-7-

51 3 3
                                    

Matahari telah bersembunyi. Malam tiba. Seusai makan malam dengan Ayah dan Bunda nya, Dea masih berkutat dimeja belajarnya. Dea mengenakan setelan pakaian santai dirumah, kaos hijau itu mempermanis Dea.
Musik Shawn Mendes dari Speaker menggema dikamar. Bahkan Dea tak mendengar Ayahnya yang sudah dari tadi mengetuk pintu.

"Deandra!" panggil Pak Bram

"Deandra Melisa!!" Berulang ulang namanya disebut namun jawaban dari Dea tetap nihil.

"Kok kayak ada yang manggil, ya?" tanya Dea pada dirinya sendiri.
"Hii ngeri!" Dea bergidik membayangkan jika dikamarnya tinggal makhluk makhluk yang tak kasat mata.

"Ah, haus! Ambil minum dulu kali ya?" Dea kemudian melangkah menuju pintu.

Saat knop pintu dibuka..

"Aaaaaa!!!!" Dea menutup kedua matanya dengan tangan. Ada hantu didepannya.

"Heh apaan sih Deandra!" Suara berat ini dikenali Dea. Astaga, itu Pak Bram. Dea melihat dari sela-sela jarinya yang masih menutupi wajah.

"Ya Ampun, Ayah! Ngapain disini?" Tanya Dea setelah menurunkan tangannya.

"Kamu aja yang nggak sadar. Ayah udah dari tahun lalu berdiri disini manggil-manggil kamu. Kuping kamu perlu diperiksakan." Pak Bram menjewer telinga Dea yang tertutup jilbab hijau muda.

"Ya Dea kan nggak denger, Yah." Ucap Dea malu-malu.

"Makanya itu musik dikecilin. Udah malem. Ayah mau keluar dulu sama Bundamu. Kamu dirumah sendiri ya."

"Mau kemana Yah?"

"Mau ke butik Bunda kamu"

"Ikut dong Yah. Dea nggak berani sendirian." rengek Dea.

"Kamu kan udah biasa sendirian dirumah. Sejak kapan sih kamu jadi takut gini?" Ayahnya tersenyum kecil pada Dea.

"Sejak tadi sih.. " ucap Dea lirih sambil menunduk memainkan ujung kaosnya.

"Yaudah. Pintunya Ayah kunci. Nanti kalo ada yang nyariin Ayah atau Bundamu bilang aja keluar. Oke Nak?"

"Iya deh Yah. Hati-hati."

"Mang Adin ada didepan, jaga." ujar Pak Bram

Mang Adin adalah satpam yang selalu berjaga dipagar coklat rumah Dea. Namun meski memiliki satpam, Pak Bram dan Bu Dian tak pernah mempekerjakan Pembantu rumah tangga. Katanya biar Dea terbiasa mandiri. Terbiasa sendiri.

"Iya deh, Pulang jangan lupa Martabak Manis satu. Coklat kacang, buat Dea." Dea tersenyum menampakkan taringnya yang gingsul.

"Nggak usah pesen juga Ayah tau kesukaan kamu. Tapi kalau kamunya ketiduran, Ayah kasihnya ke Mang Adin. Yaudah Ayah berangkat. Assalamualaikum Nona kecil" ucap Pak Bram sambil mengarahkan tangan ke Dea, Dea pun mencium punggung tangan Ayahnya.

"Wa'alaikumsalam, Yah!"

♪♪♪

"Huh. Ilang deh hausnya. Makasih air!" ucap Dea pada gelas kosong ditangannya.
Dea memang pergi ke dapur setelah Ayah dan Bundanya pergi.

Ting.. Tong.. Ting.. Tong..

Bel berbunyi dan terdengar sampai ke dapur. Dea menerka-nerka siapa yang bertamu, apalagi saat Dea melirik ke jam dinding disisi kanan dapur itu sudah menunjukkan pukul 20.12

"Apa mungkin Mang Adin yang haus trus minta air ya??" tanya Dea pada dirinya sendiri setelah meletakkan gelas dimeja.
"Hah? Jangan jangan..... NO!! Nggak ada hantu dirumah ini, Deandra!!!" Dea menggelengkan kepalanya.

Pikiran pikiran hantu yang sedari tadi membayang diotaknya seketika lenyap, saat Dea memegang gagang pintu yang berwarna coklat tua itu dan membukanya. Alangkah terkejut Dea melihat sosok dibalik pintu itu.

♪♪♪

"Eh, Lo duduk sini aja. Gue ambil minum dulu" ujar Dea pada tamu itu.

"Nggak usah. Ngrepotin ntar" ternyata Reyhan yang bertamu dirumah Dea.

"Nggak papa"
Dea kemudian pergi ke dapur dengan hati penuh tanya.
Selang tak begitu lama, kedua tangan Dea telah memegang nampan berisi minuman dan memberikannya pada Reyhan yang duduk disofa hitam rumah Dea.

"Makasih, De" ucap Reyhan sambil menerima dan meneguk setengah dari minuman yang dibawakan Dea. Dea menyimpan nampannya dimeja.

"Ada apa kesini, Han?" tanya Dea pada Reyhan yang duduk didepannya.

"Nggak sih, pengen ketemu aja" ucap Reyhan santai setelah menyimpan gelas diatas meja.

"Ada hal penting?" Dea tidak puas dengan jawaban Reyhan.

"Lo dirumah sendiri? Bokap? Nyokap?" Reyhan mengalihkan pembicaraan.

"Ya baru aja pergi keluar"
"Eh, Lo belum jawab pertanyaan gue!!" sambung Dea saat menyadari Reyhan mengalihkan topik.

"Hehe. Nggak, gue mau ngasih tau hal kecil sih ke Lo."

"Mau ngasih tau ap—" Dea berpikir sejenak..

"Kenapa?" Reyhan bingung melihat ekspresi Dea yang sepertinya terkejut.

"ASTAGA!!"

"Apa sih De!" sela Reyhan

"Musik gue belum mati. Kasian suaranya Shawn nanti sia-sia nggak ada yang dengerin. Gue ke kamar dulu, Han!" Sekejap kemudian Dea meninggalkan Reyhan.

"Dia emang aneh. Tapi lucu"
Reyhan tersenyum simpul menatap Dea yang menaiki tangga.

♪♪♪

Hay! Maaf Lama banget Up-nya.

Ini otaknya masih buat mikir PAS. Jadi sementara Update-nya ini dulu.

Tapi tetep stay sama ceritanya ya!!

Readers, Jangan lupa Voment nya 🌸

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang