Bab 3

53 13 0
                                    

Di sini lah Zhalesa sekarang, berbaring di atas kasur yang terletak di sebuah ruangan miliknya. Ruangan itu adalah salah satu ruangan di mansion milik Davis yang ada di Amerika. Untungnya, Davis tidak tinggal dalam mansion yang sama dengan Zhalesa.

Zhalesa mengedarkan pandangan pada ruangan itu. semuanya tampak rapi, dinding bercat putih dengan sedikit warna emas di beberapa bagian, gorden dengan warna senada, bahkan sprei, sofa, meja, lemari, semua barang-barang di sini memiliki warna yang sama. Mungkin itu memang konsep atau tema pembuatannya dulu.

Ponselnya berdering, menampilkan nama Adisty di sana. Zhalesa tampak sangat malas mengangkatnya. Tapi, bagaimana kalau penting?

"Halo, iya Dis?" ucap Zhalesa.

"Halo, Zhal, habis ini Lo mandi, ya! Lo siap-siap. Karena tiga jam lagi akan ada pemotretan untukmu." Apa? Secepat itu? Bahkan mereka baru saja sampai setengah jam yang lalu. Dan sekarang dia harus mulai melakukan pemotretan?

"Gue gak bisa, Dis! Pokoknya Gue gak bisa!"

"Kenapa Zhal? Lo inget perjanjiannya kan?" tanya Adisty mulai khawatir bila Zhalesa membatalkan kontrak.

"Gue inget kok. Tapi kalau mau pemotretan, Gue pengennya besok, titik! Gue masih capek. Bilang aja sama mereka kalau Gue perlu istirahat biar peforma Gue bagus! Kalau mereka menolak, ya udah. Pokoknya Gue gak mau kalau sekarang!" setelah mengucapkan itu Zhalesa langsung menutup telponnya.

Zhalesa memilih langsung tidur daripada dia terus diganggu. Karena kemungkinan Adisty akan datang ke kamarnya dan mulai membujuk Zhalesa untuk segera bersiap. Namun itu tidak akan mempan.

Lagipula, tidak ada jadwal pasti yang diberikan perusahaan itu untuk Zhalesa melakukan pemotretan. Mereka akan menyuruh Zhalesa photoshoot kapan pun mereka mau, seperti sekarang. Jadi ya, Zhalesa akan menolak garis keras untuk pemotretan hari ini.

Tidur. Ya, hanya itu tujuan Zhalesa saat ini. Namun otaknya tidak bisa diajak kerja sama. Otaknya memaksanya untuk terus terjaga. Apalagi otaknya juga memaksanya memikirkan Davis. Kenapa harus begitu? Zhalesa sangat benci seperti itu.

Zhalesa memilih untuk beranjak menuju balkon ruangan barunya. Berusaha menikmati suasana siang menjelang sore di Miami. Daripada di Indonesia, di sini memang sedikit sejuk.

Ruangan Zhalesa menghadap langsung ke sebuah taman gandum yang sangat luas. Bahkan gandum-gandum itu sedang berbunga. Sangat indah. Di beberapa sisi terdapat pohon, entah apa nama pohon itu. Zhalesa tidak tahu. Bentuknya sangat mirip dengan pohon natal. Tapi tidak sama.

Langit tampak biru cerah. Apa mungkin suasana hati Zhalesa juga menjadi lebih cerah setelah melihat pemandangan itu? Entahlah. Zhalesa hanya merasa lebih tenang saja. Ditambah awan-awan putih yang menggumpal di beberapa tempat, menambah kenyamanan Zhalesa.

Zhalesa tersenyum. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah cantiknya, hingga membuat beberapa helai rambutnya ikut menari-nari di udara. Ini menyenangkan! Zhalesa tidak bisa menyangkal hal itu.

"Kau tidak tampak unmood seperti yang dikatakan Managermu." Satu kalimat yang langsung menghancurkan kedamaian Zhalesa.

"Kenapa kau ada di sini?" Zhalesa sama sekali tidak mau melirik kepada orang yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya. "Kenapa kau bisa masuk?" timpalnya lagi.

"Hmm.." davis menahan tawa. "Kau tidak lupa kan, kalau ini adalah mansion ku?"

"Sangat tidak sopan memasuki ruangan seorang gadis!" sungut Zhalesa.

"Tidak sopan? Bagaimana dengan kontrakmu? Menurutku, itu lebih tidak sopan!"

"Apa maumu?" teriak Zhalesa sambil berbalik ke arah davis yang berdiri tepat di belakangnya. Mata Zhalesa sangat mengisyaratkan kalau dia sedang berapi-api.

Sangria WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang