BAB 1

121 25 13
                                    

Banyak yang mengatakan bahwa takdir itu bisa dirubah. Tergantung bagaimana kita akan menghadapi apa yang akan terjadi di depan kita.
Berbicara masalah takdir, aku tak mengharap ini adalah takdir. Bukan juga Qadar karena Qadar hanya milik Allah SWT. Semua itu terjadi mengalir begitu saja tanpa direncanakan.

Semua ini berawal saat pertengahan tahun 2015 saat itu aku sedang sibuk memilih tempat untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu perkuliahan. Kuliah di luar kota bahkan luar negeri merupakan impian ku sejak lama. Setidaknya bisa keluar dari rumah ini, dari kota ini. Disini terlalu banyak kenangan, dan aku ingin menciptakan kenangan baru di kota orang.

Sarapan yang berada di depanku sama sekali tak ku sentuh. Aku sedang memikirkan kata yang tepat untuk meminta izin kepada orangtuaku agar aku bisa keluar dari kota ini.

Ayahku sedari tadi cukup lama memperhatikanku, hingga akhirnya sendok yang digunakan untuk makan pun berhenti berdenting. Aku menelan ludah.

"Kenapa kamu tak makan? Apa yang kamu pikirkan, Nis?" Akhirnya perkataan ayahku terlontar juga. Aku memandang dengan tatapan memelas.

"Aku.. aku ingin kuliah di luar kota, yah" ucapku sembari menundukkan kepalaku.

Ayahku mengernyutkan dahinya, "ayah sudah bilang sama kamu, Nisryna. Kenapa tidak di sini saja? Nemenin ayah sama mamahmu." Ucap ayahku, aku tau guratan sedihnya sangat kelihatan sekali. Tetapi entah kenapa hentakan di dadaku membuat aku yakin bahwa aku harus kuliah di luar kota.

"Emm.. aku pengen dapet pengalaman baru, apalagi kuliah managemen di Solo lebih bagus daripada di sini yah." Jawabku sembari ragu-ragu. Aku memang tidak pintar membuat orang yakin dengan perkataanku. Tapi kali ini aku harus merantau. Apapun itu alasannya aku harus berhasil.

Ayahku menghela nafas, mamaku yang sedari tadi menatapku pun tak berkata apa-apa. Sepertinya berat, ya memang berat melepas anak terakhir seperti diriku.

Kakakku yang diam saja akhirnya ikut bicara,
"Udahlah ma, yah.. biarin adek kuliah di luar kota. InsyaaAllah adek bisa jaga diri kok"

Aku tersenyum sambil manggut-manggut mendengar kakakku. Bagaimana tidak? Kakakku pasti tau bagaimana rasanya menjadi anak yang selalu di rumah, tidak pernah kemana-mana. Mengajak teman ke rumahpun aku takut sekali. Bosan sekali bukan ?

Yaa.. aku hanya ingin bebas, bebas dari orangtuaku yang melarangku melakukan ini itu, bebas main kemana-mana. Aku ingin cari jati diriku di luar kota. Bukan disini ! Karena aku benar-benar sudah bosan ada di kota ini.

Aku mulai memakan sarapan yang ada di depanku, tentunya dengan perasaan senang karena entah bagaimana caranya kakakku seperti bisa menghipnotis ayah serta mamahku untuk mengiyakan permintaanku. Pastinya dengan berat hati, tapi aku tak perduli. Yang pasti aku bisa keluar dari kota ini !

"Aku bisa jaga diri yah, mah.. janji !"

🎬🎬🎬

"Gimana nis? Berhasil yakinin mama sama ayahmu buat keluar kota?" Tanya sahabatku Tyas.

Aku mengangguk sambil tertawa renyah, lalu aku menceritakan kejadian sarapan pagi yang singkat itu.

Tyas adalah temanku sejak duduk di bangku SD sampai sekarang, di SMA 5 Negeri Kota Temanggung. Dia hampir tahu, semua kisahku hingga sekarang. Sampai perilaku kedua orangtuaku yang memperlakukanku seperti anak pingit pun dia tau. Walaupun dia sahabatku, jarang sekali aku mengajaknya di kerumah. Rumor tentang mama dan ayahku yang galak sudah menyebar,  jadi aku takut-takut jika kedua orangtuaku malah membuat dirinya tak nyaman.

Mahabbah NisrynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang