! Di saat dia diserang, aku tak bisa melakukan apa-apa! Bahkan tanganku waktu itu mencengkram pistol di saku, aku tak bisa menariknya. Argh! Ini semua salahku!
"Maafkan aku...," bisikku. Tubuhku lemas. Gemetaran. Aku tidak menahan diriku untuk untuk mengeluarkan air mata. Aku telah menyebabkan seseorang harus pergi.
Mendengar itu, dia berkata dengan nada optimis, "Sudah menjadi tugasku."
Tanpa kusadari, Terry telah bersiap dengan pistolnya.
"Jagalah keluargamu... jangan kehilangan... sepertiku...."
Tangannya gemetar begitu hebat setelah mendengar ucapan Thornbill. Aku bisa mengetahui bahwa Terry tak sanggup melakukannya. Dia berkata, "Maafkan aku, Opsir."
Sekali lagi Thornbill tersenyum dengan darah menyelimuti sebagian mulutnya. "Lakukan saja."
Sebelum aku bisa menerima kenyataan ini, Terry telah melepas satu tembakan. Satu tembakan bersama dengan berat hati. Satu tembakan dari sebuah penyesalan. Satu tembakan terasa lebih dari cukup untuknya. Arhan datang dan membantuku untuk bangkit. Selain itu, sebagian orang juga berdatangan. Mereka mendapati Thornbill yang terbujur kaku di depan Terry.
***
Tak ada pemakaman, sebab di sini tak ada tanah kecuali aspal. Alhasil, jenazah Opsir Thornbill kini berada di meja dan ditutupi kain tebal. Kami akan meninggalkannya di garasi. Hanya ini yang bisa kami lakukan untuknya.
Sekarang aku sedang duduk di kursi. Di bawah kantor aku termenung sendiri. Aku baru mengenalnya delapan jam lalu. Tapi perasaan ini.... Aku tak bisa apa-apa. Rasa kehilangan. Ya, aku merasakannya kembali. Opsir Thornbill. Maafkan aku.
"Sudah lama aku tak melihatmu menangis, Al." Arhan datang menghampiriku. "Aku turut berduka. Opsir Thornbill adalah orang baik dan pemberani, seperti–"
"Ya. Aku paham," potongku sambil membersihkan wajahku dari air mata. Aku berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan ini. "Aku berharap aku bisa menyelamatkannya. Namun aku lemah. Aku tak bisa melakukan apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Biorisiko: Pelarian Dari Kota Mati
ActionKeberuntungan menghampiri tatkala seorang pemuda diajak sahabat karibnya untuk melanjutkan pendidikan di negara bagian Minnesota sekitar benua Amerika. Namun, petaka terjadi di suatu malam. Sebuah wabah yang sangat mengerikan. Mendorong manusia-manu...