36.

3.7K 304 41
                                    


36.

Adonis dengan jas navy tiga rangkap bermerk dan rambut klimis penuh pomade dengan bau parfum musk menggoda tersenyum lebar ke arahku. Sedangkan aku hanya memandangnya aneh dan tersenyum sumir. Merasa gerah dengan keberadaannya didekatku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku seperti menuduh.

Dia mengangkat alisnya tinggi, lalu menambah lagi kadar senyumnya menjadi sepuluh watt lebih terang.

"Oh Electra, seorang Adonis tidak mungkin tidak datang dalam sebuah pesta."

Dahiku mengernyit dalam, lalu mendengkus. Aku yang tidak mau berurusan lagi dengan Adonis bermaksud menjauh darinya. Tapi belum ada selangkah setengah aku berjalan, Ad mencekal lenganku kuat. Sudah kuduga, maka kucubit keras tangan Adonis sekuat yang kubisa.

Dia mengerang keras dan melotot ke arahku. Membuat perhatian para tamu undangan memandangnya seketika, aku tersenyum kecil lalu mundur selangkah. Adonis mengusap-usap bekas cubitanku dengan dramatis. Matanya yang tajam memandangku dengan lekat.

"Kau mencubitku, Ma Puce?"

Oke, ini seram karena nada suara Adonis berubah jadi dalam dan dingin serta mengintimidasi. Dia tersenyum miring dan melepaskan elusannya di lengan. Kutelan ludahku pelan, lalu dengan berani menatap matanya.

"Jangan sentuh aku di sini, Adonis. Saat ini aku bukan "itu"mu." lirihku dengan nada tajam.

Aku memang sengaja tidak menyebut submisive secara terang-terangan di area ramai orang seperti ini. Juga dengan beberapa orang yang masih memandangiku dan Adonis.

"Di sini? Jadi aku bisa menyentuhmu di tempat lain?" tanya Adonis menggoda.

Giliran mataku yang melotot garang ke arahnya. Dia menyebalkan sekali.

"Tidak."

Setelah mengatakan itu dengan tegas aku berbalik, tapi lagi-lagi Adonis mencekal tanganku. Kali ini lebih erat dan menyeretku hingga aku sedikit terjungkal ke depan dan tertatih-tatih mengikuti langkahnya yang lebar.

Aku menatap tidak percaya ke arah punggung lebar Adonis yang seenak hatinya menyeretku entah kemana. Dia melewati banyak orang yang menyoroti kami bersamaan. Kusunggingkan senyum sopan dan tidak enak hati pada beberapa orang yang kukenal.

"Selamat malam Mr. Pierre. Selamat atas ulangtahun perusahaan anda." kata Adonis pada seseorang yang kuyakini Mr. Pierre.

Aku terdiam berdiri di belakang Adonis dengan tangan menyentak cengkeramannya. Tapi tenaga Ad sudah seperti kuli angkut yang mencengkram tanganku seerat mencengkeram besi. Oh sial sakit.

"Lepaskan aku." bisikku pada telinga Adonis pelan.

"Oh siapa yang kau bawa Mr. Maxwell?" tanya Mr. Pierre yang membuat aku merasa jantungan seketika.

"Pasanganku malam ini, Mr. Pierre. Kenalkan."

Adonis menyeretku dari belakang tubuhnya hingga sejajar dengannya. Aku menatap Mr. Pierre yang memandangku kaget dan pandangannya kembali pada Adonis. Istri Mr. Pierre, Melinda Pierre bahkan cukup terkejut aku bergandengan tangan dengan Adonis. Terlihat dari pandangannya yang terus mengarah pada tangan aku dan Adonis yang bertaut. Lebih tepatnya Adonis yang memaksa aku menggandengnya.

"Nona Sims? Pasangan anda Mr. Maxwell? Sungguh mengejutkan, tapi dia mengatakan dia datang sendiri malam ini."

"Saya memang datang sendiri Mr. Pierre." selaku sebelum Adonis sempat menjawab.

Tapi Adonis adalah seseorang dengan mulut paling licin dengan tampangnya yang rupawan.

"Kami memang sengaja datang sendiri, Mr. Pierre. Berjanji akan bertemu di pesta ini."

Ilegal Kissmark [Tersedia Di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang