Hari masih sangat pagi. Bahkan semburat oranye dari sang surya di ufuk timur belum kelihatan sedikitpun. Adzan subuh baru saja berkumandang, membangunkan sebagian makhluk hidup yang mendengarnya. Kokok ayam yang terdengar sebelum adzan berkumandang, berhenti seketika. Menghormati panggilan itu. Setelah adzan berkumandang, beberapa ayam kembali berkokok.
Gadis itu memejamkan matanya, menikmati embun tak terlihat yang menyapa wajahnya. Membagi kesejukan untuk gadis itu. Hidungnya sudah memerah menahan dingin, namun ia sama sekali tak ingin beranjak dari tempatnya. Teras rumahnya selalu terasa spesial bagi dirinya di kala mentari masih bersembunyi.
Matanya terbuka, menyadari sesuatu. Belum saatnya ia menikmati embun dan dinginnya suasana fajar hari ini. Gadis itu beranjak, menggerakkan kakinya untuk meraih keran air di pojok terasnya. Dinginnya air keran mengalir membasahi bagian-bagian tubuhnya yang memang seharusnya ia basahi. Gadis itu bergidik sejenak begitu air sedingin es itu menyentuh ubun-ubunnya.
Gadis itu cepat-cepat berjalan ke dalam rumahnya, sebelum dirinya membeku di luar rumah. Ia ingin segera menunaikan kewajiban sekaligus kebutuhannya.
Selesai menunaikan ibadah sholat subuh, Putri kembali keluar rumah. Kali ini dirinya menyandang jaket tebal untuk menghangatkan diri ketika dingin mulai menjalari dirinya. Sebuah novel terbitan baru ia genggam dengan tenang. Novel yang ia beli bersama Raga, kemarin. Ah, apa lelaki itu sudah menyelesaikan novel yang kemarin ia pilih? Bagaimana ekspresi Raga saat ia membaca novel itu? Apa novel itu bisa merubah sedikit mainset Raga tentang bacaan? Semoga saja iya.
Gadis itu merapatkan jaketnya, lantas duduk di kursi kayu di sebelah timur rumahnya. Menanti sebuah moment yang selalu ia nantikan. Lampu di atasnya masih menyala, menerangi pekarangan samping rumahnya. Membantunya untuk bisa melihat tulisan-tulisan yang tercetak dalam kertas novel di genggamannya. Matanya mulai bergerak kesana kemari, mengikuti alur tulisan. Otaknya sibuk merangkai imajinasi sesuai dengan yang digambarkan dalam novel. Bagaimana saat tokoh Kareeni menemui angsa-angsa di danau di pinggir kotanya, bagaimana Kareeni menatap sosok baru di hadapannya, bagaimana tokoh Marco dengan segala keramahannya yang palsu, bagaimana Marco yang terkenal periang dan selalu berbagi senyum, bagaimana ketika akhirnya Kareeni harus jatuh cinta pada Marco namun harus ia pendam sendiri, bagaimana romantisnya sikap Dafa kepada Kareeni yang berakhir dengan sakit hatinya lelaki itu, dan bagaimana konflik-konflik lain yang begitu 'remaja' terjadi di dalam novel itu.
Ini masih terlalu pagi untuk keluar dari rumah. Itu bagi sebagian besar orang yang tidak bisa menikmati moment tersembunyi dari sebuah hari baru. Namun, sekali lagi, gadis ini berbeda. Dia bisa menikmati moment tersembunyi itu. Dan dirinya merasa sangat beruntung bisa menyadarinya.
Menit demi menit dilewati gadis itu dalam diam. Dalam alunan lembut angin pagi yang menemaninya merangkai imajinasi sesuai alur novelnya. Hingga akhirnya Putri mendongakkan kepalanya, meletakkan novelnya, mencampakkan benda itu begitu saja di kursi, berdiri, dan merentangkan tangannya lebar-lebar.
Matanya terpejam. Menikmati suasana hening yang selalu ia nikmati sendiri. Menyambut semburat oranye yang mulai terlihat diujung langit timur. Perlahan, sangat perlahan, warna oranye itu mulai menyinari langit, menggantikan warna hitam dengan sangat perlahan.
Inilah moment yang selalu dinantikan oleh Putri. Dia selalu menyambut sang surya yang datang menyapa bumi untuk melaksanakan tugasnya. Moment yang tidak bisa di nikmati oleh sembarang orang. Hanya beberapa orang yang mau dan rela meluangkan waktunya untuk bangun sebelum fajar dan menunggu sang surya datang. Bagi Putri, ini adalah waktu yang sangat berharga. Moment ini yang selalu menyadarkannya untuk selalu bersyukur kepada Allah atas segala yang telah diberikanNya untuk gadis itu. Pagi, sebelum fajar menyingsing, adalah waktu yang selalu dirindukan Putri. Dan sejujurnya, Putri lebih menyukai matahari terbit daripada matahari terbenam. Walaupun keduanya saling melengkapi, tapi bagi Putri, matahari terbit selalu terasa lebih eksklusif dari matahari terbenam.
![](https://img.wattpad.com/cover/19090555-288-k353120.jpg)