Prolog: Apa Lo Bilang?!

379 42 45
                                    

LIMA BELAS MENIT menuju kematian. Ya, benar sekali. Setelah Pak WAW menyelesaikan kalimat kematiannya dengan isi 'Kumpul lima belas menit lagi', Micun menganga dengan suksesnya, yang akan membuat lalat terbang pingsan seketika dalam radius 5,32m. Terjebak dalam ujian ini merupakan sebuah kematian yang tak pernah diharapkan Micun. Tidak seperti mimpi-mimpinya tentang kematian yang elit, seperti kematian sewaktu jatuh ke pangkuan cewek, kematian ketika menyelamatkan seorang cewek, atau kematian karena ditabrak becak kayuh setelah membeli kerupuk udang untuk cewek. Yah, kematian yang terakhir sungguh tragis walaupun itu merupakan jasa terbesar buat Micun karena bisa memberikan bantuan kepada seorang cewek. Cewek gitu lho!

Kerupuk udang yang telah terlempar namun selamat itu akan berkata, "OMG, Micun! Lo rela berkorban demi gue! Gue tahu kalo gue itu..." akan berakhir dengan tragis juga karena akhirnya ditabrak sama becak kayuh yang ngebut karena menabrak Micun tadi.

"Ah, whatevah! Napa jadi kerupuk udang!" Micun berteriak dengan keras sambil memegang kepalanya yang bodoh itu. Seisi kelas telah melihat Micun yang menjadi gila dan seisi dunia akan segera mengetahuinya karena kejadian ini akan segera masuk ke TV dengan judul Siswa Gila Karena Memikirkan Kerupuk Udang atau akan muncul di CNN dengan judul Keryupuk Yudang? What is that? Only Micyun Can Explain It.

"Waw, ada apa, Micun? Ada apa dengan kerupuk udang?" tanya Pak WAW dengan ekspresi yang berlebih-lebihan.

"Kerupuk udangnya kelindes becak, Pak," jawab Micun dengan teramat sangat polos.

"HAH?" Jelas seisi kelas merasa heran sekaligus tertarik dengan kegilaan Micun yang sudah memasuki stadium 2,5. Mereka shock jangan-jangan Micun akan berteriak layaknya orang kesurupan, membanting mejanya, dan menyeruduk satu-satu murid di kelas itu pake pensil bututnya yang malang. Dan yang pertama kali akan diseruduknya tentu adalah Pak WAW, karena dialah yang menggumamkan kalimat kematian yang tidak bisa diterima oleh otak Micun.

"Maaf, saya juga mengerti bagaimana perasaan kamu, Micun. Sebenarnya―" perhatian anak-anak tertuju kepada Pak WAW yang tiba-tiba saja mulai menunjukkan sifat aslinya, kegilaannya akan mengarang pengalaman-pengalamannya yang tidak masuk di akal sama sekali. "―saya juga pernah mengalami hal yang pahit dengan kerupuk udang. Jadi―"

Bagus! Terima kasih kerupuk udang, teriak Micun penuh kemenangan dalam hati. Sekaranglah waktunya beraksi! Micun segera menggoyang kursi plus orang yang ada di depannya.

"Woi, Pi. Bantuin gue dong! Lo maen sendiri aja," teriak Micun kecil-kecilan dengan suaranya kayak kutu kupret sambil terus menggoyang kursi di depannya.

"Sabaran napa sih, Cun. Gue lagi berusaha nih!" jawab orang yang bersangkutan di jemuran Bu Iyem, tukang jualan lontong sayur di sekolah itu (lho!?). Maksudnya jawab orang yang bersangkutan―yang dipanggil.

"Alah, elo, sok pinter! Cepetan dong! Gue udah kebelet nih."

"Noh, permisi sama si WAW, ke toilet lo! Kok susah amat sih," balas Wipi dengan geram. Micun melihat ke arah jam dinding di seberang kelas, menunjukkan dengan kejamnya waktu ujian tinggal lima menit lagi. Bola mata Micun yang menyedihkan itu berpindah ke arah Pak WAW yang masih saja mengoceh tentang kerupuk udang.

"―dan kalian tahu, ternyata kerupuk udang yang saya beli tadi―" Beberapa murid yang sudah selesai mengerjakan soal ujian hanya memperhatikan dengan tatapan mengejek, seolah-olah Pak WAW hanyalah badut murahan yang nyasar dan akhirnya terpaksa diangkat menjadi guru karena hidupnya yang terlalu keras. Murid-murid lainnya sama berisiknya seperti Micun yang terus saja mengais-ngais jawaban untuk masa depan mereka yang tak kunjung bahagia.

CBMB (Cinta Baru Mulai Berkokok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang