Part 4

12 1 0
                                    

Kulihat Pria tampan dengan rahang kokoh, hidung mancung dengan kulit putihnya berjalan di lorong-lorong menuju ruangan dengan memakai Almamater berwarna yang sangat kontras dengan wajahnya.

Tak ada mata yang tak memandanginya, kulihat dari raut wajah orang di sekelilingku. Bahkan, kedipan mata sekalipun terasa amat rugi tak melihatnya.  Kulihat ia memasuki ruangan dan menaiki sebuah tangga, dengan langkah tegapnya ke arah panggung yang memang aku mendekornya.

Namun, jika dilihat sekali lagi. Diriku serasa pernah menemui. Hingga aku lupa apakah itu pernah terjadi atau hanya sekedar ilusi.

"Titan....."
"Kenapa Ar?" Ucapku pada Arkan
"Seharusnya gue yang nanya kenapa lu liatin dia gitu amat? Padahal Gantengan gue tau,,hahhahah"
"Apaan sih ar.." ucapku jengkel
"Lo tau,dia adalah alumni kampus kita 2 tahun yang lalu,dan kata anak-anak sih dia cukup populer waktu itu"
" Terus? Hubungan sama gue?"
"Habis ini ada acara pertemuan dan dia sebagai tamunya,tapi kagak formal-formal amat sih pertemuan santai aja kayak sharing-sharing gitulah. Terus....? "
" Apa?" Ucapku penuh tanda tanya
" Lo bakal nungguin dia selesai pembukaan di atas panggung,nah ntar bimbing dia ajak keruang serbaguna. Okay nggak? Ok dong udah ah gue masih banyak urusan... bye"

Dia meninggalkan ku dan diriku kini hanya bisa meratap dan menatap datar hingga bayangannya hilang di balik kegelapan ruangan. Tak sempat terpikir oleh ku. Bahkan,namanya saja aku tidak tau. Apa yang harus aku lakukan? Itu lah pertanyaanku,mengingat kata-kata orang bahwa dia jutek. Entahlah,hanya Tuhan yang tau

Setelah satu jam penyampaiannya. Akhirnya ia turun dari tanggga. Dengan sergap,ku berikan senyum terbaik dan tak lupa menyambutnya. Namun,ketika ia melewatimu dan malah menuju pintu yang bertuliskan keluar. Dengan segera ku mengejarnya.

"Maaf, kak sebelumnya. Saya Titan, saya di suruh giring kakak buat ke ruangan serbaguna."
"Lo pernah nggak sekali aja buat berpikir, gue juga pernah kali kuliah di kampus ini dan gue juga yakin selama 2 tahun gue tinggalin nih kampus,,tuh ruangan pasti belum berpindah.oh iya, satu hal lagi Lo perkenalin diri ke gue tapi menurut gue itu gak penting."

Sungguh perasaan ku serasa di uji ketika mendengar ocehannya. Terutama ketika dia mengatakan bahwa perkenalan ku  gak penting. Garis bawahi gak penting. Sekali lagi diriku bersih keras untuk menahan emosi karena ku yakin itu hanya akan membuang waktu saja. Dengan langkah cepat sambil coba meredam emosi aku pun mengikuti langkahnya dari belakang.

------



My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang