Sore ini, Dea dilanda kesepian. Rumahnya seolah tak berpenghuni. Hanya ada satu orang yang terlintas dipikirannya, Dea segera menghubungi orang itu.
Terdengar panggilan tersambung..
"Hey, Dev." sapa Dea.
"Ih, Salam dulu kek!"
"Hehe. Assalamualaikum.. Devi Maharani!"
"Nah, gitu kan manis, sopan. Wa'alaikumsalam.." suara Devi dari seberang sana.
"Tumben Lo nelpon gue jam segini. Kangen gue ceritanya?" sambung Devi.
"Iya dong. Eh, Sini lah kerumah gue. Gue sendirian" pinta Dea
"Ya Lo kan emang setiap hari sendirian, bocah.."
"Ayo sinilah. Temenin"
"Oke oke. Disana ada makanan kan?"
"Hm, ada. Banyak malahan Dev. Hahah, dasar tuh otak makan mulu" Dea tertawa."Tunggu 15 menit, gue nyampek sana" kata Devi kemudian memutuskan sambungan telepon.
♪♪♪
Tok tok tok--
"DEVI, AKHIRNYA!" teriak Dea saat membukakan pintu.
"Princess datang!!" merekapun berpelukan sebentar.
"Yaudah ayo naik" ajak Dea.
Sesampai mereka dikamar Dea, Devi langsung saja duduk ditepi kasur,
"Gue pengen cerita!!" Devi tersenyum singkat."Iyadeh, Silahkan.."
"Gue suka seseorang." ucap Devi kemudian diam kembali.
5 detik.. 10 detik..
"What? Udah? Itu aja?" Dea nampak heran.
"Iya, tapi mungkin cukup suka doang. Gue mikir, dia udah sama yang lain."
"Siapa sih? Kak Toni?" Dea bingung siapa orang itu.
"Bukan ihh. Kak Toni mah udah enggak!" jawab Devi enteng
"Loh? Kok udah nggak?"
"Ya emang enggak!"
"Kak Toni punya lainnya atau malah Lo yang punya lainnya?" Dea mulai menerka-nerka drama apa yang telah terjadi.
"Dasar pengepo. Banyak tanya!" ejek Devi kepada Dea.
"Yee, biarin!" Dea kemudian melempar bantal biru kearah Devi, dan tepat saja mengenai wajah putihnya.
"Gue bales noh"
Mereka berdua saling melempar bantal, saling curhat, saling mengolok, dan sebagainya. Tak terasa kini pukul 16.50 dan Devi harus pulang.
"Ah, Lo mah. Kan gue jadi pulang sore!" ucap Devi sambil melirik jam dinding dikamar Dea.
"Yaudah gih, Lo pulang. Ati-ati!" Dea kemudian menghempaskan diri ke kasur.
"Ya Ampun. Tamu nggak dianterin kek sampek pintu?" sindir Devi.
"Ogah. Tau jalan kan?"
"Untung sayang, kalo nggak,,!" ujar Devi sambil bercanda.
"Alah, nggak apa? Lo mana berani sama gue? Dea gitu!" Dea menatap Devi singkat sambil dengan pede nya.
"Gue Sayang banget, deh!!" Devi mencebik gemas.
"Haha. Udah sono pulang"
"Okay" Devi melangkah pasti keluar kamar Dea.
"Dasar, tadi ditelfon nanya makanan. Tapi pas udah dateng lupa soal makanan. Depi aneh." monolog Dea.
"Siapa sih yang disuka sama Devi?" pikir Dea.
♪♪♪
•Good Night! Bayi!
"Terimakasih Reyhan, setidaknya Lo bisa nge-hibur gue. Bahkan untuk Kata Good Night yang sekarang nggak lagi gue denger dari ortu gue." gumam Dea.
•Iya, Too!
Setelah membalas pesan Reyhan, Dea memilih untuk turun keruang tamu. Siapa tau kedua orang tuanya segera datang.
Sampai diruang tamu..
"Hem, belum dateng sih ya? Sibuk banget? Bang Arya juga nggak kabar-kabar. Huh" Dea mendudukkan diri ke sofa hitam disana.
21.55
.
.
22.20
.
.
23.15Dea menanti Kedua Orang tuanya. Tak biasa Dea seperti ini, tapi memang karena orang tuanya sering pulang larut, Dea terbiasa sendiri dirumah. Kali ini Dea berharap menemui Ayah dan Bundanya sebelum tidur, namun tak berhasil.
Kini Dea telah tertidur disofa.Dea kemudian terjaga ditengah malam. Namun Ia masih belum juga melihat kedua orang tuanya.
"Ck! Oke, gue nyerah!" kesal Dea sambil pergi menuju kamarnya kembali.
Dea meringkuk dikasur. Kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.♪♪♪
"Ya Ampun! Badan!" Dea berulang-ulang menggerakkan badannya, memutar kekanan kekiri, sambil tak jarang memijat-mijat kecil.
Sepertinya ada masalah dengan tubuhnya.
"Huft. Gue kok gini posisinya??" Dea terkejut melihat posisinya bangun tidur sekarang.
Yah, bagaimana. Ia ada ditepi Kasur—untung nggak jatuh—. Yang seharusnya tidur dengan kepala di utara, kini kepalanya ada di selatan.
"Bakat jadi gasingan, deh gue" Dea kemudian membangkitkan tubuh kecilnya dari Kasur.
♪♪♪
"Yah, Bun! Dea berangkat!" Dea mendatangi Ayahnya diruang tengah.
Dea belum sempat bersarapan, dia sedikit telat karena kelamaan bersiap-siap. Kali ini, Dea sudah ditunggu supir pribadi.
"Iya, berangkat sama Pak Kasan, ya" ujar Ayah Dea sambil menyambut tangan Dea yang hendak bersalaman."Hati-hati, Nak!" pesan Pak Bram.
"Iya Yah! Dea pergi. Assalamualaikum!"
"Wa'alaikum salam" jawab Pak Bram kemudian meminum teh hangat buatan istrinya.
Dea sudah keluar rumah, pergi ke sekolah diantar Pak Kasan, supir baru. Sebelum menancapkan gas, Pak Kasan sempat diminta tolong Dea untuk berkendara cepat, takut telat.
"Loh, Dea mana?" tanya Bu Dian kebingungan.
"Udah berangkat lah, Bu. Lagian udah jam enam lebih lima belas." ucap Pak Bram santai setelah melirik jam tangannya."Lo kok Bapak biarin?!"
"La itu anak mau sekolah masa dilarang? Ibu aneh"
"Ya Ampun, Pak. Dea belum sarapan!!" ucap Bu Dian dengan ekspresi tak karuan.
"Loh? Beneran Bu? Aku kira udah!" jawab Pak Bram.
"Aduh, ya sudah." Bu Dian kemudian kembali ke dapur.
♪♪♪
Hem hemm.. cerita masih lanjut....
Kan, author kangen sama Reyhan nya 😄😄
Eh jangan deh. Sama Andre aja.
Tapi Andre kemana ya? Belum keliatan tanda tanda kemunculannya lagi deh..😯
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Teen FictionSeorang Deandra Melisa belum pernah merasakan jatuh hati ataupun patah hati. Tapi kedua hal itu ia rasakan setelah mengenal sosok Reyhan Malik. Entah pada siapa hati Dea bersandar nantinya. Pada dia, atau justru orang lain? •// "Jadi, Lo nyuruh gue...