#2

33 7 1
                                    

Saat ini bosan dan kesal yang tengah dirasakan oleh Rjin. Bagaimana tidak, sudah lebih dari dua jam waktunya habis hanya untuk melayani seorang pria bernama Park Jimin. Dia pria yang angkuh dari tanggapan Rijin.

Rijin sudah berulang kali mondar mandir dari dapur kemejanya hanya untuk membawakan semua menu yang ada. Tapi Jimin tak kunjung puas dengan apa yang di cicipinya. Terus mengeluh akan cita rasa yang tak menggugah selera nya. Tapi apa peduli nya Rijin soal Itu?

Tentu saja ini tak akan jadi masalah jika yang memasak semua itu adalah SeokJin sendiri. Dia telah berusaha untuk membuatkan yang terbaik. Tapi seolah Jimin tak pernah menghargai hasil kerja orang lain dan ini sukses membuat Rijin tersulut emosi.

Jika Jungkook sahabat sejak sma nya itu yang berada diposisi Jimin saat ini. Mungkin semua makanan yang dia sajakin telah habis tak bersisa tanpa protes sama sekali. Kerna Jungkook sangat tau dalam menikmati makanan yang dimakannya. Dan menurut Rijin lidah Jungkooklah yang ahli dalam hal mengecap.

"Ini adalah menu terakhir hari ini tuan."

Rijin mencoba untuk tetap bersabar. Namun semua sia sia saat Jimin kembali menaruh kasar sendok diatas meja setelah mencicipi makanannya.

"Dan rasanya tetap sama. Aku tak suka."

Ingin rasanya Rijin melayangkan sebuah tinju berkekuatan super sonik ke mulut Jimin. Lagi lagi pria pendek itu mengeluh akan rasa yang ada.

Tidak bisa begini, ini sungguh sudah kelewat batas dan tak bisa dibiarkan lagi. Tangan Rijin mengepal disamping pahanya mencoba untuk tetap bertahan untuk tidak melayangkan tinjunya.

Rijin menghembuskan nafas kasar lalu tersenyum lebar pada Jimin sebelum dia mulai mengeluarkan semua unek unek yang telah ditahan sedari tadi.

"Tuan kami semua telah mencoba untuk menyajikan makanan yang terbaik untuk mu. Tapi kau terus saja mengeluh dan tak menyukainya. Kalau begitu, dengan baik baik saya pinta anda pergi saja dari sini dan cari restauran yang menyajikan makanan sesuai selera anda."

Rijin berusaha mengontrol suaranya agar tetap terdengar sopan. Tapi reaksi Jimin sangat diluar dugaan. Dia mengganggap kalau Rijin telah bersikap tidak sangat sopan dengan mengusirnya walau secara tak langsung.

"Beraninya kau mengusirku."

"Aku tidak mengusirmu tuan, hanya saja aku memintamu pergi dari sini."

Apa itu terdengar berbeda? Ahh sepertinya sama saja. Tapi Rijin tak perduli dia hanya ingin Jimin segera lenyap dari pandangannya saat ini.

"Itu sama saja terdengar seperti kau mengusirku. Hey kau sebenarnya tau siapa aku?"

Jimin telah berdiri dari duduknya dan melipat tangan didada serta menaikkan dagunya. Pergerakannya sudah seperti seorang pejabat yang angkuh.

"Aku adalah Park Jimin anak dari CEO yang mengelola restauran ini. Dengan sekali jentikan jari saja aku bisa membuat restauran ini ditutup dan kalian semua yang bekerja disini akan menderita. Kau mengerti?"

Rijin menatap Jimin tak percaya, ternyata pria dihadapannya ini sangatlah kejam. Dia tak masalah walau harus berhenti dari pekerjaan ini kerna dia bukanlah pekerja tetap juga. Tapi bagaimana dengan Jin dan yang lainnya? Dari yang Rijin tau mereka telah menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk membuat restauran ini mendapat gelar berbintang. Sungguh semuanya butuh perjuangan dan Rijin tak mau semuanya menderita hanya kerna pria angkuh seperti Park Jimin.

"Tuan, aku tau siapa dirimu. Tapi seharusnya kau lebih tau bersikap sopan dari pada aku. Jadi, apa yang kau inginkan sekarang tuan?"

"Minta maaf padaku."

Someone Like You Where Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang