Malam ini seharusnya Rijin mengurung diri didalam kamarnya dan berkutat pada tugas tugas dari kampus. Tapi ayahnya, tuan Oh Hyungsik malah membawanya ikut kesebuah acara perusahaan.
Rijin tak begitu menyukai keramaian. Jadi dia hanya berdiam diri disudut ruangan besar tempat acara itu diadakan. Melihat kesekeliling begitu banyak orang dengan penampilan formal, tanda bahwa mereka semua adalah orang penting.
Sudah dua gelas jus Rijin habiskan untuk mengisi kebosanan dalam dirinya. Ayah dan ibunya sibuk menyapa para teman teman penting mereka. Rijin mulai mengeluh, seandainya kakaknya ikut bersama mereka tapi kakaknya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
Tapi mungkin kebosanan yang dia rasakan akan segera berakhir dengan kehadiran seseorang yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Wah, Oh Rijin_ssi? Sipekerja tidak sopan, apa itu benar kau?"
Sebuah suara muncul dari belakang Rijin. Ini suara yang terdengar familiar ditelinga Rijin. Perasaannya menjadi buruk. Dan benar saja saat Rijin berbalik keasal suara, sosok yang tak ingin dia temui lagi itu berdiri dihadapannya.
Ya, dia Park Jimin, berdiri dengan tegak dengan menyunggingkan senyum yang sangat lebar sampai matanya memicing. Rijin tau arti dari senyum itu adalah pertanda bahaya.
"Hai Oh Rijin_ssi."
Dan saat Jimin mengangkat satu tangannya membuat sebuah lambaian tanda sapaan, sontak jus yang belum ditelan Rijin tersembur dari mulutnya. Sial, semburan itu mengenai jas Jimin.
"Ahh!!"
Jimin melihat jasnya yang kini belepotan akan jus dengan mata membara.
"Yaa apa yang kau lakukan!"
"Ahh choesonghamnida!"
Rijin menjadi gugup dan sedikit takut. Dengan tergesa dia mencoba membersihkan jas Jimin dengan tangannya. Tapi Jimin mundur menjauh dari Rijin dengan menyentak sedikit kasar.
"Biarkan aku membersihkannya."
Rijin maju mendekati Jimin dan mencoba kembali untuk membersihkan jas Jimin. Namun Jimin juga kembali menjauh dari Rijin.
"Jangan menyentuhku, kau tak perlu melakukannya. Aihh kau benar benar menyebalkan." gerutu Jimin.
"Congmal choesonghamnida."
Rijin membungkuk hormat pada Jimin berulang kali. Matanya kini mulai berkaca kaca. Dia takut Jimin akan marah sampai membuat keributan. Maka itu akan mempermalukan ayah dan ibunya.
Jimin yang tadinya menatap Rijin dengan marah kini luluh melihat bulir air mata jatuh dipipi Rijin. Sekarang malah Jimin yang menjadi takut.
"Ya kau tidak perlu sampai menangis. Orang orang nanti mengira aku telah melakukan suatu kejahatan padamu." ucap Jimin gusar.
"Ini bukan masalah besar jadi lupakan saja. Lagi pula kenapa kau begitu terkejut melihatku ha? Seperti melihat hantu saja."
"Ne?"
Jimin menyisir rambutnya dengan jari jarinya lalu melihat Rijin gusar.
"Aku bilang jangan menagis." ucapnya pelan.
Rijin terdiam sesaat dengan ucapan Jimin yang terdengar lembut dan sedikit cemas. Rijin malah menjadi gugup dan langsung mengusap pipinya.
"Sedang apa kau disini?"
Akhirnya Jimin melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ingin dia tanyakan. Tadinya dia mengira salah lihat tapi setelah memastikan ternyata itu benar Rijin sampai dia mendapat semburan air jus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Like You Where Are You
FanfictionTidak akan aku temukan seseorang seperti kamu. Jikalau ada, itupun tak sama persis sepertimu. Lantas kalau aku harus kehilanganmu suatu hari nanti kemana harus ku cari seseorang seperti mu? Pilihannya aku harus tetap menunggumu kembali kepadaku.