prolog.

435 33 2
                                    

Gadis kecil itu menangis terguguh di samping tempat tidurnya. Suara benda-benda berjatuhan semakin terdengar nyaring di telinganya.

Suara rintihan kesakitan pun semakin menjadi-jadi bersamaan dengan suara bentakan yang sangat ia benci.

Tubuhnya yang ringkih semakin bergemetar, ketika mendengar sebuah kalimat yang meskipun ia tidak mengerti artinya. Namun begitu membuat dadanya di liputi rasa penuh sesak.

"Kamu dan anakmu hanya benalu di hidupku. Kehadiran kalian tidak lagi terasa berarti bagiku."

Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Shanum, si pemilik mata indah itu berusaha menghampiri kedua orang tuanya.

Hingga sebuah pemandangan yang begitu menyakitkan, terpampang jelas di matanya.

Ibunya, malaikat hatinya, di tampar oleh ayahnya tanpa rasa belas kasihan hingga terpelanting tak sadarkan diri. Sedangkan Ayahnya lebih memilih pergi tanpa mengucap satu kata pun.

Sontak kaki kecilnya berlari menghampiri sang ibu, sambil berusaha menghalau air matanya yang berjatuhan.

"Ibuuu...."

Tangannya yang kecil rasanya tak sanggup menyentuh wajah ibunya yang di penuhi luka memar.

"Ibu, bilang sama Shanum. Yang sakit yang mana..hiks"

Tangannya masih saja terus berusaha membuat ibunya agar cepat tersadar. Namun tetap saja, yang di dapati Shanum si gadis berusia 5 tahun hanyalah keheningan.

Dan sejak itulah, kehidupan Shanum mulai berubah..

Tidak ada lagi Shanum yang menggemaskan dengan tingkah polosnya. Yang ada hanyalah, Shanum si gadis pemarah yang tidak pernah peduli pada sekitarnya.

Kecuali ibunya, Shanum sangat mencintai malaikat tak bersayapnya. Shanum bahkan rela melakukan apapun, asal ibunya bahagia. Karena baginya, dialah satu-satunya yang berharga dalam hidupnya.

🍁🍁🍁

Jangan lupa vote yah :)

3 Desember 2018

Cinta Tak BersyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang