Arga lantas menoleh dari pandangan nya yang sejak tadi kearah jendela dan melihat seorang gadis tinggi kira-kira 168 cm dengan kulit yang tidak terlalu putih juga tidak hitam cenderung kuning bening berkilau.
menggunakan sepatu kets warna putih menggunakan celana dasar warna hitam dan baju putih dan rompi coklat plus jilbab caramel nya.
Arga mengambil tas nya yang sedari tadi ia letak kan di kursi samping nya karena ia pikir kosong .
awalnya arga sangat bersyukur akan hal itu ia tidak harus melihat manusia yang bukan manusia apalagi duduk bersebelahan dengan nya jika hal itu benar-benar terjadi arga akan mengeluarkan semua yang sudah ada dalam perutnya.
Namun saat melihat gadis ini entah kenapa arga tidak sedikit pun merasa kalau gadis ini akan seperti manuasia-manusia lainnya.
Entahlah....
ataukah karena ini harapannya?
Agar gadis ini tidak melakukan hal yang sama? Benarkah?
Bodoh kau, tentu saja dia juga sepeerti lainnya jika bukan penduduk asli desa atau belahan bumi lainnya bukan tinggal di pusat.
Saat gadis itu duduk di kursinya dengan gelisah arga menoleh sedikit untuk melihat mengapa orang di sebelahnya ini banyak gerak biasanya orang yang pernah dilihatnya tidak akan membuat gerakan selain duduk diam seperti tidak memiliki nyawa.
Sementara arga berperang dengan batin nya antara harus menyapa atau tidak tapi tidak berani menoleh takut hal yang dia harapkan tidak sesuai keinginan.
Pasalnya orang di sampingnya sudah tenang dan tidak menimbulkan suara.
“huft”
arga mengeluarkan nasfas nya perlahan sambil sedikit mengangkat kepala yang sedari tadi tertunduk sambil memijat hidung mancung nya itu.
Saat arga ingin menoleh matanya nya malah bersibobok dengan mata bulat bernetra coklat terang itu serta bibir merah muda dan wajahnya yang benar-benar bersih tampa cela sedang menatap dalam kearahnya.
Seketika jantung arga terasa igin melompat keluar dari cangkang nya saking kaget nya dirinya.
jangn bilang bahwa dirinya akan kembali kejang-kejang kumohon jangan kumat disini, tentunya dengan alasan yang berbeda.
Arga berdoa di dalam hati sambil menghitung mundur angka 4-1 untuk menanyakan mengapa.
“kamu sakit? Saya punya obat jika kamu pusing?”
tepat saat hitungan ke-2 arga, gadis itu sudah bersuara masih dengan menatap nya dengan mata bulatnya itu.
Astaga arga fokus!!!
“ah... tidak saya tidaksakit”
arga menjawab dengan agak kikuk pasalnya arga tengah berpikir ini adalah orang pertama yang membuat dia mengeluarkan suara selain dengan ayah dan ibunya.
semasa kuliahnya kebanyakan penjelasan melalui layar monitor tidak perlu di jelaskan kembali karena sudah ada penjelasan yang akan di tayangkan secara berurut dan secara rinci dan tentu saja tidak adda sistem bertanya jawab atau apapaun itu yang menyebabkan terciptanya komunikasi.
Ternyata masih ada manusia selain dirinya disini arga masih tetap beragumen dengan hatinya sambil menatap lurus jendala kereta disebelahnya tampa tahu bahwa manusia berjenis kelamin perempuan yang duduk di sebelahnya kembali gusar.
“ng.... ?”
keheningan yang sebelumnya tercipta beberapa menit yang lalu terpecahkan karena suara perempuan disamping arga ini sepertinya benar-benar tidak nyaman duduk di kursinya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The World In 2030
Science-FictionKupikir mereka tidak butuh tempat lagi untuk membuat rumah karena kupikir mereka akan membuat rumah di dalam benda mati yang mereka agungkan itu. Dan saat aku menanyakan hal itu pada seseorang secara acak yang kutemui mereka menatap ku lama denga...