Mark mengajak Renjun dan Chenle untuk berlibur ke Nami Island. Begitu tiba-tiba memang. Mark mengatakan kalau ia dapat bonus dan memutuskan untuk membagikannya ke orang lain.
Chenle pamit ingin main ke gunung es dan Renjun menyetujuinya. Renjun berpesan kepada Chenle agar dia hati-hati.
Hari sudah malam dan Chenle belum juga pulang. Renjun khawatir. Berkali-kali ia bolak-balik untuk melihat apakah Chenle sudah pulang.
Renjun tak sabar lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk mencari Chenle ke gunung es dimana angin bertiup sangat kencangnya. Renjun tak peduli. Yang terpenting adiknya selamat.
Dengan jaket tebal Renjun mulai menyusuri gunung es dan memanggil nama Chenle "Chenle-ya!"
Renjun semakin menerjang badai di gunung salju tersebut. Jaketnya yang tebal tidak mempan. Dengan sekuat tenaga Renjun tetap melanjutkan perjalanan dan mencari Chenle.
.
.
Mark telah kembali dari pertemuan dengan client secara tiba-tiba dan bingung saat mendapati Renjun tidak ada di penginapan. Ia berkeliling penginapan dan tak menemukan apapun. Tetapi secarik kertas Mark temukan di atas meja."Presdir.. Aku izin pergi mencari Chenle ke gunung es.. Tidak usah mencariku..
Renjun."
Mark segera melihat keluar dan betapa derasnya badai malam ini. Tidak. Renjun bisa celaka. Ia harus menyusulnya.
Dengan tergesa Mark keluar penginapan dan ke bukit es mencari Renjun. Mark menengok ke kanan kiri mencari keberadaan Renjun.
"Renjun-ah!"
Mark berlari semakin menjauh dan mendapati seseorang terbujur lemah di salju. Mark segera menghampiri orang itu dan benar saja itu adalah Renjun! Dan Renjun tidak sadarkan diri.
Mark menggendong Renjun di punggungnya dan mencari kabin terdekat. Mark berhasil membawa Renjun ke kabin tersebut dan memeluknya.
Tubuh Renjun sangat dingin. Dengan terpaksa ia melepas baju Renjun dan bajunya kemudian memeluk Renjun. Berharap Renjun dapat hangat dengan suhu tubuhnya. Kemudian ia menyelimuti mereka dengan baju Mark.
"Renjunie.. Bangun.. Kau tidak apa-apa??" Mark menepuk-nepuk pipi Renjun berharap Renjun bisa sadar. Renjun perlahan membuka matanya.
"Presdir.." Ucap Renjun lemah.
"Kenapa kau ada disini?" Tanya Renjun masih lemah.
Mark mengeratkan pelukkannya. "Bodoh! Kenapa kau pergi ke gunung es di tengah badai yang kencang ini?!"
"Chenle belum pulang.."
"Kita akan mencarinya bersama nanti.."
"Apakah kau kedinginan?? Apa tubuhku cukup hangat untukmu??"
Renjun hanya berdeham. Terlalu lemah untuk menjawabnya dengan kata-kata.
"Ya ampun Renjun lain kali jangan nekad begini ya.." Ucap Mark dan semakin mengeratkan pelukannya. Mencium pucuk kepala Renjun.
.
.
Mark dan Renjun berhasil kembali ke penginapan. Badai sudah tidak terlalu kencang sehingga mereka bisa pulang.Sesampainya di penginapan, Mark dan Renjun di sambut oleh teriakan Chenle.
"Kak Renjun!" Chenle berhambur ke pelukkan Renjun.
"Chenle-ya! Kau kemana saja! Kakak mengkhawatirkanmu!" Sorot mata Renjun agak galak karena khawatir Chenle kenapa-kenapa.
"Maafkan aku kak. Tadi aku berteduh di salah satu rumah di gunung es kok. Aku mau pulang tapi badainya sangat kencang. Untung ada bibi baik yang menawariku untuk meneduh terlebih dahulu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Huang [MarkRen] ✔
Fiksi PenggemarBerawal dari hubungan atasan dan bawahan. Hingga cinta bersemi diantara keduanya.