"Jadi dia sudah berhenti bekerja disini?"
"Ne tuan."
"Ahh begitu rupanya."
Mulut Jimin terbuka dan kepalanya mengangguk. Rasa kecewa yang dia rasakan saat ini. Bagaimana tidak, dia rela meluangkan waktu sibuknya datang ke restauran ini untuk bertemu dengan Rijin. Ya, si gadis ceroboh dan tidak sopan itu tapi bisa menjadi menyedihkan secara bersamaan.
SeokJin menatap Jimin dengan raut binggung.
"Itu.. Ada apa kau ingin bertemu dengan Rijin tuan?"
Mendengar pertanyaan SeokJin yang seperti tuntutan itu membuat Jimin menjadi gugup.
"Emm begini, kau tau kan? Kemarin dia bersikap tidak sopan padaku, jadi aku akan memberikan pelajaran untuknya. Dan aku ingin melakukannya sekarang. Ya itu saja. Ahh apa itu terdengar konyol?"
Jimin merasa binggung dan tidak yakin dengan pernyataannya sendiri.
SeokJin hanya mengangguk dengan ekspresi yang sulit ditebak sangking binggungnya.
"Aa begitu rupanya. Apa tuan ingin nomor ponselnya?" tanya SeokJin ragu.
Dan tentu saja itu membuat Jimin terlonjak kaget entah kenapa.
"Yaa untuk apa aku ingin mendapatkan nomor ponselnya? Kau pikir aku akan mengajaknya kencan apa?"
^~^
Jimin masih memikirkan tentang pernyataannya pada SeokJin tadi. Dia rasa itu memang terdengar sangat konyol. Untuk apa dia datang hanya kerna ingin memberi pelajaran pada Rijin. Sebuah alasan yang tidak masuk akal.
Tapi dia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Jimin ingin menemui Rijin kerna ingin meluruskan sebuah kejadian yang memalukan menurutnya.
Benar, itu adalah insiden mati lampu yang terjadi di acara ibunya kemarin.
Semakin dipikirkan semakin membuatnya malu. Kenapa harus didepan Rijin? Didepan gadis yang sikapnya selalu berganti seperkian detik.
"Arggghh sial sial sial."
Jimin mencengkram setir mobilnya kuat. Dia benar benar binggung apa yang harus dia lakukan saat ini. Jimin meraih secarik kertas dari saku jasnya dan memperhatikan sejumlah angka yang tertulis disana.
Dia masih tidak habis pikir kalau pada akhirnya dia menerima nomor ponsel Rijin dari SeokJin.
Jimin meraih ponselnya dan menyalin nomor itu.
"Apakah aku harus menelponnya sekarang? Ahh tidak tidak. Itu tindakan bodoh dan aku tidak akan melakukannya."
Tapi masih sulit dimengerti dia malah menyimpan nomor gadis itu di kontak nya.
"Ahh aku pasti sudah gila kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Like You Where Are You
Fiksi PenggemarTidak akan aku temukan seseorang seperti kamu. Jikalau ada, itupun tak sama persis sepertimu. Lantas kalau aku harus kehilanganmu suatu hari nanti kemana harus ku cari seseorang seperti mu? Pilihannya aku harus tetap menunggumu kembali kepadaku.