“tut...tut....tut....tut.....”
Benda persegi empat yang tidak terlalu lebar maupun tidak terlalu kecil itu menggemakan suara getaran yang lumayan keras karena berada di atas meja kayu membuat suara getar nya lebih jelas.
“ceklekk”
terdengar suara pintu berdecit tidak terlalu nyaring tapi cukup terdengar di ruangan yang sepi itu.
Selanjutnya suara langkah kaki terdegar dari balik pintu menuju meja tersebut.
Setengah enggan mengngangkat benda itu lantas mendekatkan nya ke telinga setelah melihat ID sang penelpon ‘ibu’
Setelahnya terdengar suara khas laki-laki dewasa
“ ya bu, ada apa?”
“ah iya bu, maaf baru di angkat aku tidak membawa –benda ini-“
“ya..ya... aku selesai membeli tiket ”
“ahh..aku pergi ke loket nya tentu saja”
pria itu terkekeh pelan
“ya tentu saja –benda itu- belum berubah masih yang dulu”
“walaupun benda ini bukan keluaran terbaru dan mungkin hanya tinggal aku saja yang menggunkan merk ini di dunia sekarang.
itu tidak masalah bu yang penting masih bisa di gunakan lagian ibu kan tahu aku tidak menyukai benda itu”
“untuk saat ini aku tidak ada rencana ke luar negeri untuk mencari tempat itu bu. Perjalanan awal ku masih di dalam negeri”
“ibu... aku belum memikirkan itu! Dan belum ada rencana untuk menikah bu”
“hmmm.. iya ibu juga jaga kesehatan”
Kini laki-laki bertubuh tinggi tegap itu merebahkan tubuh nya di atas kasur dengan masih mengamati dalam diam –benda mati yang masih berada di tangan nya
jika di bandingkan dengan orang-orang di luar sana –benda mati miliknya ini adalah versi yang paling kecil
dengan panjang 12 cm dan ia yakin 100% bahwa –benda milik nya ini tidak ada yang memakai selain dirinya.
Ingatan nya kembali melayang saat pertama kali benda ini ada di tangan nya saat itu dia baru menginjak kelas 1SMP benda itu di berikan oleh ayahnya sebagai kado ulang tahunnya yang ke 13.
ayahnya –kris memberikan nya dengan sebuah senyuman sambil membawa nya kepelukan hangat sang ayah sambil membisikkan
“sekarang ayah cuman punya harapan kamu. Ayah gak mau gaggal lagi untuk kedua kalinya sebagai orangtua.
Cukup abang kamu arga.ayah mohon sama kamu nak. Ayah juga akan melakukan yang terbaik kita sama-sma berjuang”Ya dia memiliki abang yang terpaut 6 tahun darinya.
Dia anak bungsu dari dua bersaudara .
alfa damara dan arga damara
Abangnya Alfa damara meninggal karena terkena kanker otak.
Ibunya bilang alfa sedari kecil memang betah di rumah walau hanya duduk nonton tv ataupun bermain game
berbeda dengan dirinya yang sedari kecil sudah hyperaktive merangkak sini situ
bahkan sampai besar pun arga tidak betah hanya di rumah apalagi bermain game itu adalah aktivitas terakhir yang ingin dimainkan nya.
Arga tidak suka melihat layar kotak itu arga lebih suka hanya berjalan sekitar komplek rumah nya yang saat itu masih ada pohon besar-besar di sisi jalan.
Ya arga masih sempat merasakan hal itu saat dirinya masih menginjak sekolah dasar kelas 4 pada tahun 2018 silam.
Arga memang tidak terlalu dekat dengan sosok abangnya yang terlalu banyak mendekam diri di dalam kamarnya yang luas itu.
Karena alfa juga tidak suka konsentrasi nya di ganggu saat dia sedang duduk di depan komputernya.
Alfa suka ketenangan dan sendiri tidak banyak bicara hanya seperlunya dan ketika di tanya juga tidak suka mengobrol.
Beda hal nya dengan arga yang tidak suka tempat sunyi ingin merasakan dunia luar suka mencari tempat-tempat alam yang tenang.
Sedari kecil alfa menyukai barang elektronik yang modern dan canggih
berhubung ayah memiliki perusahaan elektronik tentu saja mudah bagi ayah untuk mengabulkan keinginan alfa.
karena menurut ayah itu lebih baik untuk alfa daripada keluyuran tidak jelas mending di rumah tidak akan dapat masalah.
Bisa dibandingkan antara aku dan alfa.
jika alfa sudah memiliki semua barang elektronik terbaru dan mengerti bagaimana menggunakannya serta hapal semua merk nya
maka aku adalah sebaliknya aku bahkan tidak tahu merk yang pernah ada di dunia ini aku tidak punya satupun alat elektronik di kamar ku.
Tidak ada TV tidak ada handphone tidak ada laptop karena saat itu aku masih kelas 5 SD tapi di zaman ku semua anak sudah mengerti bagaimana cara menggunakan benda itu.
Apalagi saat mendengar cerita abangnya itu jika saat alfa menginjak kelas 1 menengah pertama sudah menciptakan 2 jenis game.
Sebenarnya arga bisa mengunakan alat-alat elektronik karena itu adalah sebuah keharusan yang harus ada di setiap manusia jika tidak ingin tertinggal di jaman sekarang ini.
Arga hanya memahami sekilas belajar seperlunya yang benar-benar penting untuk di gunakan untuk sekolahnya tapi arga tidak pernah memerhatikan lebih lanjut mengenai itu.
Mungkin karena itulah ayahnya mengatakan hal itu padanya ayah menganggap itu adalah kebodohan nya karena tidak terlalu memperhatikan anaknya yang sudah terlalu kecanduan dengan barang elektronik itu.
apalagi alfa sudah sejak kecil mengenal hal itu sampai saat itu dia menginjak kelas 3 menengah atas sudah hampir 14 tahun alfa berteman dengan benda mati itu.
apalagi dengan tingkat kecanggihan nya memabah banyak efek yang ditimbulkan.
entahlah sebenarnya arga tidak tahu pasti penyebab alfa terserang tumor otak.
Dan ayahnya sampai saat ini masih merasa terpukul dengan kehilangan abangnya.
Ayahnya selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Sampai saat arga mengijak umur 13 tahun dimana alfa sudah meninggalkan keluarga mereka selama satu tahun.
ayahnya menjual saham perusahaan elektronik nya dan memberikannya benda mati kuno ini padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World In 2030
Science FictionKupikir mereka tidak butuh tempat lagi untuk membuat rumah karena kupikir mereka akan membuat rumah di dalam benda mati yang mereka agungkan itu. Dan saat aku menanyakan hal itu pada seseorang secara acak yang kutemui mereka menatap ku lama denga...