Shanum menghela nafas pelan ketika berjalan menuju ruang BK. Ada rasa ragu yang tiba-tiba terbesit di dalam hatinya.
"Eh, Shanum? Ada apa nak?"
Shanum hanya diam, sambil sesekali meremas kedua tangannya gugup.
"Masuk dulu, mungkin sepertinya ada sesuatu yang pingin kamu omongin serius sama ibu." Shanum mengangguk dan segera mengikuti guru tersebut untuk memasuki ruangan.
Setelah duduk berhadapan dengan Bu Ayna, guru BK. Tiba-tiba, Shanum kembali merasakan gugupya yang bertambah luar biasa. Di tambah melihat wajah serius yang di tampilkan oleh wanita paruh baya di hadapannya. Rasanya ia menyesal telah memasuki ruangan ini.
"S..saya mau konsultasi masalah perkuliahan bu,"
Bu Ayna tersenyum kecil.
"Iya lalu nak?"
"Apa masih bisa?"
Suara Shanum melirih, di akhir kalimatnya. Pikiran dan hatinya benar-benar kalut. Di pikirannya, ia ingin bekerja. Namun di sisi lain, hatinya terenyuh setelah mengetahui permintaan sang ibu yang begitu mulia untuk dirinya.
"Kalo untuk jalur SNMPTN, sudah di tutup. Tapi tenang saja, masih ada jalur SBMPTN. Ibu sudah nunggu kamu dari awal, sayang banget kalo potensi kamu ini tidak di salurkan. Ibu berharap sekali, dengan adanya kamu. Kamu bisa membanggakan nama sekolah kita tercinta ini," Ayna menatap Shanum penuh harap.
Sedangkan Shanum hanya mampu menundukkan kepala, mencoba merenungi perkataan Bu Ayna.
"Jika kamu memikirkan masalah biaya nak. Jangan khawatir, kamu nanti bisa melalui jalur bidikmisi. Dan ketika kamu sudah di terima di universitas. Kamu akan banyak mendapat tawaran beasiswa, ibu yakin. Karena kamu ini termasuk anak yang cerdas. Nilai kamu selalu meningkat. Dan kamu juga mampu mempertahankannya. Itu yang di cari-cari."
Shanum menatap Bu Ayna dengan lekat, bayangan dirinya menjadi seorang mahasiswi kini mulai tergambar di dalam benaknya. Membuat sebuah prestasi demi membuat ibunya bangga, adalah prioritasnya saat ini.
"Baiklah bu, mohon bimbingannya. Saya begitu ingin membuat ibu saya bangga. Karena saya hanya mempunyai beliau saat ini, dan saya begitu ingin membuatnya bangga kepada saya,"
Bu Ayna bernapas lega ketika mendengar jawaban Shanum. Menurutnya, ini adalah sebuah keputusa yang begitu tepat bagi seorang Shanum.
Shanum yang susah beradptasi dan selalu merasa takut. Kini telah mampu dan mau mengutarakan maksud hatinya.
Shamum yang selalu memendam semuanya sendirian, kini mulai mau sedikit membuka suara hatinya.
"Pasti nak, ibu bimbing kamu sampai masuk universitas yang kamu inginkan. Emang, kamu mau masuk universitas mana?"
Shanum berpikir sejenak. Sedari dulu, ada keinginannya untuk menimbah ilmu di sebuah Universitas favorit di Jakarta. Namun lagi-lagi Shanum lebih mementingkan kondisi ibunya daripada cita-citanya.
Shanum yang masih berusia 18tahun. Nyatanya harus di tuntut untuk dewasa dalam menjalani kehidupannya.
"Saya sebenarnya ingin kuliah di Universitas A bu, tapi saya takut. Saingannya pasti banyak, dan biayanya juga mahal," Shanum menunduk sedih.
Ia benar-benar takut membuat ibunya susah.
"Jangan pikirkan masalah biaya nak, semua pasti ada jalannya. Yang penting sekarang kamu optimis dan yakin pasti bisa,"
***
Setelah ke luar dari ruangan BK. Shanum memutuskan untuk menikmati bekalnya di taman sekolah. Taman yang jarang sekali di jamah dan juga di kunjungi oleh siswa ketika jam istirahat.
![](https://img.wattpad.com/cover/169328688-288-k851973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
SpiritualShanum adalah gadis yang cantik, di balik ketegaran jiwanya. Ada sesuatu yang berusaha ia sembunyikan. Tentang kesedihannya, ia tak pernah mengizinkan orang lain untuk melihatnya. Ketika beban di pundaknya terasa terlalu berat, hingga terkadang mem...