"Tetsu, kemana Akashi?" Aomine yang baru saja memasuki ruang latihan bertanya heran, tak melihat sosok rambut merah yang merupakan kapten mereka.
"Akashi-kun sedang sakit Aomine-kun," Kuroko menjawab datar. Ia melanjutkan kembali kegiatannya menata bola basket.
"Hahh. Tau begini aku takkan cepat-cepat datang. Aku akan tidur dan menon-!"
Duggg
"Siapa yang mengizinkanmu berniat bolos latihan Daiki?"
Suara yang sangat Aomine kenal terdengar sedetik setelah kepalanya dilempari bola basket dengan elitnya. Sontak ia menoleh pada sumber suara, dapat dilihatnya Akashi duduk di pojok dengan bertumpu kaki.
"A-akashi? Tetsu bilang kau sakit hehe," Aomine menjawab gugup sembari mengelus lehernya canggung.
"Akashi-kun memang sakit Aomine-kun, makanya aku menyuruhnya duduk beristirahat," Kuroko menjawab datar.
"Seharusnya kau bilang Akashi juga disini Tetsu," Aomine berbisik tajam mendekatkan wajahnya pada Kuroko.
"Menjauh darinya atau kau yang ku buat menjauh dari dunia ini Daiki," Akashi kembali bersuara.
"Ah aku akan latihan three point milik Midorima saja ahahaha," Aomine tertawa canggung. Takut akan ancaman Kapten.
Melihat itu Kuroko menghela nafas. Kekasihnya semakin menyeramkan ketika sakit seperti ini dan ia harus ekstra sabar menghadapinya.
Dengan langkah teratur Kuroko mendekati Akashi yang masih duduk bertumpu kaki. Menggeledah tasnya yang berada disamping Akashi, mencari sesuatu.
Setelah dapat ia membukanya dan menyodorkannya pada Akashi.
"Minumlah, setelah itu pulang." Ujar Kuroko yang tengah membantu Akashi minum dari botolnya. Akashi pun meminumnya dengan patuh. Setelahnya pandangan Akashi menatap Kuroko lembut, berbeda tatapannya kepada Aomine tadi.
"Kita akan pulang bersama sayang, aku tak-!"
"Kuroko-cchi Aomine-cchi kita bebas Akashi-cchi tidak had----dir?!!!!" Teriakan Kise terputus melihat Kuroko dan Akashi.
"Kau terlambat Ryouta. Berlarilah 5 kal-"
"Diamlah jangan berbicara. Jika kau tidak mau pulang maka turuti aku. Diam dan lihat saja." Potong Kuroko cepat. Dan Akashi menurut. Diam dan hanya pasrah apa yang Kuroko lakukan padanya.
Sedangkan AoKi yang tengah menatap itu ternganga lebar. Walaupun ini sering terjadi namun mereka masih sulit percaya, Akashi yang menyeramkan itu patuh dibawah ke dali Kuroko.
"Ku rasa ini lebih menyeramkan dari pada Akashi-cchi menghukum kita," Kise yang telah berada didekat Aomine berbisik pelan.
"Kau benar pirang, kekuatan Tetsu sangat berpengaruh pada Akashi," Balas Aomine setuju.
Mereka kembali memperhatikan Kuroko yang dengan telaten mengelap keringat dingin Akashi. Sesekali Kuroko menyisir anak rambut Akashi yang lepek karena keringat itu.
"Masih pusing?" Kuroko bertanya lembut sembari meletakkan tangannya dikening Akashi.
"Tak seberapa sayang," balas Akashi tak kalah lembut.
"Kita akan pulang setelah Midorima-kun dan Murasakibara-kun datang. Aku harus menjelaskan apa yang dikatakan Momoi-san tadi. Sei-kun tunggulah sebentar ne," ujar Kuroko sembari memperbaiki kerah baju Akashi.
"Hm sayang,"
Tak berapa lama munculnya Midorima dan Murasakibara. Akashi diam tak berkata apa pun. Melihat itu tentu mengundang tatapan heran dari Midorima. Sedangkan Murasakibara tak ambil pusing dan menuju pojok untuk melanjutkan memakan makanan ringannya.
"Are Aka-chin tidak marah~"
"Hm bukannya aku setuju dengan Murasakibara nodayo,"
Akashi diam. Membiarkan Kuroko menuju arah AoKi yang tengah latihan.
"Aomine-kun, Kise-kun, Midorima-kun, Murasakibara-kun, kemari berkumpul. Karena Akashi-kun sedang sakit jadi aku minta izin untuk membawanya pulang. Namun kalian tetap latihan seperti biasanya. Momoi-san menitipkan ini bla bla bla," Kuroko menjelaskan secara rinci, tentu saja dengan nada datar andalannya.
Semua mengangguk mengerti. Tak ada yang memberi sanggahan. Takut akan keberadaan kapten mereka yang tengah sakit itu.
"Dan terakhir tak ada libur untuk sebulan kedepan. Karena aku tahu setelah ini kalian tak akan latihan sampai selesai jadwal," Akashi yang tengah duduk santai itu memberi perintah mutlak yang langsung ditatap kaget oleh anggotanya.
"Ada masalah?" Tanya Akashi yang melihat anggotanya seperti ingin memakannya hidup-hidup.
"Ahahaa tidak Akashi-cchi. Cepatlah sembuh ne ssu haha," Tawa cempreng Kise terdengar sumbang.
"Are nyam nyam~"
Banyak lagi gumaman yang Akashi dengan namun seolah tuli dengan itu semua.
"Tetsuya ayo pulang. Ryouta bersihkan ruang latihan sebelum pulang dan jangan menjatuhkan CAIRAN." Akashi menekan kata cairan setelah melihat wajah semringah Aomine.
Skip Time
Kini Kuroko tengah berada di mansion Akashi. Merawat sang kekasih yang tengah tergolek lemah dikamar mewahnya.
"Sudah ku bilang pulang dan istirahat duluan. Kau selalu saja tak mendengarkan ku Sei-kun," Kuroko berujar kesal, salah satu ekspresi yang hanya ia tunjukan pada Akashi. Bahkan orang tuanya tak pernah melihat ekspresi kesalnya.
"Aku tak akan bisa membiarkan Tetsuya pulang sendiri," Akashi yang terbaring lemah itu menjawab pelan. Membiarkan tangan telaten sang kekasih membasahi kompresan di dahinya.
"Aku bukan anak kecil Sei-kun,"
Cup
"Cepatlah sembuh," ujar Kuroko setelah mengecup pipi Akashi.
Hupp
Akashi langsung memeluk Kuroko. Namun sedetik kemudian menjauhkan tubuh Kuroko.
"Kenapa?" Tanya Kuroko heran Akashi melepas pelukannya.
"Nanti Tetsuya tertular, aku tak mau Tetsuya sakit," jawab Akashi tersenyum lemah. Melihat itu Kuroko tersentuh. Ia masuk dalam selimut Akashi dan langsung memeluk Akashi lembut.
"Jika aku sakit tentu saja Sei-kun harus menjagaku. Diam dan tidurlah," Jawab Kuroko cepat sebelum Akashi melepas pelukannya.
"Dasar Tetsuya," gumam Akashi. Namun ia tetap tersenyum dan balas memeluk kekashi mungilnya itu.
Lalu tak lama mereka tertidur. Dengan saling berbagi suhu tubuh.
.
.
.
.
.END