"Dasar! Sudah lebih dari 20 menit aku nunggu di sini! Untungnya kita hanya meeting berempat sama pemilik perusahaan ini dan direktur keuangan. Kalau sama client, bisa habis Lo! Jadi gembel di kolong jembatan! Untung mereka masih sabar nunggu. Kalo gak, Lo pasti udah gak jadi model di agensi ini!" tuh, kan! Pidato Adisty memang indahnya tak ada tandingannya. Sarkas saja sudah tampak mengagumkan, bagaimana majas?
Zhalesa menghela napas malas. Dia kan model utama agensi ini, tidak mungkin dia akan dipecat hanya karena terlambat sekali saja dalam meeting. Karena kalau pun dia dipecat, pasti akan banyak agensi lain yang memintanya untuk jadi model mereka. Secara Zhalesa kan bakatnya sudah tidak diragukan lagi!
"Yaudah, kita pesen makanan dulu, baru kita rapat. Mau pesen makanan di kantin atau delivery, Lo? Gue traktir!" ini adalah salah satu cara Zhalesa untuk membuat Adisty tidak akan marah lagi padanya. Kalau urusan perut, Adisty memang akan langsung tertarik dengan tawaran itu.
"Delivery aja, bosen sama makanan di kantin. Yang biasanya, ya?"
"Biasanya yang mana? Langganan Lo tuh ada dua elah!" Zhalesa memutar bola matanya jengah.
"Heheheh, dua-duanya!" Adisty tersenyum lebar. Kalau sudah begini, pasti dia akan banyak memesan makanan.
"Yaudah deh, terserah Lo! Jangan lupa pesenin buat Gue juga!"
Zhalesa membanting tubuhnya di sofa putih empuk yang ada i ruangan Adisty. Dia jadi penasaran siapa yang menginginkan dia jadi model di perusahaan itu?
Saat berkutat dengan pemikirannya, tiba-tiba Adisty menarik lengan Zhalesa hingga membuatnya berdiri.
"Cepat! Kita udah ditungguin sama pemilik agensi ini dan CEO-nya. Kita udah terlambat 30 menit. Untung mereka mau maklumin!" dari tadi si Adisty mengucap syukur saja. "Cepat!"
Mereka berjalan melewati beberapa ruangan yang ada di lantai 5. Di ruangan yang paling ujung, adalah ruangan yang akan mereka gunakan untuk meeting. Semoga semuanya lancar.
Saat sampai, mereka langsung masuk dan mengambil duduk di dia kursi yang melingkari sebuah meja besar. Tak lama, pemilik agensi ini dan CEO keuangan datang menghampiri mereka.
Zhalesa dan Adisty langsung berdiri untuk menyambut mereka. Tak lupa juga jabatan tangan supaya tidak terlihat kurang ajar, tentunya.
"Maaf Pak, kami tidak bisa tepat waktu. Pasti Bapak jadwalnya padat!" ucap Adisty ketika dua orang petinggi perusahaan itu duduk di bangku mereka.
"Tidak masalah. Sebenarnya untuk hari ini jadwal saya longgar." jawab Pak Joseph.
"Bukan masalah besar juga untukku." Kata Pak Vino, direktur keuangan perusahaan ini sambil melirik ke arah Zhalesa. Dia memang sudah menyimpan perasaan pada Zhalesa, tepatnya sudah lebih dari 3 tahun. Zhalesa juga sebenarnya sadar kalau Pak Vino beberapa kali mendekatinya. Tapi Zhalesa selalu menghindar. Padahal jarak usia mereka hanya 5 tahun. Dan Pak Vino bisa dikatakan sebagai orang yang paling banyak disukai oleh karyawati kantor ini.
"Baiklah, kita langsung saja pada intinya." Ujar Pak Joseph.
Adisty menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi secara mendetail kepada dua orang petinggi itu. Terutama tentang 5 tahun kontrak, gaji yang akan diberikan, dan juga persyaratan yang mereka minta.
"Jadi, ini adalah sebuah perusahaan besar. Dimana mereka bergerak di beberapa bidang. Dan bidang mereka yang paling berkembang pesat adalah property. Nama perusahaannya adalah Silvalise Corporation."
Sontak Zhalesa mengangkat wajahnya yang semula tertunduk. Silvalise Corp katanya? Mengapa tidak sedari tadi saja dia bilang?
"Saya rasa, untuk kontrak 5 tahun dengan biaya segitu memang besar. Lebih besar dari biasanya. Tapi, saya rasa ini kurang karena model yang mereka minta adalah Aledya Zhalesa secara eksklusif. Kami perlu meminta penambahan biaya di sini!" Pak Vino menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangria Wine
Fanfiction-Aku yang mudah dibodohi, atau kamu yang terlalu mudah mengambil hati? -Aku bukan sutradara, meski awalnya aku mencoba membuat alur. Aku kalah, maaf!