Mulai hari ini kamu harus tahu, kalau ada satu hal yang nggak akan pernah buat aku bosan untuk melihat. Yaitu: senyum kamu.
-;-
"Lea, Sayang, katanya mau lari pagi?" Cempaka--Mama Lea mengelus kepala anaknya yang masih bergelung dalam selimut. Tidak mendapati tanggapan apapun dari putrinya, Cempaka pun tersenyum memikirkan ide yang ada di kepalanya.
"Mama bikin salad buah tanpa buah naga sama alpukat, loh," itu strategi pertama. Tapi, sepertinya Cempaka harus mengeluarkan strategi lain karena seorang Ileana yang sedang me-ngebo pastinya akan sulit dibangunkan.
"Waktu itu Mama baca di internet, kalo tidur berlebihan apalagi pas waktu pagi-pagi gini tuh bikin gendut--"
"Hah?! Yang bener, Ma? I-iya, deh, Lea bangun sekarang," seolah hilang semua kantuknya, Lea seketika terbangun akibat ucapan Mamanya. Tatapan panik dengan mata membola itu membuat Cempaka berdeham untuk menahan tawanya.
"Iya, bener. Makanya, kamu cepetan cuci muka trus lari pagi. Katanya lagi mau program diet? Kok malah nggak mau lepas gitu sama kasur?" ucap Cempaka mengompori Lea. Tujuannya baik, tentu saja. Sebab kalau tidak seperti ini, Cempaka tahu bahwa Lea akan seharian malas-malasan di kasur tanpa melakukan hal-hal yang berfaedah. Tapi, bila Lea sudah berolahraga di pagi hari, hal itu bisa meningkatkan kinerja tubuh di waktu berikutnya. Dengan kata lain, seseorang yang berolahraga pada pagi hari, akan lebih mau beraktivitas pada siang dan sore harinya.
"Oke, Mama. Lima belas menit lagi Lea udah di siap di depan buat jogging. Eh, tapi Mama ikut kan, ya?" Lea turun dari kasurnya selepas membereskan tempat tidurnya yang sedikit berantakan. Memang sedikit, sebab Lea bukan tipe orang yang bahkan dalam keadaan tidur masih hyper-aktivitas. Lea sih, hyperactive kalo lagi dekat dengan Azra saja.
"Enggak, Sayang. Mama mau bikin meat pie nanti, soalnya ada tetangga baru di sebelah rumah kita," terang Cempaka dengan senyum di wajah wanita 34 tahun itu.
"Ooh," Lea melipat bibirnya ke dalam, sedikit berpikir, "rumah Pak Ardana udah ada yang beli, ya?" terka Lea tepat sasaran; langsung dihadiahi sebuah anggukan oleh Cempaka.
"Iya. Makanya, nanti Mama mau biki meat pie itu buat tetangga baru kita. Itung-itung perkenalan, soalnya Papa kamu kan belum pulang dan nggak bisa nemuin tetangga baru kita." Cempaka mengambil gelas kosong di atas nakas. "Ini Mama bawa ke bawah, deh."
Lea mengangguk mengiyakan, "Papa masih lama di Palangkaraya-nya?"
"Enggak, bentar lagi juga pulang. Mungkin 2 atau 3 hari lagi," jawab Cempaka.
"Ih, Mama. Itu, mah masih lama," Lea mencebik.
Cempaka mencubit hidung Lea pelan, lalu membalik tubuh putrinya itu agar mau berjalan menuju kamar mandi. "Udah, sana cepetan. Katanya tadi 15 menit udah ready di depan rumah? Ini udah hampir 15 menit, loh."
"Iya, iya. Lea cepet, kok, siap-siapnya," ucap Lea seraya berjalan menuju kamar mandi, diiringi dengan senyum dari Cempaka.
¦R i g h t M i s t a k e¦
"Regen Cakrawiguna?! Ternyata elo yang baru pindahan?"
Dengan langkah terpincang-pincang karena salah satu sepatu larinya belum terpasang sempurna di kaki, Lea menghampiri Regen yang berdiri di depan rumah bercat charcoal.
"Lea?" Regen menolehkan kepalanya beberapa derajat ke kanan, lantas menyahut. "Lo tinggal di situ?" tanya Regen dengan tangan terangkat, menunjuk rumah Lea.
"Iya!" jawab Lea penuh semangat. "Jadi, lo tetangga baru gue, nih?" Lea terkikik geli.
"He'eh, nih. Yah, jadi bosen dah gue. Di sekolah ketemu lo, di rumah juga ntar pasti banyak ketemunya," ucap Regen sok sedih. Padahal aslinya, sudah jumpalitan hatinya, saking senangnya mengetahui kenyataan bahwa ia akan punya semakin banyak waktu untuk berinteraksi dengan Lea.
"Ih, sumpah, Regen jahat," Lea menunduk dramatis, mengikuti alur Regen.
"Canda, Neng." Regen terkekeh melihat ekspresi Lea yang dirasa lucu. "Eh, by the way, lo mau jogging?"
"Wah, cenayang, nih pasti Masnya. Padahal saya kan belum bilang kalau mau jogging."
"Mbaknya, di mana-mana kalau pake pakaian kaya gitu, mah udah ketebak kalau mau jogging." Regen mengamati pakaian Lea; kaus berlengan pendek berwarna abu-abu dengan tanda ceklis di bagian bawah, celana training di bawah lutut berwarna hitam, dan sepatu yang berwarna senada dengan kaus yang Lea kenakan.
"Oh, iya, ya." Lea melirik sekilas ke dalam rumah. "Lo sendirian, Gen?"
"Enggak, nanti Mama sama Papa balik lagi kesini. Masih ada beberapa barang di rumah lama soalnya," jelas Regen, membuat Lea manggut-manggut karena paham.
"Eh, gimana kalo kiga jogging bareng? Sekalian perkenalan sama kompleks baru. Gue kasih tour guide gratis-tis. Tapi kalau mau dikasih sate ayam seporsi juga boleh, deng," gurau Lea yang langsung ditanggapi Regen dengan serius.
"Oh, oke. Nanti abis jogging, lo gue traktir sate ayam seporsi." Regen mengacungkan sebelah telunjuknya.
"Canda, Bang. Beneran gratis ini. Yuk, mulai, mumpung masih jam 7."
"Bentar, gue ambil sepatu dulu. Masa iya, jogging pake sendal gini." Regen melirik sandal yang terpakai apik di kakinya.
"Ya udah, sana buru."
Selepas mengambil sepatu, Lea dan Regen pun memulai jogging mereka. Sesuai apa yang Lea katakan, ia memberikan penjelasan-penjelasan pada setiap rumah yang mereka lewati, layaknya seorang tour guide. Bahkan, Lea memberikan informasi tentang siapa pemilik rumah dan setiap penghuni yang ada di dalamnya. Tak hanya itu, beberapa kali Lea bahkan mengimbuhkan beberapa aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan penghuni rumah yang mereka lewati.
Regen hanya menanggapi dengan senyuman dan anggukan, terlalu malas untuk menanggapi dan malah berujung dengan cerita Lea yang seolah tak ada habisnya.
Abstrak memang yang Lea lakukan, tapi Regen suka. Cukup suka, sampai ia kesulitan mengalihkan pandangannya dari wajah Lea.
¦R i g h t M i s t a k e¦
Daftar Pustaka:Cook CJ, Kilduff LP, Crewther BT, Beaven M, West DJ. 2014. Journal of science and medicine in sport. 17(3) : 317-321.
a.n.
Any thoughts? Please tell me :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Right Mistake
Teen FictionAzra itu nggak ganteng. Dari skala 1 sampai 10, Lea memberikan nilai 7,2 untuk Azra. Kalau di rapor sekolahnya, nilai itu masih berada dalam rentang C. Tapi, suka pada seseorang tidak hanya berkutat pada tampang, kan? Lea itu nggak terlalu pinter...