s

27 9 0
                                    

Disini gue sekarang.

Sebuah mall di tengah Jakarta, tebak sendiri lah, ya.

Gue jalan disamping Tian yang dibungkus setelan kaos hitam, leather jacket hitam, skinny jeans hitam, sneakers hitam. Pokoknya serba hitam.

Dan gue? kaos hitam yang dilapis denim putih, skinny jeans hitam, sneakers putih. Kenapa? Gue cuma punya sekitar hitam, putih, abu-abu.

"Makan, yuk!"

Tanpa persetujuan gue, Tian narik tangan gue dan bawa gue ke yoshinoya.

"Kata Ares, kamu suka yoshinoya."

"He'eh."

Setelah bayaran dan dapet makanannya, gue ngikutin Tian yang lagi nyari duduk. Gue dan Tian duduk berhadapan.

Makanan di depan gue bener-bener makanan kesukaan gue. Jadi gue gak bisa gak lahap waktu makan.

Gak butuh waktu lama untuk makanan gue habis. Tian juga sih, cepet makannya. Hening. Ah, gue paling gak suka hening. Tian cuma ngeliatin gue doang.

"Lo kenapa, sih, ke gue?" tanya gue pada akhirnya.

Tian ngebenerin posisi tangannya di meja, "Kamu unik."

"Hah?"

"Iya, disaat semua perempuan berusaha menjaga sikap, kamu malah dengan senang hati nunjukin sifat kamu. Gak peduli orang lain suka atau enggak."

Gue naikin satu alis, "Terus?"

"Kamu juga beda. Yang lain kalo aku samperin rumahnya pasti sok-sokan dandan. Kamu? Boro-boro. Keluar balkon pake piyama."

Gue senyum, "Terus? Udah tau gue gak kayak cewek biasanya, masih kekeuh sama gue?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Love at first sight?"

"Bodo amat."

m i m p i-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang