Seusai mematikan speaker yang masih berbunyi dikamarnya, Dea kembali menemui Reyhan. Dea sedikit terkejut, melihat Reyhan tak ada disofanya.
"Reyhan??" Dea celingukan mencari cowok itu.
Beberapa saat kemudian, sesuatu menyentuh pundak Dea. Mata Dea mengerjap, mengolah fikirannya yang penuh tentang hantu-hantu. Dasar, Jantungnya bekerja lebih keras sebab ketakutan.
"Nyari gue?"
Dea meloloskan helaan nafas lega setelah mengetahui itu Reyhan dibelakangnya."Mau copot serasa, gilak. Gue kira Lo hantu, Han!" ujar Dea sambil memeriksa detak jantungnya dengan tangan.
Namun cowok dengan kemeja biru tua itu hanya tertawa melihat ekspresi ketakutan Dea."Jadi Lo takut Hantu??"
"Nggak biasanya sih kayak gini," Dea hanya mencebik.
"Disini yang ada gue, bukan hantu." lagi lagi Reyhan menertawai, Dea akhirnya memukul lengan Reyhan.
"Serah"Kini Dea dan Reyhan duduk bersebelahan di sofa.
"Lo tau rumah gue darimana?"
"Adalah, gue gitu loh." dengan pede Reyhan mengusap rambutnya ke belakang dengan gaya sok keren. -tapi Reyhan emang keren-
"Huh, dasar Malik!"
"Reyhan aja, jangan Malik"
"Kenapa?"
"Gapapa. Eh, gue tadi mau ngasih tau Lo."
"Oh, iya apa?""Lo besok harus liat gue tanding. HARUS." ujar Reyhan sambil melipat kedua tangan didada.
"Tanding apaan, coba?"
"Gue besok tanding basket sama Ketua OSIS dan sejenisnya. Lo liat ya De!""What? Lo anak basket Han?" Dea sedikit tak percaya. Sambil melihat Reyhan dari atas sampai bawah Dea berpikir mungkin saja itu benar, Reyhan pun tinggi dan cocok jika bermain basket.
"Jangan liatin gue terus"
"Apaan? Siapa yang liatin?" Dea mengalih pandangan kearah meja didepannya.
"Ntar Lo suka sama gue, haha"
"No! Nggak! NGGAK BANGET!" Dea menggeleng dengan yakin.
"Awas aja kalo sampek suka."
"Nggak akan""Kalo gue yang suka?" pertanyaan Reyhan tentu membuat Dea beralih menatapnya. Mata Dea memandang heran.
"Gue tadi nggak ngasih apa-apa ke minuman ini, kok Lo nya agak gimana gitu ya?? Bawaan dari rumah kali Lo?" tanya Dea sambil menunjuk ke gelas tadi."Gue nggak dari rumah tadi" ujar Reyhan.
"Trus?"
"Apa?"
"Tauk"
"Trus?"
"Ya apa?"
"Mana gue tau!"
"Ihh, absurd! Reyhan nggak jelas.""Ah, udah. Gue mau balik dulu. Udah malem nggak enak sama Satpam depan itu, lagian nyokap bokap Lo nggak dirumah." Reyhan kemudian berdiri dan disusul Dea.
"Jadi cuma mau ngajak gue nonton Lo tanding besok??"
"Iya" dengan singkatnya jawaban Reyhan."Ya Ampun, kan bisa kirim pesan aja! Ngapain sampek dateng segala!" Dea menepuk lengan Reyhan.
"Lo nggak suka gue kesini?" Reyhan menatap Dea, tepat dimanik matanya.
"Bukan gitu... Eumm" Dea menautkan jemarinya."Yaudah gue pamit. Hati hati ada hantu. Hwaa!"
"Ihh! Nggak usah gitu!"Kemudian Reyhan keluar, dan pergi menghilang dari pandangan Dea setelah melewati pagar depan menaiki motor hitamnya. Dea kembali ke istana-nya. Kamar.
♪♪♪
"Astaga apaan ini!" Dea terkejut melihat notifikasi ponselnya. 14 panggilan tak terjawab dan 8 pesan dari Bang Arya. Tidak biasanya seperti ini.
Bang Arya Gila
•Dek!
•Deandra Melisa!!?
•Sekarang nggak mau angkat telpon Abang ya??
•Panda!! Kok nggak dibales?
•Baru jam segini masak udah ngebo
•Bang Arya pengen ngomong penting sama kamu
•Dek ini penting, angkat telpon Bang Arya!!
•Dek, Bang Arya kecelakaan, masuk rumah sakit!! Angkat telponnya!Pesan terakhir tentu membuat Dea meloncat terkejut.
"Hah? Bang, lo masuk rumah sakit? What?"
Dea sesegera mungkin menelfon Abangnya, melihat pesan terakhir dikirim 12 menit lalu.Tut... Berdering
"Halo" suara serak dari seberang sana membuat Dea langsung bertanya panjang kali lebar kali tinggi.
"Bang Arya kenapa? Beneran masuk rumah sakit? Bang Arya kok kecelakaan? Gimana ceritanya? Sekarang keadaan Abang gimana? Dea lagi sendirian, Ayah Bunda nggak ada. Bang Arya dirumah sakit mana? Bang Arya parah nggak? Ya Ampun Bang, Dea ini bingung!!"
Dea benar-benar panik, bahkan saat ini Ia melompat-lompat diatas kasur dengan raut bingung."Ha ha ha ha haa.. Ciee khawatir,, " suara Arya. Dea begitu heran ada apa dengan Bang Arya.
"Bang, Dea tanya serius!!" Dea bertanya penuh kekesalan.
"Abang Lo ini nggak kenapa napa. Prank! Yahh,, kena! Wekaweka!" Bang Arya tertawa puas sebab telah mengerjai Dea.
"Jadi Bang Arya nggak kenapa napa?!"
"Ya nggak lah! Sehat Wal Afiyat!" Mendengar itu Dea lega sekaligus kesal. Dia kemudian turun dari kasur."Ngerjain Adek sendiri! Abang cap apaan cobak!! Dasar ya!" Dea menggerutu,
"Makanya kalo ditelpon itu diangkat."
"Lah tadi Dea nyalain musik keras banget, nggak denger. Habis itu ada tamu. Ya udah hape aku tinggal dikamar." jelas Dea."Tamu? Siapa? Kan Papa sama Mama keluar?" tanya Arya dari tempat yang jauh disana.
"Loh kok Bang Arya tau?"
"Ya taulah. Kan tadi Bang Arya baru dikasih tau Papa Mama"
"Ohh." jawab Dea sambil duduk di meja belajarnya."Siapa tamu nya?"
"Temen aku"
"Cewek Or Cowok?"
"Kepo!"
"Wahh! Gue timpuk laptop ntar!!"
"Wlee! Nggak kena! Haha" Dea tertawa senang bisa bercanda dengan Kakaknya, meskipun hanya melalui ponsel saja."Cewek Or Cowok?" Arya mengulang pertanyaannya
"Eumm.. Cowok" jawab Dea lirih namun masih tetap terdengar jelas oleh Arya.
"Nahh kan! Ciee!!! Ini malem Rabu, bukan malem Minggu. Udah di-apel in aja!" Tawa Arya menggelegar.
"Ih apasih. Cuma temen!"
"Temen apa temen?" tanya Arya dengan nada menggoda."Pertanyaan Lo sama. Otomatis gue jawabnya ya Temen."
"Cie Adek gue... Siapa namanya?"
"Dasar Abang tukang kepo!"Blablabla..
Obrolan tidak jelas ala kakak adik ini berlanjut sampai larut. Suara Arya yang begitu dirindukan Dea ini sepertinya menjadi dongeng pengantar tidur."Bang, ngantuk. Udah ya.. Da!" ucap Dea sambil mengusap-usap matanya yang penat.
"Iya, jangan sampek tuh mata jadi kaya Panda. Dah, Dek!"Tutt...
Setelah mengakhiri panggilan, Dea menyimpan Ponsel di nakas, kemudian menghempaskan diri ke kasur."Good Night, Deandra!" Dea mengucapkan pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Teen FictionSeorang Deandra Melisa belum pernah merasakan jatuh hati ataupun patah hati. Tapi kedua hal itu ia rasakan setelah mengenal sosok Reyhan Malik. Entah pada siapa hati Dea bersandar nantinya. Pada dia, atau justru orang lain? •// "Jadi, Lo nyuruh gue...