2 ]Jabat Tangan[

27 4 2
                                    

Kamu terlalu mengharapkannya, hingga tak sadar ada yang lebih tulus di belakangmu.

-;-

Gue mau jadi cewek yang suka cowok tapi diam-diam aja, deh.

Itu prinsip Lea setahun lalu, saat ia pertama kali mengenakan seragam putih abu-abu. Waktu itu, hobi Lea membaca novel-novel romansa membuatnya teringin untuk mencicipi bagaimana rasanya mencintai secara diam-diam, lalu tiba-tiba mendapat pernyataan cinta dari cowok yang ia cintai diam-diam. Perjalanan kisah cinta Lea pun dimulai. Gadis itu benar-benar melakukan apa yang semula menjadi tujuannya. Meski hari-harinya terkadang terasa membosankan, namun tak sampai membuat Lea menanggalkan prinsipnya di tengah jalan.

Atau setidaknya, seperti itulah yang Lea lakukan sampai ia mendapati cowok yang disukainya tak kunjung meresponsnya.

Kalau kata Lea--sebagai secret admirer--Lea kurang apa sih? Kadang caper bolak-balik kamar mandi cuma biar bisa lewat kelas 10 Mipa 5, sudah. Beberapa kali bantuin Bu Ayu bawain buku-buku ke kelas 10 Mipa 5, sudah. Sampai hal-hal lain yang biasa dilakukan secret admirer pun rela Lea lakukan. Seperti ikut pulang sore nungguin doi yang lagi wifi-an, buntutin kalo lagi mau ke kantin, sampai ikut-ikutan masuk ekstrakurikuler yang diikuti dia.

Namun sekali lagi, apapun yang Lea lakukan tak mengubah apapun. Hingga akhirnya, Lea memutuskan untuk melepas prinsip terdahulunya. Gadis itu kini memilih menjadi seseorang yang mau berjuang untuk cintanya, tak peduli halang rintang.

Semuanya dimulai sejak hari ketiga awal masuk kelas sebelas. Lea tidak lagi hanya caper lewat-lewat kelas 11 Mipa 5, tapi ia juga masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi tepat di depan Azra. Waktu itu, Azra hanya terdiam dengan wajah penuh tanya.

"Azra, kamu ... apa kabar?"

Mengulum bibirnya, Azra pun menjawab. "Hng ... baik."

Dengan lengkungan setengah lingkaran pada wajah, Lea berkata, "ya udah." lalu pergi begitu saja.

Lea tidak peduli apa pendapat Azra waktu itu tentang dirinya. Dan mungkin itu karena sifat Lea yang memang tak tahu malu.

Lalu pada hari-hari berikutnya, Lea kembali menjalankan misinya. Dan percaya atau tidak, Lea yang biasanya susah bangun pagi, rela bangun pukul empat pagi hanya karena ingin memasakkan bekal untuk Azra. Dan yang membuat Lea sedikit kecewa adalah, Azra tidak memakan bekal pemberian Lea. Tapi nggak apa-apa, Lea tidak begitu kecewa karena ternyata waktu itu Azra sedang puasa. Sedang puasa, kawan-kawan. Gimana Lea nggak klepek-klepek begitu tahu hal itu?

"Lea, pulang yuk?" ajak Nadya setelah sebelumnya menepuk pundak kiri Lea. Memasang senyum manis seperti biasanya, Lea menoleh lalu menggeleng dua kali.

"Duluan aja, Nad. Gue mau ekskul," kata Lea menjelaskan gelengannya.

"Oh, ya udah. Gue pulang dulu, deh. Kalo ada apa-apa whatsapp gue ya?" ucap Nadya sembari mengantongi ponselnya.

"Siap!" Lea berdiri lalu memberikan sebuah hormat kepada Nadya yang dibalas tawa pelan oleh Nadya.

"Duluan." Lea mengangguk seraya melayangkan kecupan jarak jauh pada Nadya, yang tentu saja tidak dibalas oleh Nadya. Alih-alih, sebuah kepalan tangan mengarah kepadanya. Lea terkikik geli mendapati reaksi Nadya.

Mengambil ponselnya yang ada di kolong meja, Lea pun melangkah meninggalkan kelas untuk segera menuju ke ruang ekstrakulikuler kewirausahaan. Demi calon pacar, kudu semangat masuk ekstra, batinnya menyemangati.

Namun sebelum sampai ke ruang KWU, seorang cowok menyejajari langkah Lea. Menoleh, Lea lantas tersenyum pada Regen yang juga melayangkan sebuah senyum pada Lea.

Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang