- 01 -

293 27 11
                                    

Siang ini, di kota Jakarta tidak ada terik matahari yang menyengat kulit. Awan yang semula berwarna putih kini berubah menjadi berwarna hitam pekat. Menandakan jika sebentar lagi, langit akan turun hujan.

Gadis berperawakan mungil itu terlihat duduk termenung di bangku kelasnya. Tidak ada raut kegembiraan yang terpancar dari wajahnya setelah pengumuman kelulusan sekolah.

Wajahnya yang cantik, sama sekali tak pernah di hiasi sebuah senyuman tulus setelah kejadian di masa lalu. Rasa trauma dan juga kebencian lebih mendominasi di dalam dirinya hingga di usianya yang ke 18thn.

"Assalamu'alaykum, selamat ya Shanum. Untuk perolehan nilai tertinggi UN se-provinsi. Aku yakin, pasti kamu bakal gampang masuk di Universitas favorit di Jakarta," Gadis berjilbab panjang terlihat antusias memberi ucapan selamat pada Shanum.

Sedangkan Shanum hanya terdiam. Tanpa memiliki niatan untuk ingin membalas ucapan selamat yang di lontarkan oleh Kayra, teman sekelas dan juga teman saingan dalam perolehan nilai tertinggi di dalam kelas.

"Aku udah yakin sih, dari awal pasti kamu yang dapat nilai tertinggi itu. Secara, kamu kan selalu belajar..."

Ucapan Kayra seketika terhenti ketika melihat Shanum berdiri dari tempat duduknya dengan wajah tegang. Matanya yang meneduhkan seketika menajam menatap Kayra. Deru nafasnya terdengar memburu.

"Ada apa Shanum?"

Shanum berdecih.

"Ada apa lo bilang? Sok polos. Gak usah deh, loh sok-sokan nunjukkin muka sok baik lo depan gue. Gue tau, lo cuman pingin dapet perhatian aja kan dari guru-guru. Biar lo makin di sayang dan di puji-puji sama mereka. Meskipun lo ngelakuin apapun di depan gue, gue tetep gak bakalan sudi mau temenan sama lo. Lo bener-bener munafik, gue gak suka sama lo. Gue benci sama lo Kayra. Asal lo tau yah? Bukan berarti dengan jilbab lebar lo yang kayak emak-emak ini, lo bisa nipu gue. Gue yakin, dalam otak lo itu pasti banyak rencana busuk demi dapetin perhatian,"

Kayra terdiam. Di tatapnya Shanum dengan bingung. Meskipun hatinya sakit, tapi Kayra sama sekali tidak berniat beranjak dari tempatnya berdiri.

Ada sesuatu yang membuat Kayra yakin, jika Shanum. Adalah sosok gadis yang baik sebenarnya. Tubuhnya mungkin memang mungil. Tapi Kayra melihat ada ketegaran di dalam diri Shanum.

Kayra bahkan tidak bisa membayangkan, sekolah namun tidak memiliki teman. Setiap ada kelompok persentasi, Shanum selalu di pilihkan oleh guru. Karena tidak ada yang mau satu kelompok dengan Shanum, yang katanya adalah si gadis yang angkuh. Meskipun prestasi Shanum luar biasa cemerlangnya. Shanum tetaplah gadis introvert yang lebih memilih duduk menyendiri di pojok kelas. Berdiam diri, menciptakan dunianya sendiri. Hingga tak seorang pun mampu memasukinya.

"Seneng kan lo, jadi primadona disini. Di sanjung-sanjung. Di bangga-banggakan. Muak gue lama-lama liat lo disini," Shanum bergegas pergi meninggalkan Kayra. Namun secepat mungkin di tahan oleh Kayra.

"Kamu salah paham. Kamu juga di banggakan di sekolah ini. Kamu gadis yang cantik, di tambah prestasi kamu yang melebihi aku." Kayra meremas pelan kedua pundak Shanum. "Aku yakin banyak guru yang juga mendukungmu. Kamu hanya perlu terbuka, jangan menutup diri. Mereka juga ingin berbicara dengan murid mereka yang membanggakan ini" Shanum tersenyum manis setelah melihat sedikit perubahan di raut wajah Shanum.

Shanum membenarkan perkataan Kayra di dalam hatinya. Selama ini memang dirinya terlalu takut dengan orang lain. Meskipun sudah 3 tahun bersekolah disini. Tapi entah mengapa, Shanum masih belum bisa percaya dengan orang-orang di sekitarnya. Ada rasa takut untuk tersakiti jika ia membuka diri pada orang lain.

"Bukan urusan lo," Dengan sekali hentakan, Shanum menghempaskan Kayra di depannya.

Shanum segera berlari keluar sekolah. Dengan tas punggung yang terlihat lusuh. Tanpa peduli hujan akan turun. Shanum mulai berlari membelah kepadatan ibu kota Jakarta siang ini.

Cinta Tak BersyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang