"Hey Renjun, bisakah kau ikut aku ke luar kota untuk menangani proyek yang baru?"
Pertanyaan itu terlontar ketika Renjun menghadap ke ruangan Mark."Hmm bagaimana ya? Apakah aku harus ikut?" Renjun menimang permintaan Mark. Jika ia pergi, berarti ia harus meninggalkan adiknya.
"Sebenarnya iya.. Aku membutuhkan bantuanmu.."
"Hmm.. Akan kupikirkan dahulu.." Renjun ingin menolak tapi sepertinya ia sangat dibutuhkan. Biarkanlah dia berpikir terlebih dahulu.
.
.
Mark keluar ruangannya ingin segera pulang. Ia melihat Renjun tertidur di mejanya. Anak ini ternyata lembur juga. Kasihan dia. Renjun pasti lelah.Mark menepuk-nepuk pipi Renjun tapi Renjun tak juga bangun. Ia tidak tega meninggalkan Renjun sendirian. Akhirnya Mark menggendong Renjun dan memutuskan untuk mengantar Renjun pulang saja. Dengan perlahan Mark menggendong Renjun. Sebisa mungkin tidak membangunkannya.
.
.
Setelah beberapa menit menyetir, Mark telah sampai di apartement Renjun. Ia ingin melepas sabuk pengaman Renjun, namun sedikit terhenyak saat ia melihat ke arah Renjun dan mengingat sesuatu."Heyy bolehkah aku menciummu?"
Ingatan itu tiba-tiba terlintas di kepala Mark saat sedang melihat Renjun yang tertidur.
Mark semakin mempertajam ingatannya. Kemudian dalam sekejap ia mengingat kalau ia sudah mencium Renjun.
"Astaga Mark Lee!" Mark merutuki dirinya sendiri yang baru mengingat kejadian itu. Kenapa ia bisa mencium Renjun? Persetan dengan itu! Pasti gara-gara ia sedang mabuk waktu itu.
Mark berusaha menghilangkan bayangan-bayangan aneh dalam kepalanya. Ia kembali melepas sabuk pengaman Renjun dan bergegas keluar untuk membawa Renjun ke apartementnya.
.
.
Mark memencet bel pintu apartement Renjun dan melihat Chenle membukakan pintunya."Eh kakak! Ada apa--eh kak Renjun?" Chenle kaget saat melihat Renjun dalam gendongan Mark.
"Sstt.. Kakakmu hanya tertidur.. Dimana aku harus menaruhnya?" Mark berbicara pelan agar Renjun tidak terbangun.
"Ahh silahkan masuk kak! Ayo kesini!" Chenle mempersilahkan Mark masuk dan menunjukkan kamar Renjun. Mark masuk dan membaringkan Renjun dikasurnya. Syukurlah, Renjun tidak bangun.
"Kau sudah makan?" Mark ingat kalau adik Renjun hanya sendiri di rumah dan Renjun belum pulang sebelumnya.
Chenle menggeleng.
"Baiklah, kakak belikan makanan dulu ya.."
Setelahnya Mark keluar dan bergegas mencari makan untuk Chenle.
.
.
Tak lama setelahnya Mark telah kembali dan menyiapkan makan untuk Chenle. Lelah juga kalau setiap hari Renjun harus langsung memasak setelah pulang bekerja. Mark menaruh makanan yang ia beli dengan Chenle yang sudah duduk manis di hadapannya."Terima kasih kak! Selamat makan!" Chenle langsung melahap makanannya begitu Mark selesai menyiapkan semuanya. Mark tersenyum dan ikut makan.
.
.
Renjun membuka matanya saat merasa aneh pada tubuhnya. Seingatnya terakhir kali ia masih di kantor kenapa sekarang ia sudah dirumah?Karena penasaran dan sedikit ada keberisikan diluar, Renjun keluar dari kamarnya dan terkejut saat melihat keberadaan Mark.
"Eh Presdir?"
"Kau sudah bangun Renjun?"
"Kenapa kau ada disini?"
"Aku mengantarmu pulang.."
Renjun terdiam. Atasannya ini baik sekali. Yang awalnya ia kira Mark menyeramkan ternyata dia justru sangat baik.
"Eh? Terima kasih ya..."
"Ngomong-ngomong aku sudah membelikan Chenle makanan dan sudah memisahkannya untukmu.. Kau jangan lupa makan ya.."
"Kalau begitu aku pulang ya.." Mark berdiri dari meja makan. Renjun mengantar Mark hingga depan pintu.
"Terima kasih ya Presdir.."
"Heyy bolehkah aku menciummu?"
Ingatan itu kembali muncul di kepala Mark saat ia melihat Renjun. Tidak. Ia tidak boleh mengingat semua itu.
Mark menggelengkan kepalanya cepat menghilangkan ingatan itu. Ia kemudian tersenyum. "Baiklah.. Sama-sama ya.. Aku pulang dulu.." Setelahnya Mark langsung keluar dari apartement Renjun.
Mark berhenti di balik pintu Renjun. Ia memegang dada sebelah kirinya.
"Kenapa dengan perasaan ini?"
.
.
To be continued
.
.
.
Author's note :
Hai.. lebih pendek dari biasanya ya? Maaf ya chap depan udah kayak biasa kok..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Huang [MarkRen] ✔
FanficBerawal dari hubungan atasan dan bawahan. Hingga cinta bersemi diantara keduanya.