5.

7.8K 484 42
                                    


5.

Jika ada danau di sini, aku sudi langsung menenggelamkan diri di sana. Tak perduli apapun yang akan terjadi. Bertemu dengan Adonis si pemilik Future Magazine lagi, lagi dan lagi. Pertama di K Inky, sekarang di sini. Padahal aku sudah sejam jauhnya dari Flod Techno Pusat.

"Aku sangat tidak menyangka bisa bertemu denganmu, Nona Sims."

Gayanya yang luar biasa anggun dan arogan di saat yang bersamaan membuat beberapa pengunjung perempuan lain di cafe ini meliriknya malu-malu.

"Ah ya. Saya juga tidak menyangka bertemu lagi dengan anda Mr. Maxwell."

Aku tersenyum formal, mendongak ke arahnya yang berasa lebih tinggi saat aku duduk. Cakra memandang Adonis dengan kening berkerut, lalu memandangku seolah meminta penjelasan.

"Boleh aku duduk di sini, bersama kalian?"

Aku ingin menjawab tidak keras-keras karena masih banyak bangku yang kosong di cafe ini. Tapi Cakra sudah menyaut terlebih dahulu, mengatakan 'silahkan' dengan nada sopan.

Dan dengan senang hati, si Adonis itu duduk di antara aku dan Cakra. Persis seperti setan, kan kata orang kalau berduaan yang ketiga setan bukan?

"Well, jadi kau karyawan Flod Techno juga?" tanya Adonis pada Cakra.

Cakra mengangguk pelan, lalu menyalami Ad dengan formal. Seformal hubungan kami sekarang. Ugh.

"Benar Mr. Maxwell. Saya Manager IT Flod Techno."

"Sedang peninjauan perusahaan cabang?" tanya Ad entah pada siapa.

"Benar Mr. Maxwell." Aku yang menjawab, menyumpit lagi sushi milikku dan memakannya pelan.

Adonis menyeru pada pelayan, memesan sepiring pasta udang dan segelas kopi. Dia memandangku lekat, aku tahu itu. Tapi aku pura-pura terpaku pada sushiku. Kakiku jdi loyo dan tanganku gemetar kecil.

Sepanjang hidupku dan eksistensi perawanku selama dua puluh empat tahun. Aku tidak pernah di pandang selekat dan seintens itu. Jadi aku agak gerogi juga, dan agak lumayan terpengaruh.

"Jadi, Mr. Maxwell. Bagaimana anda bisa di sini?" sekarang Cakra yang gantian bertanya pada Adonis.

Steak nya sudah habis dan kopi vietnam nya tinggal setengah. Dia mengambil posisi santai tapi tetap memukau di mataku. Yah, kasih tak sampai memang begini. Melihat seseorang yang sudah berlabel mantan memang beda rasanya, agak ada nyesek-nyeseknya gitu.

"Apa kau melihat gedung di sebelah sana?" kata Adonis dengan mengacungkan jari telunjuknya ke sebuah arah.

Aku dan Cakra sontak mengikuti arah yang dia tunjuk, lalu mataku melihat sebuah gedung tepat di sebelah Flod Techno cabang. Dengan nama besar yang artistik 'Future Magazine'

Boleh aku mengumpat sekarang? Fuck.

Sejak kapan Future Magazine punya gedung di samping Flod Techno?

"Saya tidak tahu kalau Future Magazine membuka cabang di sini." ucap Cakra heran. Aku juga terheran sih.

Adonis terkekeh pelan. Dan tiba-tiba seorang pelayan mengantarkan pesanan Adonis, pasta dan kopi. Si pemilik Future Magazine itu mengucapkan terimakasih dengan halus pada si pelayan perempuan itu. Membuat si pelayan muda itu bersemu dan berbalik dengan hati berbunga-bunga. Cih.

"Aku baru membuka cabang di sini dua bulan yang lalu."

Adonis mulai memakan pastanya, tapi pandangan malah memandangku. Hingga aku balik memandangnya dengan alis berkerut. Dia menyeringai lebar dengan pasta yang masih menggantung panjang di mulutnya.

Ilegal Kissmark [Tersedia Di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang