Setelah berada diBusan selama dua hari penuh, Jungkook kembali keSeoul. Alasannya tentu tugas kampus yang menumpuk dan juga dia telah sangat merindukan Rijin.
Jadi, siang ini setelah selesai menghadiri satu kelas dia bertemu dengan Rijin dikantin kampus.
Tapi sepertinya gadis itu sedang dalam suasana hati yang buruk. Tampangnya kelihatan lesu dan muram terus.
"Apa terjadi sesuatu saat aku keBusan?"
Rijin menatap Jungkook sesaat lalu menjatuhkan kepalanya terbaring diatas meja dengan malas.
"Aku bertengkar dengan ibuku."
"Mwo?"
"Hanya pertengkaran kecil dan sangat sepele seperti biasanya."
Rijin mengangkat kepalanya dan duduk dengan tegak. Dia dapat melihat Jungkook menatapnya dengan lekat dan penuh tuntutan.
"Aku menelponmu saat kau dalam perjalanan keBusan." Rijin coba bicara dengan hati hati.
"Yaa kenapa kau tidak mengatakannya saat itu?!"
Jungkook berseru dengan nada marah , mungkin bukan marah tapi lebih kerna kecewa.
"Kalau aku memberi tahu kau saat itu juga. Kau tidak akan jadi keBusan. Sudahlah, sebaiknya kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri."
Rijin berdiri dari duduknya dan melangkah hendak pergi tapi Jungkook buru buru menghadangnya dengan berdiri tepat dihadapannya.
"Rijin, tak bisakah hubungan kita lebih dari sekedar teman?" Jungkook menatap Rijin dengan penuh harap.
Tapi Rijin malah menatapnya jengah dan menghembuskan nafas berat.
"Sudah kubilang, aku tidak mau membahas soal ini lagi. Jungkook, kau adalah satu satunya teman yang sangat berarti bagiku. Jika kita menjadi kekasih, maka disaat rasa bosan datang maka kita akan berakhir dan hubungan kita juga akan berakhir tidak juga menjadi teman lagi. Dan, aku tidak ingin itu sampai terjadi. Kerna aku sangat menyayangimu sebagai temanku. Kumohon, mengertilah."
Rijin menggenggam erat kedua tangan Jungkook dan menepuk punggung tangannya berkali kali, seakan mencoba meyakinkan Jungkook.
"Mari kita coba untuk menjalaninya dulu. Ha?"
Seakan semua penjelasan Rijin yang panjang barusan tidak membuat Jungkook langsung menyerah untuk berhenti membuat perubahan dalam hubungan mereka saat ini.
"Jungkook, kumohon. Jika kau terus berkeras seperti ini mungkin hubungan kita akan benar benar berakhir."
Rijin melepaskan genggamannya pada Jungkook dengan perlahan lalu melangkah pergi meninggalkan Jungkook tanpa berkata lagi.
Sementara Jungkook yang hanya terdiam mendengar perkataan Rijin barusan. Jujur, itu menakutinya bagaimana nanti kalau hubungannya dan Rijin benar benar berakhir? Dia sama sekali tak bisa membayangkannya.
Pada akhirnya untuk entah keberapa kalinya Jungkook hanya bisa mendesah kecewa dan tetap menerima keputusan Rijin. Walau itu benar benar sangat ingin dia tolak andai saja dia bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Like You Where Are You
FanfictionTidak akan aku temukan seseorang seperti kamu. Jikalau ada, itupun tak sama persis sepertimu. Lantas kalau aku harus kehilanganmu suatu hari nanti kemana harus ku cari seseorang seperti mu? Pilihannya aku harus tetap menunggumu kembali kepadaku.